34. Gara-Gara Bakso Aci

69 20 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Seminggu berlalu, sepasang pasutri sudah berada di kediaman keluarga Akmal. Sekarang hari minggu jadi keduanya sama-sama libur.

"Nanti aku ada janji sama Vani mau makan baso aci. Jadi ya mungkin pulangnya agak telat. Gapapa kan?" Tanya Alesha tangannya menata sebagian pakaiannya ke dalam lemari.

"Ya sudah hati-hati. Aku pulangnya gabisa jemput. Nanti ada jadwal ceramah sama Gus Hisyam."

"Iya gapapa, aku naik ojek aja."

***

Jam menunjukkan pukul 9 malam. Selain menunggu Dafi, Alesha menyambi mengerjakan tugas. Untung saja ia ingat, kalau tidak bisa-bisa kena semprot dosen killernya. Sibuk menyelami soal, tiba-tiba Dafi muncul membuka pintu kamar.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Kok belum tidur?" Dafi duduk di sisi ranjang menyopot kaos kakinya.

"Masih bingung ngerjain tugas."

Dari manggut-manggut. Ia berjalan menuju lemari dan berniat untuk mandi.

"Mau mandi?"

"Ya kamu pikir? Masa ke toilet mau camping?"

"Ehehe. Biar aku siapin air hangat." Cengir Alesha bangun dari tengkurapnya.

"Gapapa gausah. Kamu kerjain aja tugas kamu."

"No, gak ada penolakan. Tunggu sini."

Alesha hari ini akan memanjakan Dafi. Ia berlaku seperti ini karena ada maksud terselubung. Sepuluh menit, Alesha kembali menghampiri suaminya.

"Sudah siap Tuan. Silahkan."

Sekeluarnya Dafi dari kamar mandi. Alesha menyuruhnya duduk di sampingnya. Ia tahu Dafi sudah sholat karena tadi sebelum pulang, keduanya sempat mengobrol lewat chat.

"Kak Dafi capek nggak?"

"Enggak setelah melihat kamu."

"Dih gombal."

"Kak Dafi tidak mau menolong kah? Istrimu ini lagi kesulitan. Nggak mau kan kalo istri cantikmu ini kejang-kejang gara-gara keracunan soal?"

Dafi geleng-geleng kepala.
"Jadi, dari tadi baikin aku karena ada maunya?"

"Tenang dulu. Gini deh, sekarang sebagai imbalannya. Kak Dafi bebas minta apa aja. Sekalipun mau aku jadi babu seharian no problem." Papar Alesha, ia sudah pasrah dengan soal yang dipandangi nya selama satu jam penuh. Tapi tak kunjung menemukan jawaban.

"Apa aja?" Ulang Dafi seketika senyum terbit di bibirnya.

"Yups"

Dafi tersenyum senang. Tidak masalah, jika ia harus mengejakan seratus soal sekalipun.
"Aku mau sampai subuh kita lakuin itu."

"Itu apa? Yang jelas."

"Kita bikin Dafi junior." Bisik Dafi membuat rona merah di pipi Alesha. Bukan hal yang asing lagi bagi Alesha, tetapi tetap saja ia akan gugup.

Dalam waktu tidak sampai sepuluh menit, Dafi sudah terkesiap menyerahkan soal yang sudah ia garap kepada Alesha. Terlihat jelas raut wajah senang di wajah perempuan itu. Tetapi seketika senyumnya luntur, mengingat beberapa jam kemudian tubuhnya akan dihajar habis-habisan oleh suaminya.

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang