Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.
Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !
***
Tempat yang tidak terlalu ramai, membuat Dafi dengan cepat menemukan sesosok yang ia cari. Wanita itu melambaikan tangan. Dafi segera mempercepat derap langkahnya menuju meja itu.
"Tumben ngajak ketemuan?" Ucap Kiran yang langsung menyambutnya dengan pertanyaan.
Dafi menyeret kursi di hadapannya dan duduk.
"Ada sesuatu yang harus aku bicarain. Penting.""Telfon kan bisa. Atau jangan-jangan lo kangen sama gue. Ya kan? Ngaku aja deh." Kiran terkekeh kecil.
Dafi hanya diam tak menimpali. Untungnya ada pelayan yang menghampiri mejanya.
"Mas sama mbaknya mau pesen apa?"
"Saya orange juice satu. Sama, stik kentang." Jawab Kiran mendahului. Ia mendongak menatap Dafi di hadapannya.
"Mas nya?"
"Samain aja mbak."
Pelayan tadi mengangguk lalu meninggalkan mereka berdua dalam keheningan.
"Jadi, lo mau ngomong apa?" Tanya Kiran mengetuk-ngetuk meja. Geram, karena Dafi yang mengajaknya ke sini tapi justru malah ia dikacangin.
"Kamu ada hubungan sama Ardan?" Suara bariton Dafi mampu membuat bulu kuduk Kiran berdiri. Ia gelagapan, seperti orang tertangkap basah.
"A-Ar-Ardan?" Beo Kiran. Netra kembarnya melirik ke sana kemari.
"Iya Ardan."
"Ngg-nggak ada. Gue gak kenal." Elak Kiran.
"Gak kenal tapi bisa ketemuan?" Desak Dafi menaikkan sebelah alisnya.
"A-apa maksud lo?"
Dafi mengeluarkan ponsel dari sakunya. Ia menunjukkan sebuah video dari kejadian di hotel sampai video Kiran ketemuan dengan seseorang. Dari raut wajah cemas Kiran, bisa terbaca bahwa memang ia turut andil dalam masalah ini.
"Gimana? Apa semua itu masih kurang jelas?"
Kiran mengumpat dalam hati. Kenapa ia bisa seceroboh ini sampai-sampai Dafi menemukan CCTV itu. Ia terus memutar otak mencari alasan.
"Lo dap-dapet darimana video ini? Pasti orang iseng."Dafi tertawa sumbang, masih saja perempuan itu mengelak. Padahal sudah jelas-jelas terbukti. Kiran hanya diam tak bisa berkutik ketika tatapan Dafi mulai menajam.
***
Tidak memakan banyak waktu, Alesha dan sepeda maticnya berhasil sampai di lokasi. Ia mematikan ponselnya dan mengamati sekitar. Sedikit aneh, bukannya tadi di foto terlihat seperti restoran.
"Bener kok tempatnya. Tapi bukannya mereka ada di restoran. Kenapa ini kayak gudang." Alesha mengoreksi kembali alamatnya. Tapi benar ini tempatnya.
"Tangkap dia." Teriak seseorang, Alesha dengan cepat membalikkan badannya. Dua lelaki berbadan kekar berlari menghadangnya dengan wanita yang menginstruksi.
"S-stop. Jangan berani mendekat." Alesha kalang kabut. Ia berjalan mundur ketakutan.
Tanpa menggubris perkataan Alesha, kedua preman itu langsung menarik lengan Alesha dan yang satu membekap mulutnya. Ia dipaksa masuk ke dalam.
Cekalan tangan itu sudah tidak ada. Tapi Alesha bisa merasakan tangannya sekarang ditarik ke belakang kursi dan diikat dengan tali. Begitupun dengan kakinya. Perlahan ikatan kain di matanya dibuka. Netra Alesha menelisik ruangan itu. Benar, ini gudang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin Move On [END]
Teen Fiction⚠️ Siap-siap cerita ini mengandung bawang. Harap baca urut, biar paham alurnya !! Baca sampai tuntas. Sampai kalian nemuin part terindah yang bikin gagal move on😍 **** Jika aku tahu, kebahagiaan ini hanya sebatas singgah. Maka, lebih baik aku tidak...