42. Rumit

280 16 0
                                    

Hai guyysss!!!
Apakabarrr???
Lama tak berjumpa membuatku rindu akan kalian semua:)
Jiaakkhhh hehee
"..."

Sebelum baca yuks tekan bintang bawah pojok kiri dulu yaaa supaya tidaakk lupa nantinyaa!

Oke sekian.
Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-•••-

Sepulangnya ke empat manusia ditambah lima jika dengan Xaivano tadi, mereka langsung memasuki kamar masing-masing mengingat hari sudah mulai larut, selama itukah mereka jalan sekaligus shoping?

Ckckck.

Pukul telah menunjukkan satu malam, itu artinya semua baik asisten dan beberapa para penjaga di luar juga tengah tidur, hanya empat pekerja yang memang ditugaskan untuk menjaga depan dan belakang secara bergantian.

Dulu Devan sempat ingin menambah bodyguard, namun Asya menolaknya karena dirinya memang tidak terlalu suka kebanyakan pekerja di rumahnya.

Saat ini Asya turun menggunakan lift menuju lantai satu, niat ingin mengambil minum karena dirinya merasa sangat haus, Asya dikejutkan dengan seseorang yang dengan tak berdosa nya duduk begajulan di sofa sambil memakan cemilan-cemilan yang tadi ia beli, tak lupa televisi yang juga asik menjadi tontonannya.

Matanya mendelik tatkala melihat ternyata tidak hanya cemilannya saja, namun cemilan kesukaan Xaivano pun orang itu makan.

"Dasar dugong!" geramnya melangkah mendekati orang tersebut.

Tanpa aba-aba tangannya beraksi untuk menarik telinga cowok itu membuatnya langsung mengaduh.

"Anjing! sakit goblok!" Asya tambah mengencangkan jewerannya, bisa-bisanya ia dikatain hewan berlidah panjang itu.

"Coba ulangi?" Elvaro langsung mengusap-usap telinganya yang terasa berdenyut hebat itu sembari meringis menatap Asya yang kini juga sama menatapnya garang.

"Kalo kuping gue copot gimana? lo mau ganti apa?" gerutunya.

"Gampang gue beliin mau segede kuping gajah sekalipun!" Elvaro nyengir sebelum akhirnya mengubah posisi duduknya menjadi tegak dengan baik.

"Gue udah bela-belain nggak jadi nongkrong sama yang laen karena mau ke rumah lo ini! pas udah sampe malah diomelin."

"Oh yaudah, kalo lo nggak mau bantuin gue, pergi aja sana! gue si simple tinggal ngomong sama Devan kalo stok cemilan gue sama Xaivano lo abisin!"

"Oke! bilang aja palingan abis lo ngomong dia cuma nyuruh orang buat nyopet gue besok!"

"Gue juga ngomong kal-"

"Iya udah iya! gue nggak bercanda dia kalo udah nyangkut lo nggak cuma nyopet tapi rampok rumah gue juga! kan berabe kalo jadi nyata!" ujarnya ngegas, cewek kalo ngeyel ya tetep ngeyel batinnya.

DEVANO||•Desya• (BELUM REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang