25. Salah Satunya Gugur

367 24 2
                                    

Hai pren!!!
Gimana? masih mau lanjut???
Oke mari kita lanjut, gausah basa basi langsung capcus!

Sekian.
Happy Reading
-•••-

Happy Reading-•••-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-•••-

Setelah pemakaman usai, satu persatu orang yang berada disana juga sudah mulai beranjak kembali ke habitatnya masing-masing, kini hanya tersisa orang tua Vanya dan keluarga Axel tunangan mendiang sendiri yang berada disana, termasuk Asya dan Devan.

Tadi juga sempat ada beberapa guru dari SMA LB datang untuk mengucapkan duka cita terhadap keluarga Vanya, meskipun belum terlalu kenal, namun Vanya juga sudah dianggap keluarga dengan pemilik SMA tersebut.

Asya menatap punggung kakaknya itu sendu, yang dulu selalu terlihat tegap dan tegas, saat ini hanya terlihat rapuh, yang dulunya tawa selalu mendominasi hidupnya, kini hanya air mata yang berlinang sejak kepergian tunangannya, bulan depan mereka sudah merencanakan akan segera menikah, namun Tuhan berkata lain,

Memang tak mudah mengikhlaskan seseorang yang sudah menjadi bagian hidup kita, Asya pun memahami itu meski belum pernah mengalami.

Tadi, saat dirinya sampai dirumah sakit, ia sudah diceritakan oleh Bundanya bagaimana kejadian yang sebenarnya, awalnya ia tak percaya, namun dapat ia simpulkan ini murni kecelakaan, mungkin memang Tuhan lebih sayang dengan calon kakak iparnya itu.

"Nak..," panggil sang Bunda Vanya kepada Axel yang langsung menatapnya seraya tersenyum meski ada jejak air mata diwajahnya.

"Atas nama anak Ibu, Ibu minta maaf kalau selama ini Vanya pernah melakukan kesalahan terhadap kamu dan keluarga kamu, dan Ibu juga minta buat ngikhlasin anak Ibu biar dia tenang disana," ucapnya seraya menahan sesak yang diangguki Axel.

"Dan.., sebelum Vanya pergi, beberapa hari lalu dia sempet bilang sama Ibu,"

"Apa Bu?" tanya Axel.

"Dia bilang, nanti kalau dia udah nggak ada didunia ini, dia mau kamu terus mengejar pendidikan kamu, jangan putus, dia pengen lihat kamu sukses ke depannya, dia bangga punya calon kaya kamu, tapi dia cuma bilang calon karena setelahnya terganti dengan kata-kata kalau dia pernah bermimpi jika bukan dia jodoh kamu,"

"Dan sekarang semua sudah kecapaian." sambungnya diakhir kalimat sebelum menangis terisak dipelukan sang suami, sedangkan Axel sendiri hanya terdiam dengan hati mencelus sebelum akhirnya sebuah tangan mungil menyentuh pundaknya yang mampu membuyarkan pikirannya.

"Kak, lo harus inget kata-kata yang diucapkan Ibu tadi." ucap Asya tersenyum manis yang berhasil membuat Axel meneteskan air mata kembali, jujur kali ini dirinya benar-benar sakit,

DEVANO||•Desya• (BELUM REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang