Bab 52

63 15 7
                                    

Rencana Rufus untuk menyerang Andarmensia memang kabar terburuk yang tidak ingin didengar siapa pun pada pukul enam pagi. Akan tetapi aku dan Beast tidak bisa menyimpan informasi itu lebih lama lagi.

Ben dan Kaia juga pergi bersama kami pagi itu. Tidak banyak yang bisa kami bicarakan, tetapi kusampaikan bahwa pertemuan semalam berjalan lancar. Mendengar itu saja sudah membuat Ben memasang wajah lega.

"Kuduga tidak mudah," tebaknya ketika kami pergi ke luar untuk menemui para naga.

"Tidak mungkin mudah, tapi semua itu berhasil diatasi," jawabku, tanpa berniat mengumbar detail-detail menghebohkan dari pertemuan semalam. "Beast banyak membantu dengan berubah menjadi manusia."

"Manusia mengerikan bertubuh besar itu?" Ben mendengus pelan. "Tentu saja."

"Kau masih marah soal tadi pagi?"

Tadi pagi Ben nyaris terkena serangan jantung gara-gara melihat sosok manusia raksasa Beast keluar dari kamarku.

"Aku tidak marah, tapi bisa kupastikan sebagian besar orang akan terkencing-kencing setelah melihatnya."

Sulit menahan tawa tatkala mendengar keluhan barusan. Akan tetapi ucapan Ben tidak salah. Berkat sosok Beast yang mengerikan itu aku berhasil bertahan di tengah berbagai situasi.

Kami menempuh perjalanan seperti biasa pagi itu, kendati Ben menyarankan sihir teleportasi. Sudah lama sejak terakhir aku menikmati saat-saat tenang ketika menunggangi naga. Beast pun sudah tidak sabar untuk terbang dalam durasi lama sehingga dia menganggap perjalanan pagi ini sebagai kesempatan untuk memanaskan otot-otot sayapnya yang semalam hanya dia pakai sebentar.

Cakrawala masih didominasi warna kelabu, tapi semburat sinar merah kejinggaan telah tampak. Angin berembus menerpa helaian anak-anak rambutku sekaligus menimbulkan suara desau bising di telinga, tetapi semua itu membuatku nyaman. Aku memejamkan mata, menikmati betapa menyenangkannya bisa mengudara lagi.

Ketika kami tiba, para penunggang sudah terlihat sibuk di halaman gedung pemerintahan. Beberapa dari mereka berasal dari daerah lain dan baru saja tiba di Belt Centras.

Aku dan Ben berpisah di depan pintu masuk. Sementara dia bergegas menyiapkan diri untuk pemberian instruksi latihan, aku dan Beast menemui ketua dewan Andarmensia. Mereka dan anggota dewan lainnya masih di ruang rapat. Kudengar dari sekretaris Madam Jackson, pihak dewan sibuk menyiapkan program latihan gabungan. Seharusnya tidak ada yang boleh mengganggu, mengingat mereka semua tidak tidur dan barangkali sedang uring-uringan. Akan tetapi, kabar yang kubawa termasuk krusial untuk diketahui sehingga aku diizinkan masuk.

"Miss Adams," Madam Jackson menyapa lelah. "Ada kabar?"

"Ada, ma'am. Semalam aku dan Beast mencoba memata-matai Rufus dengan sihir kami," jawabku, dilanjutkan dengan pemberitahuan penggalan percakapan yang kudengar. Walau membawa sedikit informasi, setidaknya ini sudah menjadi pertanda bahwa waktu kami tidak lagi banyak.

"Kami sedang mencoba mengumpulkan data-data dari penunggang dan penyihir yang akan ikut berlatih," Madam Jackson menjelaskan agenda rapatnya padaku. "Para penyihir akan datang lagi nanti, sementara para penunggang naga yang hadir akan segera didata. Setelah semua nama didapat, kami berencana untuk segera memasangkan penunggang dan penyihir. Sementara untuk para darah campuran akan bertarung sendiri."

"Kami masih mengkhawatirkan apakah mereka akan bisa bekerja sama atau tidak," Mr. Lormant berucap padaku. "Para pasukan pemerintahan mungkin sudah terbiasa, tapi entah bagaimana dengan tambahan pasukan yang baru datang. Kami berencana membiarkan pasukan tambahan ini melihat cara kerja pasukan pemerintah terlebih dahulu. Para anggota dewan akan membantu mendemonstrasikan cara bertarung kita."

Iltas 3: A Dance of Fire and SorceryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang