Bab 7

105 17 19
                                    

Kembali bekerja di Belt Centras tidak memberiku waktu untuk bertemu Rufus. Alhasil, aku tidak mendengar kabar apa pun darinya selama lima hari.

Kendati tidak melakukan kunjungan ke Dracaelum, pekerjaan divisiku masih cukup menyibukkan di awal minggu. Kami perlu mendiskusikan kapan waktu terbaik untuk memeriksa ulang keadaan Dracaelum dan bicara pada Naga Agung. Sebagian memilih langsung pergi dan bertanya apabila selama dua minggu ke depan belum ada kabar, tetapi aku termasuk pihak yang lebih suka menunggu kepastian dari Dracaelum.

Setiap kali mengingat ucapan Lily tentang si penyusup misterius, kecemasan kembali merajai benakku. Aku khawatir kedatangan kami ke Dracaelum hanya akan mengganggu proses penjagaan dan penyelidikan yang sedang dilakukan.

"Mereka pasti memberi kabar," aku meyakinkan para penunggang. "Naga Agung akan mengirim anggota Fittwen seperti yang biasanya dia lakukan."

"Tapi bagaimana kalau ini hanya rencana untuk menutup akses Dracaelum?" tanya Erika, salah satu penunggang yang membantu mengurus jadwal kunjungan. "Apalagi setelah anak-anak Matumaini yang nakal-nakal itu."

"Aku heran kenapa anak sekarang nakal-nakal," dengus penunggang lainnya.

Tanpa mengumbar masalah penyusupan itu, aku membalas, "Kurasa ini bukan semata karena anak-anak itu. Kita akan langsung tahu kalau Naga Agung marah pada mereka."

"Mungkin memang ada masalah internal," komentar penunggang yang bernama Diego. "Sebaiknya kita tidak ikut campur dan percayakan saja pada pihak Dracaelum."

Erika mendengus pelan. "'Percaya saja' katamu? Kau ingat apa yang terjadi saat terakhir kali kita mencoba mempercayai naga-naga di sana?"

"Kita tidak akan membahas masalah itu," aku segera menengahi sebelum terjadi perdebatan lebih lanjut. "Kita hanya perlu menunggu. Madam Jackson telah memberi tugas baru untuk sementara waktu hingga segala sesuatu kembali seperti sedia kala."

Aku lumayan suka dengan pekerjaan baruku selama tidak mengurus Dracaelum. Sebelumnya aku sudah berharap dimasukkan ke Divisi Ketenagakerjaan. Walau pada akhirnya tidak bisa bekerja di posisi tersebut, setidaknya aku berhasil meyakinkan Madam Jackson dan Mr. Lormant untuk lebih memperhatikan regulasi perekrutan pekerja untuk manusia biasa, serta menghindari aksi penculikan anak muda demi memenuhi kuota pekerja atau demi uang bayaran tambahan.

Sekarang, aku bisa berkontribusi lebih banyak dengan berkunjung ke wilayah yang didominasi manusia biasa untuk mengawasi perkembangan mereka, sekaligus berkomunikasi dengan usaha penyalur pekerja dan memastikan segala sesuatu dilakukan sesuai prosedur—-kalau saja boleh, aku sudah pasti menghancurkan usaha yang satu ini saking dendamnya dengan penculik yang dulu memaksaku bekerja di Matumaini.

Sayang sekali aku dan Ben harus berpisah divisi selama beberapa waktu, berhubung Ben dimasukkan ke bagian pertahanan. Kaia mengamuk setengah mati setelah tahu kalau dia diharuskan berlatih setiap beberapa hari sekali.

Sebenarnya dalam situasi seperti sekarang, aku lebih mengharapkan pekerjaan yang membuatku lelah agar tidak perlu mengkhawatirkan banyak hal. Namun, setidaknya masih ada beberapa kunjungan yang aku dan Beast jalani untuk melakukan pengawasan dan mencari tahu kondisi para pekerja. Itu sudah cukup menyibukkan, dan bila dibandingkan dengan kunjungan ke Dracaelum, pekerjaan semacam ini jauh lebih ringan karena orang-orang yang kutemui tidak memiliki tinggi ratusan meter atau pernah memutus ikatanku dengan nagaku.

Tidak banyak hal yang terjadi dalam waktu lima hari kerja sehingga tahu-tahu saja kami telah mencapai akhir pekan.

"Tak sabar rasanya bisa pulang," erang Kaia, ketika kami semua bersiap kembali ke Morze. "Tega-teganya kami dimasukkan ke divisi terkutuk itu! Yang kami lakukan cuma latihan, latihan, dan latihan. Aku masih bisa mendengar suara peluit dan teriakan pelatih di telingaku. Sementara kerjaan Beast jauh lebih menyenangkan!"

Iltas 3: A Dance of Fire and SorceryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang