Bab 20.2

62 15 21
                                    

Para naga telah berkumpul di gua ketika Agnar dan Rufus kembali.

"Apa yang terjadi?" Gerick bertanya. "Aku sedang mengawasi anak-anak dan tiba-tiba saja merasa lelah."

"Permata kami menyala tanpa sebab saat kami sedang mengurus pulau-pulau di sekitar," ujar naga lainnya.

Tatapan tajam Adur segera tertuju pada Rufus, tetapi dia tidak mengungkapkan kecurigaannya secara gamblang. Sebagai gantinya, dia menatap Agnar untuk meminta jawaban.

"Jangan menyembunyikan apa pun, karena kami semua mengalami hal serupa," Adur menegaskan.

"Mungkin kau bisa duluan mengungkap apa yang kau sembunyikan," Agnar menjawab tenang. Dengan semua kekuatan yang dia miliki sekarang, kepercayaan dirinya bertambah. Mengumpulkan setengah kekuatan dari sebelas naga bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. "Apa yang kau rencanakan, Adur?"

"Oh, sekarang kau melempar tuduhan padaku?"

"Jangan bersikap seolah kau tidak melakukan apa pun," desis Agnar, mulai kehilangan sedikit kesabaran. "Apa yang kalian bicarakan semalam?"

Naga-naga yang tidak terlibat dalam percakapan rahasia itu memasang wajah tak mengerti, sementara naga-naga yang terlibat mulai saling melempar pandangan. Adur, sebagai pemimpin dari semua itu, balas menatap Agnar dan Rufus secara bergantian. Sorot matanya perlahan menunjukkan pemahaman.

"Jadi begitu," dengus Adur. "Kutebak penyihir kecilmu ini mendengar sesuatu, begitu?"

"Tidak perlu bermain-main lagi, Adur," Agnar berkata lelah. "Setelah semua perjuangan kita melawan para penyihir-—"

"Setelah semua perjuangan kita melawan penyihir," Adur memotong tajam, "kau malah berteman dengan salah satu dari mereka dan membiarkannya hidup di antara kita."

"Rufus tidak melakukan apa pun," Agnar membalas sengit. "Kau yang memulai masalah ini."

Adur mengeluarkan tawa mengejek. "Kau sungguh berpikir kalau hanya aku satu-satunya naga yang tidak menyukai keberadaan penyihir ini?"

"Dia bisa saja mengkhianati kita suatu saat nanti. Kami tidak ingin melakukan ini, Agnar, tapi kau sudah terlalu terikat pada penyihir itu," naga lain mulai bersuara.

"Apa kalian pernah melihat Rufus melakukan sesuatu yang tidak wajar terhadap kita?" tanya Agnar, tak habis pikir. "Dia memilih kita, kaum yang sudah merenggut nyawa begitu banyak manusia."

"Dan pernahkah terbersit di pikiranmu bahwa itu merupakan bibit-bibit dari pengkhianat?" tanya Adur. "Kita membunuh kaumnya tanpa pikir panjang. Anak itu bahkan sakit tak lama setelah 'pembersihan' dilakukan."

Agnar menoleh ke arah Rufus untuk meminta jawaban. Tentu saja, pemuda itu menjalankan perannya dengan baik. "Aku memang sempat terpukul, tapi pada akhirnya, Agnar-lah yang kupilih. Tidak perlu mencari kambing hitam atas permasalahan ini kalau kalianlah sumber masalahnya," Rufus membalas dingin.

Mendengar dirinya mendapat balasan demikian, rahang Adur mengetat. "Tugasmu sudah selesai di sini, Rufus," geramnya. "Sekarang adalah masa kejayaan para naga. Tidak ada lagi tempat bagi penyihir."

Tanpa memberi jeda, Adur menyembur apinya, membuat semua naga tersentak gara-gara tidak mengantisipasi serangan dadakan itu.

Agnar menanggapi serangan tersebut dengan tak kalah gesitnya. Pelindung terbentuk kurang dari sedetik. Akan tetapi, naga-naga yang mendukung Adur pun tidak membuang waktu dalam membantu sang pemimpin pemberontakan.

Semburan api sihir membuat gua naga bertambah terang. Sisa naga yang netral tidak tahu harus berbuat apa selain bergerak mundur, menatap kedua kubu dengan raut bingung sekaligus panik. Akhirnya Gerick mengambil langkah dengan mengarahkan sihirnya ke serangan api tersebut, mencoba memutusnya agar tidak lagi menyerbu Agnar. Akan tetapi bantuan tersebut tidak lagi diperlukan.

Iltas 3: A Dance of Fire and SorceryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang