Bab 56

69 16 3
                                    

Dua hari belakangan berjalan cukup normal. Selama itu pula, aku, Ben, beserta naga kami selalu pergi ke Belt Centras untuk membantu mengurus orang-orang dan naga yang butuh bantuan.

Menjelang siang, setelah kami membantu mengurus beberapa naga, aku dan Beast beristirahat di halaman depan. Memang agak melelahkan harus berjalan ke sana-kemari untuk membawakan obat atau makanan, tetapi kelelahan semacam itu terasa lebih menyenangkan. Ditambah, suasana aman tentram tanpa serangan. Apa yang lebih baik dari itu?

"Kalian kelihatan semakin sehat."

Suara Madam Jackson membuatku segera menegakkan badan. Kupasang posisi duduk yang sopan tatkala wanita itu datang dan mengambil posisi di sebelahku.

"Istirahat benar-benar memberi pengaruh luar biasa dalam proses pemulihan kami, ma'am," balasku, setuju dengannya. "Bagaimana keadaan Anda?"

"Aku pun merasa lebih baik," dia menjawab lega. "Setelah pemuda sinting itu dipenjara, aku akhirnya bisa tidur nyenyak."

Mendengarnya membahas Rufus memberiku kesempatan untuk bertanya. "Kalau boleh saya tahu, kapan kita akan membahas hukuman Rufus? Apakah ada kabar dari Dracaelum?"

"Tadi pagi Gerick sempat datang. Dia mengabari bahwa naga-naga di Dracaelum mempersilakan apabila kita ingin mengadili Rufus, dengan syarat wakil Dracaelum harus hadir dalam persidangan dan diperbolehkan memberi suara terkait hukuman yang hendak diberikan," papar Madam Jackson. "Rencananya aku dan Lormant akan mengadakan sidang pada hari Senin nanti. Sampai waktu itu tiba, kita semua bisa beristirahat dan memulihkan diri dulu."

Setelahnya, Madam Jackson tidak mengatakan apa-apa. Tetapi ketika aku melihat ke arahnya, tampak jelas bahwa wanita itu punya hal lain untuk dikatakan.

"Ma'am, apa ada hal lain yang perlu saya ketahui?"

Semula wanita itu kelihatan ragu, tetapi dia memilih mengangguk. "Kau tahu banyak orang menginginkan kematian Rufus," dia berujar pelan. "Hanya saja, aku dan Lormant bertanya-tanya apakah itu hukuman yang tepat." Madam Jackson menjeda sesaat sebelum melanjutkan, "Aku ingin tahu pendapatmu saja. Kira-kira apa yang bisa kita lakukan?"

"Izinkan saya menemui Rufus," pintaku, tanpa pikir panjang lagi. "Saya bisa mencoba memastikan apakah dia memang dikuasai oleh sihir saat melakukan semua itu atau tidak."

Madam Jackson langsung memasang wajah enggannya secara terang-terangan. Cukup lama dia larut dalam pemikiran sambil menimbang keputusan, hingga akhirnya dia memberi jawaban, "Kalau menurutmu itu bisa membantu, maka baiklah. Kau tahu dia ada di mana. Akan kuminta Lormant untuk menemanimu."

"Kalau Mr. Lormant tidak keberatan, saya akan pergi sekarang," ujarku, disetujui oleh Madam Jackson. Sementara dia bergegas mencari rekannya, aku dan Beast bertukar pandang.

"Jadi, kita akan menemuinya," ulang Beast.

Aku mengangguk. Ada ketidaksiapan yang mengisi dadaku tatkala membayangkan keadaan Rufus saat ini. Tetapi di sisi lain aku harus melihatnya.

"Bersikaplah baik saat kita bertemu dia," aku duluan memperingati Beast, dibalas dengan dengusan keras darinya.

"Selama dia waras, aku berjanji akan bersikap baik."

━━━━━━━━━▼━━━━━━━━━

Penjara Trissza punya tempat khusus untuk penyihir-penyihir yang berbahaya. Dulu, Asmodeus juga ditempatkan pada bagian ini. Tetapi semenjak dia meninggal, tempat ini kembali kosong, hingga akhirnya Rufus datang untuk menempatinya.

Semakin dalam kami memasuki penjara itu, semakin gelisah pula Beast. Aku meraih tangannya, yang segera dibalas dengan genggaman erat. Padahal sudah kusuruh dia menunggu di luar, tetapi Beast menolak membiarkanku masuk kemari tanpa pengawasannya.

Iltas 3: A Dance of Fire and SorceryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang