BEN
Mungkin aku harus menyusul.
Selama lebih dari lima belas menit, Ben telah bergulat dengan pikirannya dalam diam, hingga akhirnya Mr. Lormant kembali untuk mengabari kedatangan naga Andarmensia dari Dracaelum.
Mendengar kabar baik itu tidak serta-merta membuat Ben senang. Wajah pucat Mr. Lormant, ditambah ketegangan dan sikap terburu-buru yang ditunjukkan pria itu membuat Ben kian gelisah.
Akan tetapi, tidak ada waktu untuk larut dalam perenungan. Dengan segera, Ben beserta dua penunggang dan dua penyihir diutus ke bagian terujung Trankuila untuk menanti kedatangan para naga. Prosesnya tidak berlangsung instan sehingga mereka masih harus menunggu beberapa menit. Berdasarkan informasi terakhir yang disampaikan Mr. Lormant, Gerick beserta beberapa anggota Fittwen sedang sibuk mengumpulkan para naga.
"Tak kusangka hanya butuh beberapa menit untuk mengamankan naga Andarmensia," seorang penunggang berujar pelan pada rekannya, tetapi kesunyian membuat Ben bisa turut mendengar.
Sang rekan menghela napas. "Tidak heran semua ini berhasil. Toh, dia ikut dalam perundingan ini."
"Kau benar. Biar bagaimanapun masalah ini muncul karena gadis itu."
Ben mengatupkan bibirnya rapat-rapat, menahan godaan untuk merapalkan mantra.
"Menurutmu apa yang dilakukannya sampai penyihir itu mau membebaskan naga Andarmensia?"
Salah satu penunggang terkekeh. "Entahlah. Barangkali sesuatu yang menyenangkan."
"Menyenangkan bagaimana? Si Adams itu bahkan tidak cantik," sergah temannya. "Jangankan wajahnya, kau coba lihat saja dadanya. Nyaris rata."
Kini mereka berdua tertawa geli, tapi hanya untuk beberapa detik. Dengan mendadak suara mereka terhenti, digantikan dengan bunyi tenggorokan yang tercekat. Para naga dan kedua penyihir di dekat mereka ikut menoleh heran akibat suara aneh itu, dan kedua penunggang mendadak memuntahkan sesuatu yang sejak tadi mencekal tenggorokan mereka.
Dua ekor katak yang masih hidup melompat-lompat di atas punggung naga kedua penunggang itu. Di tengah kebungkaman, tenggorokan keduanya mendadak tercekat lagi.
"Salvatore," salah satu penyihir yang duluan menyadari keadaan langsung menyebut nama Ben, padahal dirinya berjuang menahan tawa. "Hentikan itu."
Ben mengangkat kedua alisnya. "Memangnya aku melakukan apa?"
Salah satu penunggang menoleh ke arah Ben setelah memuntahkan katak kedua dari mulutnya. "Dasar—" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, penunggang itu kembali berjuang mengeluarkan katak lainnya.
Kedua naga dari masing-masing penunggang turut mengamati Ben dengan sorot murka, diikuti geraman yang untungnya tidak bisa Ben pahami.
"Kalian beruntung itu cuma katak," Ben sengaja berkata keras-keras, tak peduli walaupun bola mata kedua naga dan penunggang mereka terlihat akan keluar saking tajamnya mereka melotot. Sebelum kekacauan merebak, Ben sudah duluan merapalkan mantra teleportasi sehingga dirinya dan Kaia berpindah ke Dracaelum.
Di tengah rasa pusing dan lelah yang melanda karena proses perpindahan tempat itu, Ben segera bernapas lega setelah melihat Cassie. Tidak ada siapa pun lagi di sekitar mereka.
"Kenapa kau dan Beast masih di sini?" Ben bertanya seraya turun dari Kaia. "Di mana—-"
"Apa yang kau lakukan di sini?" Cassie melotot tajam tatkala menyadari kehadirannya. "Kembali, Ben! Para naga akan segera tiba di Andarmensia, kau harus membantu mereka—-"
"Di mana Madam Jackson?" Ben menyelesaikan pertanyaan yang belum selesai. Dia meraih bahu Cassie dan baru menyadari bahwa tindak-tanduk gadis menyiratkan telah terjadinya sebuah masalah. "Cass?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Iltas 3: A Dance of Fire and Sorcery
FantasíaApi dan sihir. Penunggang naga dan penyihir. Persahabatan dan pengkhianatan. | • | Hampir dua tahun berlalu, Cassidy dan Beast masih menjalankan tugas mereka sebagai duta Andarmensia bagi Dracaelum. Namun, keanehan terjadi. Naga Agung ingin menghent...