Bab 50

96 13 17
                                    

Aku tidak yakin persiapanku cukup untuk malam ini. Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara meyakinkan para penyihir untuk berpihak pada Andarmensia.

Kalau aku menjadi mereka, hal terbaik yang kulakukan adalah duduk diam, membiarkan Rufus mengacaukan segala sesuatu, kemudian setelah pemuda itu tewas akibat sihir yang berlebih, keadaan pun akan kembali seperti semula. Tidak ada yang akan dirugikan bila tetap duduk diam di rumah.

Suara ketukan pintu menyela lamunanku. Kulihat Immy masuk seraya membawa kain hitam keemasan di tangannya.

"Apa itu?" tanyaku.

"Pakaian barumu," Immy menjawab santai. "Jangan bilang kau mau menemui para penyihir dengan pakaian kerja hitam polosmu." Disampirkannya setelan yang dibawa ke atas ranjang. Modelnya kurang lebih hampir sama dengan baju kerjaku, tetapi yang satu ini memiliki aksen sulaman benang keemasan, baik itu di bagian tepi maupun pada bagian tengah pakaian. Sebagai tambahan, terdapat pula pelindung pergelangan tangan berwarna keemasan.

"Tidakkah ini terlalu... berlebihan?" tanyaku, agak mengkhawatirkan reaksi penunggang lain. "Maksudku, semua orang akan hadir dalam pakaian kerja biasa."

"Itu karena mereka tidak bakal menyampaikan argumen apa pun, Cassie," Immy mengingatkan. "Kau perlu memberikan kesan yang baik. Bertemu penyihir di luar anggota dewan bukan hal yang bisa dianggap remeh. Masih ada beberapa keluarga yang menjunjung sifat mengasingkan diri alih-alih berbaur dengan yang lain, dan bisa dipastikan akan sulit mendulang rasa hormat mereka bila kalian tidak mempersiapkan diri."

"Aku tahu, tapi—-"

Immy mendesis; tangannya membekap mulutku. "Diam dan pakai baju ini."

Bibirku mengerut kesal, tetapi tidak ada perlawanan yang bisa kuberikan. "Baiklah, nyonya."

Selagi aku mengganti pakaian, Immy kembali bertanya, "Apa kau sudah menyiapkan argumen?"

"Aku menyiapkan beberapa," jawabku. "Sisanya berserah pada improvisasi semata. Tebakanku, mereka akan sangat mempertanyakan kekuatanku dan Beast serta mengungkit masalah yang pernah terjadi dulu."

"Masalah yang mana? Soal iltas yang membunuh penyihir itu?"

"Benar. Omong-omong, tadi aku menemui Mr. Lormant lagi dan sisi baiknya, dia bilang malam ini semua perwakilan keluarga bersedia hadir, baik dari golongan penyihir tingkat bawah dan atas. Pemimpin dari setiap desa sudah mengkonfirmasi kehadiran mereka."

"Bagaimana dengan keluarga Salvatore?"

Aku menggeleng seraya merapikan pakaian bagian atasku. "Keluarga Salvatore tidak diundang. Kurasa karena kepala keluarganya seorang penunggang naga. Ben hanya mendapat panggilan untuk menjalani latihan. Namun, Mr. Lormant sempat membahas soal Dante. Katanya dia diundang."

Immy mengangguk kecil. "Ah, ya, si penunggang infernos pemarah itu. Sudah lama aku tidak dengar kabarnya."

"Sepertinya dia masih bekerja di perkebunan anggur keluarga Melvar," kataku. "Mengingat Avyana sudah pulang ke Andarmensia, mereka tinggal berdekatan lagi. Tapi aku tidak tahu bagaimana perkembangan kedekatan mereka."

Aku bercermin sekali lagi, memastikan telah tampil rapi. "Bagaimana?"

Immy berjalan ke sebelahku. "Well, kau kelihatan siap menghadapi sekumpulan orang-orang menyebalkan."

Aku mendenguskan tawa. "Immy, kau membuatku ketakutan setengah mati kalau bicara seperti itu."

"Jangan terlalu cemas, Cass." Immy meraih pelindung pergelangan tangan yang masih tergeletak di atas meja rias dan membantuku mengenakannya. "Kalau mereka mulai menyebalkan, lempar saja ke seberang ruangan."

Iltas 3: A Dance of Fire and SorceryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang