Keesokan harinya, Rufus tidak terlihat sepanjang pagi. Karena itulah, aku dan Ben memilih mengajak naga kami berkunjung ke Trankuila. Sekalian aku ingin menemui Raelynn. Immy memilih tetap di rumah saja, membantu kami mengawasi keadaan.
Kebetulan Raelynn sedang menjaga toko. Aku membeli dua potong kue untukku dan Ben, serta sebuah kue utuh untuk Beast. Kaia tidak begitu menggemari makanan semacam ini dan sudah mengenyangkan diri dengan ikan.
Saat menyerahkan kue kami, Raelynn turut memberikan sebuah kartu undangan berwarna merah muda.
"Apa ini?" Kuamati kartu itu dan membukanya, lalu membelalakkan mata. "Kau akan menikah?!"
"Ya!" Raelynn memekik senang.
"Dengan siapa? Dan sejak kapan ada yang tahan mendengar ocehanmu?"
Raelynn mengerutkan bibirnya. "Dasar berengsek. Aku tidak seburuk itu."
Kebiasaan memaki temanku yang satu ini memang tidak bisa disembuhkan, begitu juga suasana hatinya yang cukup cepat berubah.
Raelynn mengarahkan pandangan pada seorang pria yang baru keluar dari dapur. "Itu dia. Felix! Kemari sebentar."
Pria itu terlihat berbanding terbalik dengan Raelynn yang selalu tampak menggebu-gebu. Sosoknya terlihat cukup besar, tetapi wajahnya yang agak tembam memancarkan kelembutan. "Cassidy Adams, benar?" Pria itu mengenaliku dengan mudah dan kami berjabat tangan. "Raelynn cerita banyak hal soalmu."
"Halo, Felix," aku menyapa dan menunjuk ke sebelahku, "ini Ben."
"Selamat untuk kalian," ucap Ben, tak lupa turut menjabat tangan Felix. "Kapan acaranya?"
"Minggu depan. Raelynn merencanakan segala sesuatu dengan detail." Pemuda itu tersenyum ke arah calon istrinya. "Kuharap kalian bisa datang. Menjadi penunggang naga pasti menyibukkan."
"Sangat," malah Raelynn yang membalas. "Cassie sangat sibuk sampai dia tidak tahu aku sudah punya kekasih dan akan menikah."
"Memangnya kapan kalian saling kenal?" tanyaku, merasa bersalah karena agak mengabaikan Raelynn.
"Musim gugur lalu, sekitar bulan November," jawab Raelynn, sambil melirik ke arah Felix dengan sepasang mata kelabunya yang berbinar bahagia.
"Bukannya musim gugur lalu aku masih sempat datang?" tanyaku. "Dan bagaimana aku tidak tahu apa pun selama enam bulan belakangan?"
"Ya, tapi kau selalu tergesa-gesa pergi sampai kita tidak sempat mengobrol," Raelynn memprotes. "Selain itu, aku mau melihat keterkejutan di wajah konyolmu itu. Pokoknya kalian harus datang, ya? Aku akan menyiapkan makanan untuk naga kalian."
Aku melihat undangan itu sekali lagi. Bahannya dibuat dari kertas tebal, dihiasi gambar bunga dan sulur tanaman buatan tangan. Pada bagian dalamnya, nama Raelynn dan Felix ditulis berdampingan beserta kedua orang tua mereka.
"Kau tidak perlu repot-repot soal para naga. Mereka biasanya makan beberapa hari sekali," aku bicara sambil masih memandangi undangan tersebut. Barulah setelahnya kutatap Raelynn. "Kami akan datang. Sekali lagi, selamat untuk kalian berdua."
Melihat keduanya tersenyum bahagia membuatku ikut senang, ditambah sekelumit perasaan terharu.
"Felix, kau yakin tidak dijampi-jampi, Raelynn, 'kan?" tanyaku, mencoba memastikan.
Raelynn melotot tajam, sementara calon suaminya hanya tertawa geli.
"Mungkin aku dijampi-jampi, karena rata-rata pemuda di sini takut pada Raelynn," balas Felix, ikut mengganggu kekasihnya. "Tapi, aku tidak keberatan bila disihir untuk hal ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Iltas 3: A Dance of Fire and Sorcery
FantasyApi dan sihir. Penunggang naga dan penyihir. Persahabatan dan pengkhianatan. | • | Hampir dua tahun berlalu, Cassidy dan Beast masih menjalankan tugas mereka sebagai duta Andarmensia bagi Dracaelum. Namun, keanehan terjadi. Naga Agung ingin menghent...