Extra Part - Sister [pt. 1]

97 13 13
                                    

Cerita ini terjadi beberapa bulan setelah bab 59

━━━━━━━━━▼━━━━━━━━━

Immy hanya punya satu keinginan, yakni tidak lagi diteror oleh adiknya.

Immy telah menyatakan dengan tegas bahwa dirinya tidak akan memenuhi undangan yang diberikan Isadora dalam rangka perayaan satu bulan kelahiran anaknya. Seakan-akan bisa menebak reaksi Immy, Isadora mengakalinya dengan turut mengundang Cassidy.

Setelah usulan Isadora menyelamatkan Cassidy dari rencana pernikahan, tentu saja gadis itu tidak akan tega menolak undangan. Justru inilah yang membuat Immy kian frustrasi, karena tidak mungkin dia membiarkan sahabatnya pergi sendiri. Seolah itu tidak cukup menjengkelkan, Ben pun harus mengurus pengantaran stok barang dagangan ke Protahla di saat-saat seperti ini dan baru akan pulang setelah pesta lewat.

"Santiago bisa menemaniku," Cassie berusaha meyakinkan Immy setelah menceritakan perihal undangan yang dia terima. "Kau tidak perlu memaksakan diri."

Mendengar ide tersebut membuat Immy menghela napas kasar. Mana mungkin Santiago paham soal Isadora. Kalaupun perempuan itu mencoba membujuk Cassie macam-macam, Santiago pun tidak akan bisa mencegahnya.

"Aku akan menemanimu," Immy memutuskan.

"Sudah kubilang—"

"Aku akan menemanimu, Cass," desis Immy. "Tidak usah bilang apa-apa lagi."

Cassie langsung merengut. "Aku tidak usah pergi saja kalau begitu."

"Tidak sopan kalau kau tidak pergi, padahal Isadora sudah mengundangmu. Kau akan dipandang buruk oleh penyihir lain."

"Kalau begitu jangan marah padaku," bujuk Cassie. "Kau tahu wajahmu mengerikan saat marah."

Sulit untuk tidak marah ketika mengalami pemaksaan semacam ini. Jelas, Isadora tidak pernah berubah; selalu saja mencari cara merepotkan kehidupan Immy.

"Aku tidak marah padamu," Immy menenangkan sahabatnya yang kelihatan hampir menangis itu. Kadang Immy lupa Cassie sangat sensitif. "Aku hanya tidak mau berhubungan dengan Isadora lagi dan entah kenapa dia malah berusaha mengusikku."

Keduanya sama-sama terdiam. Immy sibuk membaca ulang undangan menjengkelkan yang harus dia hadiri itu, sementara Cassie kelihatan sedang memikirkan sesuatu yang tidak kunjung disuarakan. Pada satu waktu, Immy yakin gadis itu mau bertanya, tapi memilih diam pada akhirnya.

"Kau mau makan kue?" tanya Cassie. "Bagaimana kalau kita ke Trankuila? Aku akan mentraktirmu kue dari toko Raelynn."

"Boleh juga." Immy meletakkan undangannya di meja. Lebih baik dia menyantap kue alih-alih memikirkan masalah yang belum tiba. Lagi pula, kalaupun sampai bertemu Isadora, Immy akan menegaskan kepada perempuan itu bahwa ikatan apa pun yang ada di antara mereka sudah tiada.

━━━━━━━━━▼━━━━━━━━━

Dulu, Immy pikir dia tahu rasanya dikhianati. Dia selalu membaca perasaan semacam itu dalam buku-buku drama di perpustakaan orang tuanya.

Dikhianati itu tidak menyenangkan. Kata terbaik mendeskripsikan perasaan tersebut adalah pahit dan menyakitkan. Fakta menarik terkait pengkhianatan adalah, semakin dekat kita dengan seseorang, semakin sakit pula pengkhianatan yang akan terasa bila orang tersebut memutuskan berbuat demikian.

Oleh karena itu Immy tidak bisa lagi menatap kedua mata adiknya dengan rasa sayang seperti dulu. Perasaan lembut semacam itu sudah lama hilang.

Aroma masakan mengembalikan benak Immy ke masa kini. Santiago meletakkan hidangan makan malam yang baru selesai dimasak: salmon panggang dengan kentang tumbuk dan kuah daging hangat.

Iltas 3: A Dance of Fire and SorceryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang