Bab 24

69 15 4
                                    

Dalam sehari, sudah terlalu banyak hal yang kualami sampai-sampai aku salah mendengar ucapan Madam Jackson.

"Tentu, ma'am. Kita akan menyelamatkan Dracaelum," aku berujar lelah.

Dahi perempuan itu mengernyit. "Tidak, Miss Adams. Kita tidak akan ikut campur dalam urusan Dracaelum lagi."

"Tidak?" Butuh waktu bagiku untuk memahami maksudnya. Seharusnya aku melompat bahagia, bukannya melongo dan bertanya, "Kenapa?"

"Itulah janji kami kepada Rufus," Mr. Lormant menjawab. "Kami menjauh dari urusan Rufus dan Dracaelum, sementara pemuda itu akan membebaskan Andarmensia dari masalah."

"Dan kalian setuju begitu saja?"

Bukannya aku suka menolong Dracaelum. Hanya saja, melihat kedua ketua dewan akhirnya melepas tanggung jawab terasa seaneh melihat sapi menari.

"Tidak ada pilihan lain, Miss Adams," Madam Jackson berujar berat. "Mau seisi negeri melawan Rufus pun, kita tidak akan menang. Selain itu, walau tidak ingin mengkhianati perjanjian dengan Dracaelum, tetap saja aku dan Lormant harus mementingkan keselamatan Andarmensia."

"Tidakkah kalian berpikir kalau pemuda itu akan tetap menargetkan Andarmensia?" tanya Beast. "Dia sudah sinting. Mana mungkin dia memahami makna perjanjian seperti ini lagi?"

Madam Jackson mengangguk frustrasi. "Kami akan pikirkan masalah itu nanti, sir. Untuk sekarang, keselamatan Andarmensia adalah yang terpenting."

"Lalu bagaimana dengan Lily?!" Mengingat pasangannya masih di Dracaelum membuat nagaku bertambah panik. Beast memutar tubuh ke arahku. "Cass, kita tidak bisa biarkan dia di sana!"

Tatapan kedua ketua dewan terarah padaku dan Beast secara bergantian.

"Cassie!" Beast memanggil lagi, mencoba memecah kebungkamanku.

"Kita harus cari cara lain untuk itu," Ben-lah yang memberi jawaban. "Aku tidak suka mengatakan ini, Beast, tapi kau tidak mungkin membahayakan nyawamu dan Cassie, sementara kemungkinan kita berhasil amatlah tipis."

Mendengar hal tersebut, Beast memilih bungkam. Meski demikian, wajah manusianya tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang kian menjadi-jadi. Melihat semua itu membuatku merasa lebih tidak berguna.

"Tunggu sebentar." Madam Jackson memijat dahinya. "Apa ada sesuatu yang kami lewatkan di sini?" Dia mengamati nagaku. "Mr. Salvatore, apa maksudmu memanggil pria ini Beast?"

Semua orang, termasuk Ben, enggan memberi penjelasan. Beast terlalu larut dalam pikirannya sehingga dia sendiri pun tidak bicara. Akhirnya, kewajiban menjelaskan pun jatuh ke tanganku.

"Ini ulah Rufus," aku berucap enggan sehingga suara yang keluar nyaris seperti gumaman semata, tapi sukses membuat mata Madam Jackson dan Mr. Lormant melebar.

"Miss Ada—-"

"Ma'am, saya tahu ini mengejutkan, tapi —-"

"Seorang manusia?" Madam Jackson kehabisan napas, membuat suaranya terdengar bak pekikan.

Kurasa agak sulit menghentikan pembicaraan dengan perempuan yang satu ini. Madam Jackson masih mengamatiku dengan wajah penuh ketidakpercayaan, akan tetapi berat bagiku untuk melanjutkan penjelasan.

Tiba-tiba saja, Beast berdiri dari kursinya. "Tubuh manusia ini melelahkan sekali," dia mengeluh. "Aku akan istirahat. Kalau kalian ingin bicara pada Cassie, maka tolong tunda dulu karena aku butuh dia untuk menenangkanku. Ayo, Cass." Beast menarik lenganku, menyeretku menjauh dari semua orang.

"Saya permisi dulu, ma'am, sir," aku mohon undur diri. "Pagi nanti saya akan segera pergi Belt Centras supaya kita bisa membahas masalah ini lebih lanjut."

Iltas 3: A Dance of Fire and SorceryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang