Aku tidak yakin apa yang harusnya kukatakan terlebih dahulu kepada Rufus. Dalam kepalaku saat ini ada terlalu banyak hal yang ingin kusampaikan.
"Mr. Stone," Madam Jackson bicara duluan, "kami memang telah mendengar cerita tentangmu dan Naga Agung. Namun, apa pun alasanmu melakukan ini, kami tetap tidak bisa membenarkannya."
"Aku tahu kekacauan macam apa yang telah kutimbulkan, tetapi pilihan yang kumiliki tidak banyak. Agnar mencoba membunuhku, Cassidy, dan Beast, padahal yang kuinginkan hanyalah bicara sebentar dengannya," Rufus menjelaskan secara blak-blakan. "Ini bukan hanya masalahku. Agnar berbahaya bagi semua kaum, baik itu penunggang, penyihir, bahkan bagi naga."
"Kau bisa saja membawa kita pergi," aku berkata pelan, tetapi cukup keras untuk didengar orang-orang di sekitarku. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk menyembunyikan kekecewaan. "Kenapa kau harus melakukan semua itu?"
Rufus mengalihkan wajah dariku, menolak mempertemukan tatapan kami. "Karena sejak awal inilah yang seharusnya kulakukan. Gara-gara diriku, dia bisa membunuh seluruh penghuni negeriku dulu dan memperoleh kekuatan sebesar ini. Karena aku pula dia bisa melakukan semua hal jahat itu pada kalian dan mengelak dari tanggung jawabnya untuk membayar semua perbuatan tersebut."
Tidak ada yang bisa membalas, bahkan orang-orang yang paling banyak berpendapat pun diam saja mendengar semua itu.
"Selain itu, apa pula manfaat yang bisa kalian dapatkan dari kerja sama dengan Dracaelum?" tanya Rufus. "Hanya kunjungan remeh-temeh ke Dracaelum yang penuh dengan batasan."
"Naga Agung membiarkan penunggang naga masuk ke wilayahnya," balas Madam Jackson. "Itu suatu bukti bahwa dia telah memercayai kami. Dia pun telah menerima naga-naga Andarmensia yang kabur dari Perang Besar dulu."
Rufus mendenguskan tawa mendengarnya. "Hanya itu? Kenapa dia tidak melakukan kerja sama lain? Kenapa dia tidak mengirim permata-permata sihir kepada kalian? Kenapa dia tidak memberi permata serupa kepada naga Andarmensia di Dracaelum?"
Pemuda itu melangkah maju. Humor kering di wajahnya luruh. "Sampai kapan pun, naga itu tidak akan menerima kalian. Selalu ada batas antara Dracaelum dan negeri lain. Hanya sejauh inilah yang bisa kalian capai."
Madam Jackson mendengus geli sekaligus muak. "Kau mengada-ada."
"Jangan bohongi diri Anda, ma'am," pinta Rufus, kemudian mengedarkan pandangan ke semua orang. "Sama halnya dengan kalian semua. Sampai kapan kalian mau menutup mata dari kenyataan bahwa naga itu hanya menerima orang-orang yang tunduk padanya? Berapa lama lagi kalian harus bekerja demi menyenangkan hatinya?"
“Mr. Stone, kau mengatakan semua ini karena kau punya masalah dengannya,” kilah Madam Jackson.
“Tidak, ma’am. Kalianlah yang terlalu peduli pada Dracaelum,” cetus Rufus.
Aku sungguh benci karena Rufus banyak mengatakan hal-hal yang kusetujui; yang tidak bisa kubantah sedikit pun. Semua orang pasti termakan omongan Rufus, kecuali lawan bicaranya adalah pendukung fanatik Dracaelum.
“Biar bagaimanapun, kau memegang kekuatan yang amat besar,” ujarku, mulai membahas pokok permasalahan. “Dengan kekuatan ini kau bisa melakukan apa saja, termasuk membahayakan Dracaelum.”
“Dan sekalipun kau bukan penyihir Andarmensia, aku khawatir tindakanmu ini akan menghancurkan citra penyihir,” tambah Mr. Lormant turut memperkuat argumenku.
Rufus tidak terganggu dengan semua balasan itu. “Soal kekuatan ini, kalian tidak perlu khawatir. Tujuan pertamaku hanyalah memutus kuasa Agnar sebelum dia melakukan tindakan semena-mena lainnya.”
“Apa yang akan kau lakukan pada Dracaelum?” selidik Madam Jackson.
Tidak ada balasan.
Madam Jackson melangkah maju, kini menyamakan posisi berdirinya denganku “Kami tidak bisa membiarkanmu menghancurkan Dracaelum.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Iltas 3: A Dance of Fire and Sorcery
FantasíaApi dan sihir. Penunggang naga dan penyihir. Persahabatan dan pengkhianatan. | • | Hampir dua tahun berlalu, Cassidy dan Beast masih menjalankan tugas mereka sebagai duta Andarmensia bagi Dracaelum. Namun, keanehan terjadi. Naga Agung ingin menghent...