Pendahuluan: Caleg Periode 2018-2019

3.1K 267 55
                                    

▪︎▪︎▪︎

Suatu hari, di depan meja bundar yang disulap menjadi ruang diplomasi mendadak, hadir sekitar empat manusia yang membeku bersama. Ekspresi yang tak menentu serupa, dengan kaleng-kaleng kopi yang bercokol di berbagai sisi. Setelah bermenit-menit termenung menunggu jawaban, akhirnya satu perempuan paling tua di sana mengangkat suara.

"Sama Taehyung aja." Kata Irene.

"Udah stres nih lo!" Balasnya sewot, dari seseorang yang tengah memegangi jidatnya pening. Tidak lain namanya Jennie.

"Doyoung kan udah nggak mau, berarti dia punya alasan kenapa dia nggak mau maju." Solar. Perempuan yang sering disebut bahan bakar itu mencomot kacang garuda dengan tampang santai menatapi adik tingkatnya.

"Kalau gitu gue gamau naik."

"Yaudah gausah naik." Jisoo, perempuan dengan rambut potongan layer itu mengerling malas.

"Kok lo gitu sih Kak..."

"Ribet banget lagian, emangnya mau sama siapa sih? Doyoung gamau, Taehyung gamau, apalagi Eunwoo. Gausah makin ngaco dengan ngajak anak di luar hima."

"Gue maunya Eunwoo." Jennie menumpukan dagunya di atas topangan tangan, kemudian mengedip-ngedip matanya pada deretan kating-kating di hadapannya.

"Kenapa dia nggak masuk hima sih!" Tambahnya mendengus.

"Gausah ngajak yang gaada. Kita-kita nih udah perjuangin SDM buat kepengurusan lo. Jadi, kalau gitu caranya, lo nggak percaya sama SDM yang udah kita bina?" Seketika Irene berkata begini, Jennie langsung melotot. Kaget, dia jelas menggeleng panik.

"Hayoloh... hajar Rene, hajar aja nanti pas debat percalonan!" Jisoo menyenggol sikutnya dengan kesan provokatif.

"Nggak anjir Kak, bukan gitu maksud gue!" Jennie mendelik ke arah Jisoo, kemudian merapatkan kedua tangannya pada Irene.

"Ada Taeyong, ada Hanbin, Johnny, ada Lisa, ada Wendy---"

"Wendy kan naik bareng Joy, kak." Potong Jennie membuat Irene nyaris tersedak boba.

"HAH? NAIK MEREKA?"

Jennie mengangguk. "Lawan debat gue inimah nanti."

"Yaudah anjir lo ambil aja tuh ada Taehyung, Taeyong, atau Johnny. Siapa lah itu, gue percaya anak-anak hima angkatan lo pada bisa." Irene mendesis tak percaya menatap Jennie.

Jennie menundukan kepala hanya untuk memijat pelipisnya yang terasa pening. Sejenak, ruang tengah apartemennya ini mendadak seperti kapal pecah padahal jika dipikir-pikir hanya bertiga yang dia undang. Bungkus camilan, mangkok-mangkok bekas mie, gelas kosong, sampai ke kaleng yang Jisoo mainkan di pundaknya.

Bermenit-menit Jennie melanglang segala pikiran di kepalanya dan berusaha menangkap jawaban yang paling logis. Di sekitar Jisoo dan Solar yang masih bercengkrama keras, dua bagian antara benak dan hatinya tak kalah kuat saling seruduk. Masalahnya ini bukan hal biasa jika dianggap sebuah lelucon. Selama satu periode ke depan, bila dia berhasil menjabat, dia akan memimpin ratusan mahasiswa di bawah kendalinya. Maka tidak etis sekali jika Jennie memikirkannya hanya dalam sekali putaran kepala. Dia butuh berputar-putat sampai pening sekalian, jika memang keputusannya akan menjadi yang terbaik.

Deretan lelaki yang disebutkan Irene memang tidak ada yang salah. Jennie tahu mereka punya keterampilan dan kecerdasan yang mungkin jika dipantik akan keluar secara ugal-ugalan. Tapi masalahnya, Jennie juga tahu bahwa setiap manusia tidak hanya terdiri dari satu bagian antara positifnya saja. Namun, negatifnya bahkan lebih banyak.

Taehyung yang seperti alien. Johnny yang aneh. Taeyong yang lebay. Hanbin yang banyak tingkah. Siapa lagi?

Doyoung.

Himpunan | Jenlisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang