▪︎▪︎▪︎
Dalam setiap kegiatan, entah baik atau buruknya tindakan, kita seringkali terikat dalam aturan yang biasa kita sebut kode etik kerja. Entah itu pendidikan, kegemaran, pekerjaan, sekalipun percintaan, hidup terkadang berbelit-belit bersama sebuah aturan. Namun, namanya hidup, seringkali kita lupa bahwa segala yang hidup pasti terikat aturan.
Salah satu contoh kecilnya, Jennie pernah bilang tempo hari bahwa di bawah pimpinannya, mau tidak mau semua anggota harus mau bekerja dengan tekanan. Entah itu aturan dan larangan baik sebuah reward disertai hiburan. Bukan hanya mereka, kendatipun dia seorang ketua, dialah pilar yang benar-benar terbelenggu oleh beban yang lebih berat.
"Jen, aku dapet undangan dari panitia rapat nasional." Taehyung mengarahkan ponselnya ke hadapan muka Jennie yang masih memperhatikan kinerja Doyoung.
"Gue niatnya mau buka try out UTBK bersama tuh nanti Desember. Itukan anak-anak kelas 12 udah libur, kalau dimajuin semester 2 pasti mereka sibuk nyelesaiin tugas-tugas kelulusan." Ungkap Doyoung sambil mengotak-atik laptopnya.
"Iya, gue setuju. Kalau anggota lo kurang buka recruitment aja, ntar biar yang lain masuk." Yang langsung diangguki Doyoung. Untuk kemudian dia menoleh pada Taehyung dan merampas handphone yang disodorkan pria itu.
"Apa? Mana? Rapat kerja nasional?"
"Iya. Kayak biasalah sharing-sharing sambil liburan di sana. Tapi persyaratannya kahim juga harus ngawal."
"Gue?"
"Kamu kahim bukan?" Taehyung geleng-geleng gemas.
"Bukan. Tuh Si Joy kahim."
Kebetulan Joy baru datang. Perempuan yang sedang menyeruput janji jiwa itu seketika melotot dengan alis terangkat; apaan anjir?
"Gaada kelas lo?" Tanya Doyoung lagi-lagi tanpa menoleh.
"Ya lo pikir aja, orang lo aja di sini." Decak Joy tak percaya. Doyoung dan dia kan satu kelas, malah nanya.
"Perwakilan delegasinya berapa orang?" Jennie menyerahkan ponsel itu pada Taehyung, berganti mengambil minuman dari tangan Joy.
"Ih anying, beli dong! Nggak modal banget!" Dengusnya, namun tak mengelak ketika Jennie menyeruputnya.
"Mau gue hitung juga berapa banyak gue pernah traktir lo?"
"Ya Allah, maafkan hamba ya Allah... nggak Jen! Ojelas tidak, maap ye!" Joy langsung nyengir sambil mengangkat dua jarinya.
"Delegasinya lumayan banyak. Ada kuota 5. Yang tiga itu anak humas, yang dua itu kahim sama wakahim."
"Widiiih, mau pada kemana nih bosque? Ikut dong, ikut!" Kata Joy sambil menyempil ke dekat Jennie dan Taehyung hanya untuk mengedip-ngedipkan matanya; berusaha merayu.
"Noh, bawa aja Si Joy. Bilang aja dia kahimnya."
"WEEEY IYA!!! GUE KAHIM NIH MULAI SEKARANG!!!"
Teriakan itu praktis membuat Doyoung, Taehyung, dan Jennie menutup telinganya. Sementara oknumnya sudah cengar-cengir disebut kahim.
"Aku belum ngajuin proposalnya ke dekanat. Mau mastiin dulu siapa aja yang ikut."
"GUE AJA TAE! GUE! KAHIM BARU NIH!"
"Sinting!" Doyoung mendelik malas. "Lo jangan deket-deket dia deh, ntar ikutan gila." Ujarnya pada Jennie.
"Ya lo bawa aja tuh anak-anak lo biar pada ada pengalaman. Lo sama Cuwi, terus anak divisi lo dua orang juga."
"Satu lagi?"
"Lisa."
Taehyung diam sekejap. Dia memandangi Jennie untuk waktu yang lama, namun tahu sendiri Jennie adalah duplikasi Irene yang sulit untuk diatur. Dengan gerak enteng, perempuan itu pindah ke samping Doyoung dan bercengkrama lebih panjang bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himpunan | Jenlisa✔
Fanfiction(+) OT GEN3 "Mau nggak, membina hima bareng gue?" - Jennie. "Maunya membina rumah tangga bareng lo." - Lisa. ©️Kanayaruna, 2023 Notes: bacanya di rumah aja, bahaya kalau dibawa-bawa keluar. Bisa disangka orang gila.