▪︎▪︎▪︎
Barikade dari pemimpin departemen keolahragaan dan seni itu menyerukan sebuah terompet pada anak-anaknya seakan panggilan itu adalah perintah serempak yang harus diturutinya. Sekitar 30 menit sebelum kelas ujian dimulai, Sinbi membuka lebar bendera himpunan di sebuah lapangan dekat fakultasnya.
"Teh, abis ini jadi rapat?" Tanya Jeno sambil melihat Sinbi sibuk menalikan bendera dengan Moonbyul, ditemani Junghwan, Yujin, Chaewon, dan Jisung.
"Jadi No." Jawab Sinbi.
Tidak selang lama kemudian setelah menyantolkan bendera di antara paku-pakuan, Sinbi dan Moonbyul turun dari tangga lipat. Sejenak, memandangi bendera itu yang telah terpasang sempurna, keduanya tersenyum miring.
"Proposalnya tinggal diserahin aja nanti ke Teh Jennie. Yang pegang proposal kemarin siapa?" Moonbyul menoleh pada mereka.
"Gue Teh." Junghwan mengacungkan tangan sambil memboyong tangga tersebut dalam pundaknya.
"Habis ini rapat sama kepanitiaan yang udah direkrut kemarin. Bawa data-datanya." Ujar Sinbi yang diangguki mereka semua.
"Dah, ayok ke fakultas. Takut keburu masuk nih ujiannya." Moonbyul memberikan komando yang langsung diikuti mereka semua dari belakang.
Gestur jalan berbaris keluar lapangan itu membuat beberapa mahasiswa yang tadinya tidak perduli hingga memutar lehernya ke arah mereka. Bertanya-tanya heran ada apa gerangan dengan para anggota himpunan yang baru saja keluar lapangan. Bahkan leher mereka sampai ada yang melirik ke dalam lapangan hanya untuk melihat desas-desus apa yang tengah terjadi.
"Teh, bentar. Mau nanya lagi." Disela-sela perjalanan menuju gerbang fakultas, Yujin bertanya.
"Kenapa Jin?" Moonbyul mengangguk.
"Ini semua anggota yang direkrut kemarin beneran disuruh rapat? Kenapa nggak kita-kita aja?"
"Nggak semua cuy, gue bawa divisi acara sama keamanannya aja. Yang lain biar pada kerja langsung." Moonbyul menepuk pundak Sinbi.
"Iye iye ngerti. Nggak semua Jin, beberapa aja." Sinbi mengulangi pada Yujin.
"Oh iya siap, kaget aja gitu kalau dibawa semua bisa-bisa sekre penuh ntar Teh Jen marah hahaha!" Yujin terkekeh.
Benar. Jangankan rapat di luar kendali, keadaan sekre kotor saja Jennie bisa mengamuk dan mengancam semua anggota bila tidak pernah melakukan piket, dia tidak akan menyetujui segala kegiatan yang mereka minta. Bisa terbayangkan bagaimana repotnya bila Sinbi dan Moonbyul membawa semua anggota dan Jennie mengomelinya setelahnya.
"Wey cuy!"
Dari belakang, Yeri dan Wendy serempak menepuk pundak Moonbyul. Begitu ia membalik, ternyata bukan hanya Yeri dan Wendy, tapi ada oknum yang sempat dibicarakannya. Jennie dan Jackson yang berjalan berjarak, membuat Moonbyul mati-matian menahan tawa.
"Apa lo?" Papar Jennie dingin.
"Akur nih?" Godanya sambil melirik Jackson yang tengah merangkul Jeno.
"Biasa aja." Jennie mengendikan bahunya.
"Ciaah, muka lo Jen! Merah noh! Ngaca sana!" Ledek Sinbi. Tapi Jennie malas untuk menanggapinya.
"Sebuah usaha untuk memperbaiki, guys. Tadi di parkiran aja cowoknya berusaha nyapa, terus ceweknya udah bisa nyaut." Bisik Yeri di depan Jennie.
"Ngobrol nggak Yer?" Moonbyul ikut-ikutan memajukan kepalanya.
"Ngobrol anjrit! Selangkah menuju balikan!"
"Mulut lo kompor banget sih Yer." Jennie mendelik malas.
"Lagian tumbenan jalan nggak sama wakahimnya. Kemana lagi nih Si Lilis? Berantem lagi?" Yeri mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himpunan | Jenlisa✔
Fanfic(+) OT GEN3 "Mau nggak, membina hima bareng gue?" - Jennie. "Maunya membina rumah tangga bareng lo." - Lisa. ©️Kanayaruna, 2023 Notes: bacanya di rumah aja, bahaya kalau dibawa-bawa keluar. Bisa disangka orang gila.