▪︎▪︎▪︎
Akhirnya hari dimana ujung kepengurusan itu tiba. Satu tahun yang Jennie rasa begitu singkat dan padat akhirnya akan menuai pertanggung-jawaban yang besar. Dalam beberapa jam terakhir, acara akan dimulai. Jennie memandang kosong dari kursi selasar ke depan forum. Bayang-bayangnya sedari malam tak bisa tenang. Memikirkan apakah hari ini akan berjalan lancar atau berubah kacau.
Tahun kemarin, dia bisa berlindung di belakang punggung Sowon dan Jisoo. Lalu dua kakak-kakaknya itu yang akan melawan para alumni di atasnya untuk menyampaikan seluruh kegiatan dan membela tenaga dan usaha yang pernah mereka lakukan. Tapi tahun ini, posisinya berbalik. Jennie yang harus melindungi anak-anak kepengurusannya dari semua ancaman dan bentakan. Disaat dia paling kicep kalau udah dibentak.
Berulang kali dia menarik-buang napas, mencoba untuk tenang. Jam dinding terus berputar, suaranya begitu menggema di forum ini. Belum ada siapa-siapa, hanya dia dan Lisa yang berada di dalam. Sebagian pengurus ada yang memutuskan untuk mengisi perut dulu ke kantin karena Jennie ingin evaluasi ini beres dalam sehari jadi. Dan dipastikan akan sangat malam.
"Lo kalau lagi panik jelek banget Jen." Kekeh Lisa sambil menyenggol sikut Jennie.
"Gue udah bener belum ya ngurus himpunan tahun ini? Gue udah bener belum ya ngejagain yang lain? Yang gue lakuin satu periode ini udah tepat belum? Atau justru gue menurunkan citra himpunan? Li..."
"Lo udah bener, Jennie. Siapa sih yang bakal bilang lo nggak becus ngurus hima? Gaakan ada!" Lisa meraih sebelah tangannya dan mengusapi punggung tangannya.
"Gue semalem telfon Kak Irene, terus gue minta buat dia nggak marah-marah sama yang lain, tapi lo tau nggak dia bilang apa?"
"Apa?"
"Gue nggak akan marah kalau lo nggak macem-macem. Dia dingin banget cara bilangnya, mana pas gue tanya dia baik-baik aja apa enggak, dia jawab, gausah mikirin itu, sekarang fokus di forum besar. Gue takut kalau Kak Irene udah kayak gitu..."
"Moodnya lagi gabaik juga kali Jen, dia kan lagi ada masalah sama Seulgi?"
"Nah itu!" Jennie langsung menoleh. "Gue takut dijadiin samsak! Kak Irene kalau udah marah pasti mulutnya nyakitin banget! Nggak bisa gue!"
"Nggak akan lah, Kak Irene nggak sebocil itu pemikirannya. Tenang aja Jen, kan kita jalanin bareng-bareng. Lo nggak sendiri, masih ada gue juga. Kalau sampe ada yang marah-marah, gue sikat aja ntar!" Sungut Lisa bertekad.
Jennie kembali menunduk. Mengulum wajahnya dan memikirkan matang-matang seluruh persepsi yang berputar di kepalanya. Waktu terus berjalan dengan cepat, sementara sidang akhir dimulai selepas adzan dzuhur. Jennie benar-benar nekat menghabiskan seluruh pemaparan dalam sehari jadi. Karena jujur, dia tak mau ada beban dan pikiran lagi bila dibagi-bagi.
Yang semula kosong, kini para panitia berdatangan dan saling bersalaman barang untuk menaruh semangat satu sama lain. Detik-detik terakhir ketika sidang akan segera mulai, Jennie mengumpulkan pengurus inti di luar hanya untuk saling berpelukan.
"Gue harap, apa yang telah kita kerjakan selama satu periode ini setidaknya bisa kalian keluarkan. Nggak perlu takut untuk menjawab. Kita di sini saling bantu. Jelasin secara lugas dan terbuka, okay?" Jennie menatap satu per satu anggotanya.
"YUK, SEMANGAT SEMANGAT!" Wendy menyemangati seluruhnya.
"Kalau kalian takut, kalian boleh tatap gue nanti, ya." Lisa menambahkan. "Tatap aja gue sama Jennie di bangku, jangan lihat para alumninya."
Kemudian, mereka kembali memasuki forum dengan jumlah anggota yang sudah lengkap. Kursi-kursi yang sudah penuh diisi oleh para alumni, Jennie bahkan tak berani menatap Jisoo dan Irene kala itu. Dua perempuan itu berubah menjadi dingin dan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himpunan | Jenlisa✔
Fiksi Penggemar(+) OT GEN3 "Mau nggak, membina hima bareng gue?" - Jennie. "Maunya membina rumah tangga bareng lo." - Lisa. ©️Kanayaruna, 2023 Notes: bacanya di rumah aja, bahaya kalau dibawa-bawa keluar. Bisa disangka orang gila.