▪︎▪︎▪︎
Malam semakin larut berhembus. Disaat semua orang sudah bergegas pada posisi tidurnya masing-masing, Jennie dan Lisa memilih untuk duduk di depan teras. Dengan pandangan lurus menatap jalanan yang sepi jauh 10 meter di depan, sesekali kendaraan yang berlalu hanya menjadi patokan untuk mata mereka berkedip.
Semenjak persiteruannya dengan dua adik tingkatnya, kepala Jennie mulai diserang segala bersalah yang lebih kuat. Dia yang takut atmosfer berubah menjadi canggung, kemudian mereka berubah tak nyaman dan merosotnya SDM untuk periode selanjutnya. Namun, bila dipikir dari sisi lain, sikap mereka yang terlalu dibiarkan itu bisa-bisa lebih melunjak. Jennie tak punya pilihan lagi selain mengeraskan sedikit batasan antara kakak dan adik tingkatnya.
"Nasi punya lo masih nyisa." Setelah bersikukuh saling diam, akhirnya Lisa bersuara lebih dulu.
"Terus?" Jennie menjawab tanpa menoleh.
"Abisin dong Jen. Lo baru makan sedikit. Kalau kahimnya sakit, bukan cuma gue yang khawatir, tapi semua anggota."
"Nggak mood. Buang aja."
"Jahat. Itu uang Mama-nya Hyunsuk loh. Tega bener?"
Jennie praktis menghela napasnya. "Yaudah, tolong ambilin kesini."
Yang membuat senyum Lisa langsung mengembang penuh. Dia praktis beranjak dan berlari ke dalam untuk mengambil bungkus nasi milik Jennie dan segelas air putih. Dan begitu kembali, dia tak mengizinkan Jennie menyentuh sendoknya. Melainkan dia yang menyuapinya.
"Gaakan ada yang liat Jen. Tenang aja." Lisa cekikikan, Jennie-nya mengerling malas. Namun tak urung untuk menerima suapan tersebut.
"Mata lo sampe sembab begitu ih. Kayaknya lebih nyesek ketimbang putus sama Jackson ye?"
"Heh!" Bola mata Jennie hampir saja menggelinding mendengarnya. "Lo kenapa sih bawa-bawa Jackson mulu?"
"Ulululu... kunyah dulu Mandu, kunyah dulu." Ledek Lisa. Ya abisan gimana nggak gemes, Jennie ngomong sambil bawa dua pipinya yang chubby.
Jennie masih menatap sinis sambil menguyah. Aneh, dia yang bertanya, dia juga yang pada akhirnya menitah diam. Maunya apa coba?
"Tapi Jen, serius deh. Lo sama Jackson tuh dulunya gimana sih?" Lisa terkekeh sambil memotong rendang dan menyinduk kembali untuk disuapkan pada Jennie.
"Gue disuruh makan atau ngebacot sih ini jadinya?"
"Hahaha! Iya-iya, makan dulu ya." Lisa manggut-manggut dan mencukupkan pertanyaaannya terlebih dahulu.
Sekitar 5 menit Lisa bantu menyuapi sisa nasi itu sampai tandas. Bila tidak dipaksa begini akan semakin buruk kondisi Jennie. Habis menangis sampai sembab, perutnya kosong melompong, bangun esok bisa-bisa imun-nya berubah drop. Untung-untungan kali ini Jennie mau mematuhi perintahnya. Setidaknya, dia takkan khawatir bila Jennie sudah mengisi perutnya.
"Mau nanya apa?" Jennie balik bertanya sesudah menegak segelas penuh.
"Lo sama Jackson."
"Yakin mau denger?"
"Iya. Emangnya kenapa?" Lisa malah membalikan pertanyaan itu dengan alis terangkat.
"Gaakan cemburu?"
"Yaelah Jen..."
"Hahahaha!"
"Ya cemburu dikit, tapi gapapa lah. Dia kan masa lalu doang, iya kan?"
"Yep." Jennie mengangguk. "Gaada yang spesial atau terlalu berlebihan. Waktu anak-anak bilang kalau dia mantan tod, itu bener. Dia nembak gue hasil dare dari temen-temennya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Himpunan | Jenlisa✔
Fanfiction(+) OT GEN3 "Mau nggak, membina hima bareng gue?" - Jennie. "Maunya membina rumah tangga bareng lo." - Lisa. ©️Kanayaruna, 2023 Notes: bacanya di rumah aja, bahaya kalau dibawa-bawa keluar. Bisa disangka orang gila.