▪︎▪︎▪︎
Lisa tak bisa menghilangkan bayang-bayang kemarin dimana tengah malam dia berlarian menembus tirai gawat darurat dan berteriak pada semua dokter seolah-olah Jennie ini habis diterpa musibah yang berlebihan. Tapi nyatanya, Kun tak hanya modal kata, pria itu sudah lebih dulu datang dan berada di belakang salah satu dokter ketika Jennie dialihkan ke ruangan periksa.
Suara jeritan malam itu membuat Lisa kalang-kabut bahkan sampai saat ini. Katanya, mereka mengambil beberapa sampel darah agar tahu penyakit apa yang tengah didera perempuan itu. Tapi demi apapun, Lisa paling tidak tega melihatnya menangis kencang, apalagi tubuhnya sekarang lebih kurus dari sebelumnya.
Jennie tidak pulang. Berakhir tertahan di ruang penuh infus dan sesak obat.
Berulang kali Lisa memukul kepalanya dengan bolpoin agar tersadar. Berulang kali dosen memaparkan materi, kemudian keluar dan meninggalkan tugas di atas taplak meja. Lisa masih tak bisa berpikir disaat semua rekan kelasnya sudah hampir selesai bekerja sama memecahkan soal.
"Baliknya lu ikut kagak ke rumah Kun?" Wendy dan Seulgi terdengar masih berbincang.
"Ngapaen ke rumah die?"
"Anjing, cewek bukan lu?!"
"Santai elah Wen, gua nanya ngapaen ke rumah dia malah digeplak!" Seulgi mengaduh sakit.
"Masak anying, mau dagang ini!"
"Oh... Lis ikut kagak?" Seulgi mendorong kepala kursinya.
"Yaelah, dia kan ke rs, jagain Jennie. Makek ditanya!"
"Eh iya, hahaha!"
Lisa praktis memutar badannya ke belakang dan menghadap dua makhluk cupang sedang sibuk berbacot. Keduanya ini memang memutuskan bertukar sebentar dengan mahasiswi yang semula duduk di sana. Gunanya ingin bekerja sama, tapi malah Wendy yang selalu mikir sendirian. Seulgi malah main game, sedangkan Lisa melamun tak jelas.
"Mau pada mulai danusan?" Gumam Lisa lemah.
"Iya, biar tenang aja sih ini kita ambilnya dari jauh hari." Wendy mengangguk.
"Udah elah, Jennie kagak kenapa-napa. Gausah---"
"Maksud lu tipes itu baik-baik aja?!" Potong Lisa sembari menggebrak meja. Seulgi refleks mundur sambil mengulurkan tangannya.
"Maksud gua kan udah dalam penanganan medis. Kalo lu khawatir sampe gamau makan itu lebih bahaya! Tenang, nggak usah terlalu panik bray!"
"Tenang, tenang, tenang..." Wendy menepuk punggung tangannya.
"Serem anjir." Seulgi memberengut takut-takut sambil memeluk dirinya sendiri.
"Dah buru kerjain dulu nih soalnya, abistu bukunya mau dikumpul. Lo mau langsung ke rs jagain Jennie juga bebas dah, masalah proker mah aman!" Wendy mendorong bukunya.
Selirik, Lisa melihat Seulgi yang masih cemberut seperti bebek, kemudian mendelik lucu seakan dia betulan sebal. Namun, kondisi emosionalnya yang kurang stabil begini membuatnya tidak tahu harus berlaku apa selain ingin buru-buru menjumpai Jennie.
Jadi, tak banyak bicara lagi Lisa menyelesaikan tugas itu. Toh, kepalanya juga takkan berjalan bila terlalu dipaksakan. Disaat itu, keadaan kelas yang sudah kosong tanpa dosen akan dengan mudah didatangi oleh mahasiswa kelas lain.
Buktinya kedatangan manusia seperti Joy, Yeri, Mina, Rosè, dan Sana. Rombongan itu menginvasi meja mereka dan ribut bercekcok.
"Aing kepikiran mau bikin tahu jablay siah!" Celetuk Joy.
"Aing gaikut-ikut nih." Yeri langsung mengangkat tangan disaat Wendy menyilangkan tangan.
"Filosofi dari hidupnya dia Wen. Jablay goreng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Himpunan | Jenlisa✔
Fanfiction(+) OT GEN3 "Mau nggak, membina hima bareng gue?" - Jennie. "Maunya membina rumah tangga bareng lo." - Lisa. ©️Kanayaruna, 2023 Notes: bacanya di rumah aja, bahaya kalau dibawa-bawa keluar. Bisa disangka orang gila.