▪︎▪︎▪︎
Satu per satu program kerja itu mulai menipis dalam list dokumen. Penerimaan mahasiswa baru yang hanya berlangsung selama satu minggu bisa mereka tuntaskan dengan lancar. Kemudian formulir-formulir dan interview penerimaan calon himpunan tengah dikerjakannya bersamaan hari para mahasiswa sudah mulai memasuki sistem belajar.
Di dalam ruang sekretariat pukul 2 siang, seorang diri Jennie duduk di sana dengan kepala bersandar lelah. Sementara dua matanya gencar membaca satu per satu kata yang ada di dalam proposal.
Tidak ada Lisa, wanita itu dia tugaskan untuk memeriksa anak-anak IT dan Advokasi dalam merampungkan tugas di akhir kepengurusannya ini.
Sesaat ketika suara pintu terbuka, masuk Taeyong dan membukakan pintu lebar-lebar tanpa ditutup kembali. Dia duduk sembari menjatuhkan tasnya dengan gestur sama-sama lelah.
"Gue cariin ternyata di sini." Taeyong membuka suara pertama.
"Apaan?"
"Ada yang mau gue omongin. Mana bentar lagi udah mau ganti bulan lagi. Gue bener-bener penat Jen mikirinnya."
"Mikirin apaan?" Jennie menaruh proposal tersebut dan beralih memandang Taeyong yang resah mengusapi wajahnya berkali-kali.
Berada di kuarter akhir dari tahun ini memang benar-benar menyiksa seluruh anggota. Selain proker besar yang waktunya berdekatan, belum lagi pengurusan ujian dan persiapan kkn sebelum mereka mengurusi sidang akhir alias skripsi.
"Gue mikirin pelantikan. Tadinya, gue sengaja kasih mereka waktu magang 3 bulan---"
"Kelamaan, Taeyong. Kasih magang satu bulan aja, abis itu seleksi dan lantik langsung. Jangan ngabisin waktu, kan kita ada reward and punishment juga." Potong Jennie.
"Iya Jen, gue tahu 3 bulan itu kelamaan. Mana rencananya kita Desember mau eval akhir sama alumni, kan?"
"Itu lo tau. Belum lagi festival akhir, kita harus kerja lebih extra dulu sekarang." Jennie menghembuskan napas jengah.
"Sekarang udah pertengahan September, gue pelantikan di Oktober pertengahan, gitu?"
"Awal aja lah."
"Itumah bukan sebulan dong Jen, gimana?"
Jennie mengusak rambutnya frustasi. Tidak mengerti apa yang telah dia katakan sendiri. Dia bahkan tidak berpikir dahulu ketika mengatakannya sebab kepalanya sudah terlampau penuh.
"Festival itu di rundown kasarnya awal November. Bulan Oktober kita persiapannya. Jadi, gue pengen lo kerjain sebelum kita kerja lebih jauh."
"Haduh..." Taeyong memegangi jidatnya yang terasa berat.
"Harus bisa ya Yong. Sorry kalau gue ngeburu-buru."
"Bisa sih bisa Jen, tapi kayak--kita sesibuk ini ternyata." Taeyong mengetuk-ngetuk tangan kursi dengan mata menjurus lurus.
"Emang sibuk kali, tinggal nyalon jadi menteri aja sih ini." Kekeh Jennie.
"Tapi lo bisa ikut, kan? Ini semua pengurus inti turun loh?" Taeyong menoleh ke arahnya.
"Anak departemen lo ikut?"
"Nah ya... gue kepikiran begini." Taeyong mengubah posisi duduknya dan menyerong ke hadapan Jennie serius. Begitu pula Jennie yang menatap serius padanya.
"Gue kepikiran bawa semua anak-anak biar sekalian yang sekarang mau naik kita lantik juga. Ya, sekalian evaluasi sebelum kepengurusan kita turun. Gimana?"
"Hmmm..." Jennie terlihat menimang-nimang. "Boleh sih, tapi nekennya di evaluasi aja ya. Kalau dimarahin jangan deh, mereka juga kan udah waktu itu. Gue takutnya mereka jadi gimana gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Himpunan | Jenlisa✔
Fanfiction(+) OT GEN3 "Mau nggak, membina hima bareng gue?" - Jennie. "Maunya membina rumah tangga bareng lo." - Lisa. ©️Kanayaruna, 2023 Notes: bacanya di rumah aja, bahaya kalau dibawa-bawa keluar. Bisa disangka orang gila.