#31. Taman Bunga Himpunan

949 121 3
                                    

▪︎▪︎▪︎

Di sebuah hamparan luas taman, Lisa sedang anteng-antengnya memberi makan kuda poni dengan sosok bidadari bermahkota putih. Dengan pemandangan pegunungan dan sebuah niagara yang jatuh tanpa pusat, di tengah-tengah langit itu amat benderang. Namun tiba-tiba suara lain seperti gesekan atmosfer yang hebat membuat langit menjadi hitam. Dan bagian paling epiknya ketika sebuah ledakan jatuh, Lisa praktis terperanjat yang membukakan dua bola matanya.

Dia pernah menyangka bahwa hidupnya tidak akan kembali tenang ketika dia masuk himpunan. Tapi yang dia maksud tidak tenang itu bukan begini wujudnya. Mendapati Jennie tengah grasak-grusuk di dekat mejanya. Tanpa alasan yang kuat darimana perempuan itu masuk.

"Lo ngapain anjeng!!!" Pekik Lisa dengan suara lemah yang parau khas bangun tidur. Punggung perempuan itu praktis berbalik dan benar-benar menampakan wajah Jennie yang segar.

"Oh, udah bangun?"

"Udah bangun-udah bangun, lo ngapain di situ sih? Arrrrgh, gue masih ngantuk Jennie!"

"Gue terlalu berisik, ya?"

Lisa tak mampu lagi berkecap-kecap. Dia baru saja bangun, kesadarannya belum benar-benar pulih. Jangan sampai karena Jennie dia harus misuh-misuh yang membuat tenaganya semakin ambrol.

"Gue bawa sarapan tuh, buruan bangun dulu ini udah setengah delapan." Ucapnya masih sama membenahi benda-benda di atas meja belajar Lisa.

"Lo tau nggak lo lagi ngapain sekarang?" Sindir Lisa sambil mengusak dua matanya.

"Beres-beres kamar lo. Iya tau gue terlalu baik, gausah bilang terimakasih, gue ikhlas kok bantu lo." Celetukannya yang membuat Lisa mengernyit heran.

"Ada ye orang kayak lo." Cibir Lisa.

"Ada lah! Kenapa? Kaget baru nemu yang kayak gue? Gausah kaget begitu lah, lo nya aja yang nggak pernah buka mata buat dunia."

Naon sih?!

Sumpah, kalau ini bagian dari sisi buruknya sebuah mimpi, tampar Lisa saja. Pagi-pagi menemukan seorang maling di kamarnya, bentukannya seperti Jennie, mana sekarang ngocehnya ngalor-ngidul. Sehat kagak sih?

"Lo kenapa sih anjir? Kesambet?" Lisa menghembuskan napasnya. Masih berada di atas ranjang, kini dia beralih mendudukan diri.

Brak!
Sekonyong-konyong saja Jennie menggebrak meja yang membuat Lisa tersentak.

"Buruan ah mandi! Jam 8 kita ke kampus!" Ungkapnya, kali ini berbalik tepat ke arah Lisa hanya untuk menarik selimut dan melipatnya di sana.

Sementara Lisa masih planga-plongo seperti anak monyet yang kena serangan jantung melihat induknya marah-marah. Ya bagaimana tidak, ini maling dateng-dateng malah ngeberesin tempat. Agak aneh, tapi aneh agak.

"Cepet berdiri! Ngapain masih diem aja?!"

"Iye iye!" Akhirnya Lisa berdiri sembari mendengus. Walau setelah berdiri dia akan berpikir, ngapain gue nurut ya?.

Tak langsung meraih handuk di atas gantungan, melainkan membuka kresek putih yang Jennie bawa di dekat laci. Ada sebuah bungkus nasi yang tidak tahu apa isinya, entah nasi uduk, nasi kuning, atau nasi basi sekalian. Karena setelahnya, dengan jahil Jennie menjitak kepalanya.

"Apesih Jen?!" Lisa mendengus sebal. Tapi oknumnya malah terkekeh.

Sieta kunaon sih ti kamari?!

"Buruan mandi! Makannya nanti abis mandi!"

"Iya anjrit, gue mau nanya dulu!" Lisa membalik pada Jennie.

Himpunan | Jenlisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang