Bab 4

23.6K 1.4K 72
                                    

Berlian mengedarkan pandangannya ke sekitar, karena masih asing dengan sekolah ini, Berlian sedikit kesusahan untuk mencari Laura. Senyum terbit dari bibirnya ketika menemukan toilet cewek dekat kantin sekolah.

Berlian masuk ke dalam dan menemukan Laura berdiri didepan wastafel sembari menyusi ujung seragamnya yang kotor.

"Nih," Berlian melepaskan jaket tebalnya kemudian menyerahkannya kepada Laura.

Senyap, uluran tangan Berlian tidak diterima oleh Laura.

"Lo gak papa?" tanya Berlian lagi berusaha menarik perhatian gadis itu.

"Gak usah sok baik," Berlian tersenyum paska, ia harus ekstra sabar di dunia novel ini. Karakter serta sifat yang mereka tunjukkan ini ditentukan oleh si penulis jadi Berlian tidak bisa menyalahkan mereka kalau mereka semenyebalkan ini.

Tapi Berlian tidak menyerah, dia tetap ingin mengorek informasi tentang dunia novel ini.

"Ayo tangan gue pegel nih," protes Berlian karena tangannya masih mengambang di udara.

Berlian sebenarnya tahu jika ingin selamat dari dunia novel ini sesuai saran Arlo dia tidak seharusnya dekat dengan para pemain utama cerita apalagi ikut campur dengan masalah mereka seperti ini, tapi semakin dilarang semakin hasrat ingin tahunya itu keluar. Toh, dari raut wajah Arlo, pria itu terlihat tengah menyembunyikan sesuatu darinya jadi Berlian simpulkan, di dunia novel ini dia tidak boleh mempercayai siapapun kecuali dirinya. Mereka semua bisa saja berbahaya termasuk Arlo sekalipun. 

Berlian hanya akan melakukan hal yang menurutnya benar.

"Kenapa kamu baik sama aku?" Laura akhirnya melayangkan pertanyaan kepada Berlian.

Tapi Berlian agak greget kalau dihadapin sama karakter polos lugu begini, terus apa tadi, aku-kamu? Mendengarnya saja sudah membuat bulu kuduknya meremang, terlalu formal dan terlalu baku.

"Karena gue...gue gak tahu harus jawab kayak gimana," Berlian menyerah akhirnya, ia tidak menemukan alasan yang tepat. Tidak mungkin ia bilang kan dekat dengan Laura demi mendapatkan informasi cerita novel ini darinya, mereka para pemeran utama tidak boleh tahu.

"Kamu kasihan kan sama aku?" tanya Laura lagi sambil memandang lurus ke arah Berlian.

"Iya," jawab Berlian jujur, tidak ada alasan yang paling logis lagi selain itu.

Bahu Laura tersentak, gadis itu kelihatan kaget dengan kejujuran Berlian.

"Gue itu paling gak bisa lihat orang sok berkuasa kayak Alicia dan klub ongol-ongolnya dia. Anggap aja gue sebagai malaikat penyelamat lo hari ini dan soal gue yang ngaku jadi sepupu lo, kalau ada yang nanya terutama Kevin, pacar gak guna lo itu bilang aja iya," jelas Berlian panjang lebar.

Mata Laura membulat sebelum menggeleng lemah, "Kenapa harus berbohong? Aku gak mau. Bohong itu dosa, lagian Kevin bukan pacar aku."

Gini nih susahnya ngomong sama orang yang terlalu polos, Berlian susah membedakan antara polos, pura-pura polos atau memang bodoh.

"Dosa sekali-sekali gak papa. Ntar lo berbuat baik aja biar bisa nutupin dosanya."

Oke, sepertinya Berlian mulai tidak waras setelah masuk ke dunia novel bodoh ini. Sudah terbukti dari ucapannya yang ngelantur begini tapi walaupun begitu Laura dengan polosnya percaya.

"Gimana caranya?" tanya Laura penuh harap.

Berlian tiba-tiba tersungkur ke atas lantai kemudian mengusap-usap pinggangnya dengan gaya orang encok.

"Aduh, gue jatuh nih, tolongin dong," ujar Berlian kemudian meminta pertolongan Laura.

Laura segera mengulurkan tangan dan membantu Berlian untuk bangkit berdiri.

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang