Hari sudah mulai sore saat motor Arlo memasuki sebuah area parkiran bawah tanah, Berlian sempat mencuri pandang ke atas sebelum masuk area parkiran. Arlo membawanya pada sebuah gedung bertingkat yang tinggi dengan desain modern dan terkesan mahal."Ini dimana?" tanya Berlian ketika Arlo sudah memarkirkan motornya.
"Apartemen gue."
Nah gedung bertingkat itu memang mirip seperti gedung berisikan apartemen-apartemen mewah. Dari luar saja desainnya sudah memakai kaca, Berlian bisa menebak harganya pasti mahal.
"Mau ngapain hah di apartemen lo?" nada Berlian menjadi waspada dengan pikirannya yang sudah diserang ke arah negatif.
Arlo menaikkan alis kananya ketika melihat Berlian mengambil langkah mundur hendak menjauhinya, memangnya apa yang ada di pikiran gadis itu sekarang?
"Menurut lo? Kita mau ngapain?"
Sudut bibir Arlo naik dengan memanfaatkan pesonanya yang mampu membuat Berlian mati kutu, pria itu tiba-tiba maju membuat Berlian refleks mundur hingga terduduk diatas jok motor kembali.
Arlo mamajukan tubuhnya dengan tangan yang menumpu pada pegangan motor depan dan belakang, mengurung Berlian dalam kurungan tangannya.
"Jangan aneh-aneh Ar," Berlian berusaha menghindari tatapan Arlo yang terkesan tenang namun mematikan disaat bersamaan.
"Gue...gue," sial, Berlian tergagap.
Arlo berakhir mengetuk kaca helm yang digunakan Berlian, "Hapus pikiran kotor lo, gue gak tertarik sama badan tepos," kemudian melepaskan helm yang Berlian kenakan dan meletakannya ke atas motornya.
Berlian masih duduk di atas jok dengan keadaan bengong, tunggu...dia gak salah dengar kan? Tepos? Kata itu terus berputar didalam pikirannya layaknya gasing.
Arlo tertawa geli ketika menyadari raut wajah Berlian sekarang, gadis itu terlihat shock berat.
"Cepetan atau gue tinggal," jerit Arlo yang entah kapan sudah berdiri belasan langkah di depannya.
Rasanya Berlian ingin menimpuk kepala Arlo dengan helm, ini benar-benar gak adil. Disaat pria itu secara terang-terangan menghinanya, Berlian kan pengen balas juga.
Tapi apesnya, sampai sekarang Berlian belum menemukan kekurangan pria itu. Apa yang sebenarnya bisa Berlian hina dari fisik Arlo?
Mungkin kalian bisa bantu mencarinya.
---
"Setiap pemain figuran yang masuk ke dunia novel tinggalnya itu disni bisa dibilang apartemen ini khusus untuk mereka," jelas Arlo selagi mereka berada didalam lift.
Berlian melirik angka yang tertera pada sisi kanan pintu lift, lantai tiga puluh.
"Berarti termasuk lo?" tanya Berlian.
Arlo menangguk tanpa melihat ke arah Berlian. Berarti Arlo sama dengannya, hanya sebagai pemain figuran didalam dunia novel ini.
Pantes dia tidak digilai oleh Alicia, kalau Arlo masuk ke dalam dunia novel, Berlian yakin seisi sekkolah pasti akan kagum dengan ketampanan pria itu.
Mereka berdua berjalan menysuri jejeran pintu berwarna coklat, bahkan lorong disana dilapisi karpet berudu berwarna merah, jarak beberapa langkah pasti ada lukisan abstrak yang menggantung di dinding, kemudian sebuah meja mini dengan vas bunga. Samar-sama Berlian bisa mendengar suara grasak-grusuk ketika melewati beberapa ruangan pintu yang artinya sebagian dari apartemen disana sudah berpenghuni, berarti bukan Berlian satu-satunya pemain figuran disana, bisa saja ada orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FIGURAN [END]
Teen FictionWARNING !!! CERITA INI BISA BIKIN KALIAN SENYUM-SENYUM SENDIRI BAHKAN SALTO-SALTO SAMPE MAMPUS ‼️🚫🚫 Yang gak kuat dipersilahkan untuk ↩️ putar balik --- What?! I'm figuran? --- Berlian pikir dirinya sudah mati saat tiba-tiba terbangun dalam se...