Berlian melirik ke arah gadis itu sejenak dimana Laura memusatkan semua fokusnya kepada Arlo seoramg diri, berlian merasa terasingkan, seperti dirinya tidak ada disana saja.
"Hai Arlo," sapanya disertai senyum lebarnya.
Sebagai bagian dari pihak keluarga, warna pakaian mereka semua senada yaitu putih termasuk kedua orang tua Kevin yang tampak sibuk mengobrol dengan kolega bisnis mereka.
Arlo menarik Berlian dengan sekali gerakan serta merta mengikis jarak diantara mereka. Laura melirik ke arah lengan Arlo yang melingkar erat di pinggang Berlian kemudian mengepalkan tangannya. Arlo tahu gadis itu sedang menahan emosi, tapi berusaha semampu mungkin untuk bersikap tenang.
"Kalian pacaran?" tanya Laura.
"Lo bisa lihat sendiri."
Laura mengeluarkan tawa hambarnya atau lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri.
"Kamu jahat Arlo, dan Berlian, Laura melihat ke arah Berlian dengan tatapan tajamnya.
"Kamu pengkhianat."
Mulut Berlian terbuka hendak protes tetapi Arlo lebih dulu mendahuluinya untuk bicara.
"Gue udah pacaran sama Berlian sebelum lo ungkapin perasaan lo di bioskop. Bahkan Berlian ijinin kita untuk pergi berdua jadi tolong jaga ucapan lo," ujar Arlo dengan nada seriusnya.
Laura mengusap pipinya, entah kenapa semua hal yang berhubungan dengan Arlo selalu membuat perasaannya gampang naik turun. Laura akhirnya pergi dari sana dengan langkah cepat.
Berlian mengancungkan jempolnya ke arah Arlo, "Keren banget sih, pacar siapa ya?"
Arlo hanya tertawa kecil sembari mencubit pipi gadis itu sebagai jawaban.
"Kalian pacaran?"
Berlian menoleh ke sumber suara dan menemukan Alicia berdiri didepan mereka. Arlo refleks meraih tangan Berlian kemudian menariknya mundur untuk berlindung dibelakangnya.
Alicia menyadari tatapan kebencian yang Arlo berikan kepadanya. Sebenarnya Alicia menyesal berbuat seperti itu kepada Berlian, ia pikir Berlian ingin merebut Kevin darinya tapi ternyata Berlian dan Arlo memiliki hubungan diluar dari dugaannya.
Jantung Berlian mendadak berpacu lebih cepat, bayangan kelam saat Alicia dan teman-temannya merudungnya menghampirinya tanpa peringatan, Berlian merasakan dadanya mulai sesak, kehadiran Alicia semacam mimpi buruk baginya.
Berlian dapat merasakan genggaman arlo pada tangannya mengerat, pria itu tersenyum ke arah Berlian seolah berusaha menenangkannya dan ajaibnya itu berhasil mengurangi respon traumanya.
"Gue mau minta maaf," ujar Alicia yang berhaasil membuat Berlian mendongakkan kepalanya menatap gadis itu.
Alicia terlihat menyesal, tatapan gadis itu melemah, tidak ada ekspresi angkuhnya seperti ia berbicara dengan Berlian dulu. Alicia seolah berubah menjadi orang lain.
Berlian masih bergeming, ia tidak tahu harus bagaimana merespon atau lebih tepatnya terdapat secuil keraguan dalam dirinya untuk mempercayai Alicia.
Alicia mengeluarkan senyum ramahnya, setidaknya sebagai seorang tuan rumah ia harus menyambut para tamunya.
"Kalau gitu nikmati pestanya ya, gue pamit dulu," ujarnya.
Alicia sudah ingin pergi dari sana sebelum akhirnya terhenti karena ucapan Berlian.
"Perbuatan lo dulu emang udah sangat keterlaluan, gue gak tahu kalau itu yang pertama kalinya lo lakuin kayak gitu atau emang udah sering. Tapi gue harap kasus gue akan jadi yang terakhir," ujar Berlian menatap lurus ke arah Alicia.
Berlian tersenyum kecil kemudian, "Dan selamat, semoga lo menikmati pesta lo hari ini," ujar Berlian tulus, padahal sebenarnya ia tahu kalau pesta Alicia ini nantinya akan hancur tapi melihat senyum bahagia gadis itu selama pesta, Berlian bisa menangkap satu hal.
Alicia benar-benar mencintai kevin.
"Terima kasih."
Setelah kepergian Alicia, Berlian akhirnya berdiri seperti orang bodoh disana. Memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang didepan mereka, rata-rata menyapa dengan cara yang sama, kalau tidak berjabat tangan ya pasti berpelukan ala bapak-bapak. Berlian menoleh ke arah Arlo yang sibuk mengobrol dengan seorang lelaki, Arlo memperkenalkannya sebagai salah satu tokoh figuran disana.
Mata Berlian tak sengaja menangkap meja yang menghidangkan berbagai kue kecil yang disusun melingkar dalam sebuah piringan besar ditemani beberapa gelas jus disampingnya. Meneguk ludahnya kar, Berlian segera melangkahkan kakinya menuju kesana sebelum terhenti karena kalimat Arlo.
"Mau kemana?" Tanyanya.
Berlian pikir Arlo tengah fokus berbicacra dengan tmannya, tidak sangka dia peka juga dengan keadaan seitarnya.
"Ambil makanan," ujar Berlian.
Arlo menangguk singkat, "Jangan jauh-jauh dari gue, nanti hilang," peringat Arlo.
"Iya-iya, lo pikir gue anak kecil apa," protes Berlian yang membuat Arlo tersenyum kecil.
Kue-kue disana perlu diacungi jempol. Mulai dari kue kering hingga cupcakesnya, ada beberapa kuetar yang sudah dipotong dalam ukuran kecil, memudahkannya untuk memakannya. Berlian meneguk gelass jusnya hingga tandas sebagai pertanda selesainya kegiatan berburu kuenya.
Melirik sekilas ke arah Arlo, pria itu masih terlihat berbicara dengan seseorang. Mengingat Arlo dulunya ditugasi oleh ibunya untuk menyambut orang-orang yang masuk sebagai pemain figuran disana, tidak heran ia mengenal lumayan banyak orang dipesta itu.
Berlian akhirnya memutuskan untuk tidak menanggu pria itu, ia akan pergi ke toilet sebentar baru balik untuk menemuinya.
---
Keberuntungan lagi-lagi tidak berpihak padanya.
Bagaimana tidak, selangkah keluar dari bilik toilet, Berlian menemukan Kevin dengan balutan jas putihnya bersender ke dinding dengan melipat tangannya sembari memusatkan perhatiannya kepada Berlian.
"Lo ngapain di toilet cewek?" sergap Berlian cepat, kewaspadaannya meninkat seiring dengan Kevin yang tiba-tiba mengunci pintu toilet.
"Sebenci itu lo liat gue Berlian?" Tanyanya, rautnya terlihat putus asa, walaupun penampilan pria itu dari luar terlihat rapi, tapi jauh dalam lubuk hatinya, mentalnya hancur.
"Vin, tolong jangan kayak gini. Ini tuh hari penting bagi lo," peringat Berlian, ketakutan menyergapnya bersamaan dengan langkah Kevin yang semakin mendekat ke arahnya.
"Kenapa gue harus terlahir dalam kondisi kayak gini? Kenapa gue gak bisa merasakan apa yang Arlo rasakan, kenapa hanya Arlo yang bahagia sedangkan gue engga?" Kevin melayangkan pertanyannya.
Berlian melangkah mundur hingga tak sadar tubuhnya bertubrukan dengan ujung wastafel. Ia terkurung disana bersama Kevin.
"Gue gak tahu kondisi lo kayak mana sekarang tapi yang gue tahu semua orang punya kesulitannya masing-masing, jadi tolong jangan membandingkan..."
Kalimat Berlian terhenti kala Kevin mengentikan langkahnya, memajukan tubuhnya dan mengurung Berlian dengan kedua lengannya, membatasi semua pergerakan Berlian.
"Bahkan lo ngebela Arlo sekarang? Padahal gue bisa aja lukain lo sekarang biar kebahagiaan Arlo ikut hancur sama kayak gue," ujar Kevin dengan nada penuh penekanannya.
---
Thanks for reading
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FIGURAN [END]
Teen FictionWARNING !!! CERITA INI BISA BIKIN KALIAN SENYUM-SENYUM SENDIRI BAHKAN SALTO-SALTO SAMPE MAMPUS ‼️🚫🚫 Yang gak kuat dipersilahkan untuk ↩️ putar balik --- What?! I'm figuran? --- Berlian pikir dirinya sudah mati saat tiba-tiba terbangun dalam se...