Bab 23

7.6K 660 3
                                    


Happy reading ✨️✨️

---

"Ar, lo yakin ini tempatnya?" tanya Berlian karena Arlo mengantarnya ke sekolah merereka.

Awalnya Berlian pikir penulis naskah itu akan tinggal disebuah gedung tua angker ataupun semacam ada ruangan rahasia yang tiba-tiba turun dari langit. Tapi sekolah mereka? Itu opsi terakhir dalam dugaan Berlian.

Arlo membelokkan stir kemudianya kemudian masuk ke dalam parkiran sekolah. Sebab malam sudah datang, parkiran sekolah sudah sangat sepi, tidak ada orang.

"Ayo turun," ajak Arlo sembari membuka seat beltnya kemudian menoleh ke Berlian, gadis itu masih bergeming sembari menjejalkan pandangannya ke luar kaca mobil.

"Kenapa? Mendadak takut?" tiba-tiba ide jahil muncul dalam benak Arlo.

Berlian buru-buru menoleh, "Siapa yang takut? Gue? Gak mungkin," Berlian mengibaskan lengannya sembari kembali menancapkan pandangannya ke luar.

Arlo terkekeh dingkat, tingkah Berlian sekarang terlihat menggemaskan dimatanya.

"Tenang aja ada gue, walaupun penulisnya itu kayak nenek sihir di dongeng-dongeng, tapi dia gak mungkin sampe bunuh lo kok," ujar Arlo berusaha meyakinkan.

"Luka lo yang kemaren dari dia?" tanya Berlian tiba-tiba, Arlo tergagap dan Berlian yakin jawabannya iya.

"Udah ayo."

"Tapi Ar..."

Arlo yang tidak sabaran segera memajukan tubuhnya menyeberangi wajah Berlian kemudian menekan tombil seatbelt gadis itu.

"Gue gak akan biarin lo terluka Berlian," ujar Arlo dengan nada rendahnya seiring dengan kedua wajah mereka yang kian dekat.

---

Jantung Berlian kembali berpacu dengan deru napasnya, takut Arlo akan mendengarnya refleks Berlian mendorong bahu Arlo menjauh membuat pria itu terduduk kembali ke kursi jok mobil.

"Gak usah sok dekat-dekat gitu," ujar Berlian dengan nada sewotnya kemudian segera turun dari mobil dan berjalan masuk ke area sekolah.

Arlo tersenyum kecil sebelum mematikan mesinnya dan ikut keluar mobil.

"Arahnya bukan kesana Berlian," peringat Arlo yang langsung ditanggai Berlian dengan memutar arah jalannya.

"Taman belakang?" tanya Berlian ketika mereka sampai ke taman belakang sekolah, tempat dimana Berlian pertama kali mendarat. Semuanya masih teringat jelas dalam benaknya, bagaimana ia jatuh dengan posisi yang sangat jelek. Berlian mengedarkan pandangannya, tidak ada siapa-siapa disana.

"Lo yakin Ar? Disini gak ada siapa-siapa? Lo bohong ya...akh!"

Belum sempat melontarkan deretan pertanyannya, tangan Berlian tiba0-tiba ditarik paksa oleh pria itu, melewati sebuah dunia berdimensi lain. Mata Berlian disambut oleh kilatan cahaya putih yang cepat dan kemudian lingkungan sekitarnya berjalan dengan sangat cepat sebelum berhenti disebuah terowongan gelap.

Arlo masih memegang tangan Berlian, hendak menuntun gadis itu sebelum langkah Arlo tertahan. Ia berbalik dan menemukan Berlian yang menatapnya ragu. Setelah semua sikap berani gadis itu, ternyata Berlian memiliki hal untuk ditakuti juga.

"Trust me," ujar Arlo lembuat sebelum menelusuri terowonan gelap itu bersama Berlian.

Kaki Berlian terus berjalan mengikuti Arlo dari belakang dengan mengenggam lengan pria itu kuat-kuat.

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang