Cara gadis itu menjaga jarak darinya dengan duduk di sofa paling ujung agar jauh dari Arlo terlihat lucu dimatanya.
Cukup kagum terhadap bagaimana Arlo mengubah raut wajahnya dari mode bercanda, jahil, mesum ke mode serius seperti ini. Pria itu seakan punya banyak kepribadian yang selalu bisa memukau orang-orang.
Arlo menunjuk angka satu dengan jari tangannya, "Pertama, jauhin Kevin," nadanya semakin berat, tatapannya berubah tajam seolah memperingatkan Berlian dengan tegas bahwa hal itu tidak boleh ia langgar.
Berlian membasahi bibirnya yang kering dan hanya bisa berakhir pasrah dengan menanggukkan kepalanya.
"Usahain jangan menarik perhatian mereka termasuk Laura atau lo bisa masuk sebagai tokoh penting disana dan akan susah buat lo untuk keluar dari sini. Cerita mereka udah dirangkai sesuai naskah awalnya dan harus berakhir sesuai harapan penulis."
Setidaknya Berlian kini tahu alsan Arlo selalu menyuruhnya untuk menjauhi Laura. Cuman yang Berlian tidak mengerti hanya kenapa Kevin mengejarnya padahal nanti pasangan pria itu adalah Laura, bukannya menolong Laura saat dibuli, pria itu malah diam seperti pengecut. Berlian ingin menanyakan hal itu namun sebuah pertanyaan lain tiba-tiba terlintas di benaknya.
"Lo itu sebenarnya siapa? Kenapa lo bisa tahu banyak informasi tentang novel ini? Lo penulis ceritanya?" tanya Berlian sembari melempar tatapan menelitinya ke arah Arlo.
Diam sejenak, Arlo hanya mengamati raut Berlian yang kelewat penasaran itu.
"Gue ditugasin untuk urusin pemain figuran kayak kalian yang secara gak sengaja masuk ke dalam dunia novel ini."
Berlian menangguk kecil tapi tak menepis jika ia masih penasaran, seperti masih ada yang disembunyikan oleh Arlo, tapi sepertinya untuk sekarang tidak ada cara lain selain mempercayai omongan pria itu.
"Dan kita harus pastiin cerita ini berjalan sesuai alur si penulis. Usaha semampu lo untuk tidak terlihat dan tidak mencolok hingga lo bebas dari sini," lanjut Arlo sebagai penutup penjelasannya hari ini.
"Gue bukan yang pertama kan?" tanya Berlian, dilihat dari banyaknya kamar apartemen yang terisi, berarti masih banyak pemain figuran lain di gedung itu yang bernasib sama seperti dirinya.
Arlo memijat pangkal hidungnya, sepertinya gadis didepannya ini sangat keras kepala dan parahnya rasa penasarannya sangat tinggi.
Arlo menggeleng sebagai jawaban.
"Udah ada yang keluar?" tanya Berlian lagi.
"Udah, makanya lo hanya perlu duduk diam disini sampai ceritanya selesai. Kalau perlu gak usah pergi ke sekolah biar Kevin ga bisa ganggu lo lagi," ujar Arlo yang langsung dibalas gelengen keras Berlian.
"Gak mau, lo suruh gue 24 jam di apartemen ini aja? Lo pikir gue anjing peliharaan lo? Lagian orang-orang disekolah udah tahu gue sebagai siswa disana, bakal aneh kalau besoknya gue gak datang setelah bikin gempar satu sekolah," cecar Berlian panjang lebar.
Memang yang gadis itu katakan ada benarnya juga, Kevin pasti akan lebih penasaran lagi. Sial, seharusnya Arlo tidak mendaftarkan Berlian tadi.
Arlo tiba-tiba bangkit berdiri kemudian berjalan ke arah Berlian.
"Mau ngapain lo?" ternyata sisi waspada gadis itu masih hidup.
"Gue mau tunjukin kamar lo," ujar Arlo kemudian berjalan ke arah lorong dimana terdapat dua pintu yang letaknya saling bersebrangan.
"Ar, bisa gak lo pindah kelas aja? Soalnya gue gak nyaman karena sekelas sama Kevin," ujar Berlian jujur akhirnya. Entah kenapa Berlian merasa Kevin seperti terobsesi dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FIGURAN [END]
Teen FictionWARNING !!! CERITA INI BISA BIKIN KALIAN SENYUM-SENYUM SENDIRI BAHKAN SALTO-SALTO SAMPE MAMPUS ‼️🚫🚫 Yang gak kuat dipersilahkan untuk ↩️ putar balik --- What?! I'm figuran? --- Berlian pikir dirinya sudah mati saat tiba-tiba terbangun dalam se...