Bab 35

6.5K 543 4
                                    

Arlo mengerjap pelan ketika terik matahari pagi menyinar terangg tepat ke arah wajahnya. Ia menggeliat pelan sebelum menyadari kalau tangannya tertaut pada sesuatu. Arlo sudah ingin bangun sebelum menoleh ke samping dan menemukan Berlian yang masih tertidur pulas disampingnnya.

Arlo kembali membaringkan kepalanya kemudian tersenyum kecil, tangannya terangkat guna menghalangi akses teriknya matahari dalam menganggu tidur gadis itu. 

Arlo menghabiskan waktu cukup lama hanya untuk mengamati wajah Berlian sebelum mengelus kepalanya sekali kemudian menyibakkan selimutnya dan perlahan melepaskan tautan tangan mereka.

Namun ternyata Berlian menyadari pergerakan kecilnya, Berlian membuka kedua matanya membuat tatapan emreka saling beradu.

Arlo yang masih merasa canggung karena mereka sehabis berdebat kemarin memilih untuk mengalihkan tatapannya ke arah lain. Ia mengurungkan niatnya untuk bangun dari kasur.

Berlian mengulum senyum sembari mencuri pandang ke arah Arlo, "Masih marah?"

Arlo bergeming, namun Berlian tidak cepat menyerah. Gadis itu meyentuh hidung Arlo pelan yang berhasil menarik fokusnya. 

"Jangan ngambek lagi dong, gue kan udah minta maaf."

Arlo akhirnya membalas tatapan Berlian, "Gue gak butuh maaf lo, yang harus lo lakuin adalah janji gak tutupin apa-apa lagi dari gue," peringat Arlo yang langsung diangguki oleh Berlian.

"Gue cuman takut lo terluka Berlian. Mereka bisa lakuin hal-hal yang kita gak bisa duga. Sama madam aja gue masih ragu kalau dia mau berubah apalagi Kevin," lanjut Arlo menasehati Berlian.

"Iya-iya, cerewet banget sih. Kemana Arlo dulu yang ngomongnya irit? " Berlian mendengus kecil kemudian memeluk Arlo dengan membenamkan kepalanya pada dada bidang pria itu.

"Gue serius Berlian," ujar Arlo seolah masih mempeributkan hal tadi.

Berlian mengedikkan bahunya, "Siapa bilang gue gak serius?"

Arlo menghembuska napas pelan, gadis itu benar-benar menguji kesabaraannya. 

"Kalau gitu awas."

Berlian menggeleng, "Gak mau," ujarnya yang semakin mengeratkan pelukannya membuat Arlo mendadak gugup. 

Arlo meneguk ludahnya kasar, "Berlian..."

"Kenapa sih? Kalau gitu sebagai permintaan maaf kita ngedate hari ini gimana?" tawar Berlian.

Arlo tampak berpikir sejenak, sejak mereka berdua berpacaran mereka memang belum pernah pergi keluar baik untuk sekedar makan atau menghabiskan waktu bersama-sama.

Berlian melepaskan pelukannya kemudian menatap kesal ke arah Arlo, "Kelamaan, ayo dong."

Jujur, Arlo tidak tahu sejak kapan Berlian menjadi semanja ini. Kemana Berlian yang galak dulu? Arlo juga tidak tahu.

Arlo mencuri sebuah kecupan singkat pada pipi kanan Berlian membuat gadis itu terkejut.

"Kalau gitu gue yang tentuin tempatnya," ujarnya kemudian segera berlari keluar kamar sebelum terkena amukan Berlian.

Satu detik. Dua detik. Tiga detik.

"Arlo, lo curang!"

---

"Ngedate yang gue maksud itu jalan-jalan di mall, nonton, makan sama-sama, bukan cuman di dalam apartemen aja."

Berlian ikut mendudukkan dirinya diatas sofa tepat disamping Arlo. Masih mempertahankan raut kesalnya, bibirnya terus bergerak melayangkan protes.

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang