Kaki Berlian lemas, seolah kekuatannya menguap seketika beraakhir pada ketidakberdayaan yang menyiksanya dengan kekecewaan."Vin, gue tahu lo orangnya gak kayak gini," Berlian berusaha semampunya agar tangisnya tidak pecah selagi Kevin mengelus bahu Berlian yang terekspos bebas sebab Berlian mengembalikan jas Arlo ketika didalam pesta tadi.
Kevin tersenyum miring, "Emang menurut lo, gue yang sebenarnya itu kayak mana?"
"Vin, please stop."
Kevin tetap tidak mengindahkan perkataan Berlian membuat gadis itu mau tak mau memaksakan kesadaran dirinya untuk bangun. Ia tidak boleh lemah seperti ini, dengan sekuat tenaga sembari berpacu dengan waktu, Berlian menginjak keras kaki Kevin membut pria itu meringis sembari mengumpat pelan.
Selagi Kevin menjauhkan tububuhnya menimbulkan jarak antar keduanya, Berlian memanfaatkan kesempatan itu untuk pergi dari sana. Ia membuka pintu toilet dengan sekali gerakan kemudian berlari secepatnya meninggalkan Kevin.
Kevin melampiaskan amarahnya dengan memukul kaca toilet didepannya yang berakhir retak bersamaan dengan tangannya yang tergores pecahan kaca dan berdarah.
Napas Berlian memburu seiring dengan langkah kakinya ayng melangkah tak menentu arah. Berlian terus menoleh ke belakang, guna memastikan kevin tidak sempat mengejarnya hingga berakhir menabrak dada bidang seseorang. Berlian dapat merasakan sepasang tangan meraih bahunya, menahanya agar tidak jatuh.
Berlian dapat merasakan aroma yang sangat ia kenali itu dan dengan cepat memeluknya erat, menumpuhkan semua bebannya pada pelukan singkat itu.
Arlo yang bingung dengan sikap Berlian hanya mengelus puncak kepala gadis itu, "Kenapa?" Tanyanya kembut.
Berlian menggeleng kuat saat tanpa sadar tangisnya pecah.
Arlo berusaha menenangkan Berlian sebelum tatapannya tiba-tiba beradu dengan kevin yang baru saja keluar dari bilik toilet perempuan. Seketika semuanya terlihat jelas baginya, tanpa aba-aba Arlo melepaskan pelukan Berlian kemudian mengecup pelipis gadis itu sekali.
"Sepuluh detik, tunggu gue balik."
Arlo melangkahkan kakinya dengan cepat sebelum berhenti tepat didepan Kevin. Tangan Arlo terangkat ke atas kemudian tanpa peringatan melayangkan tinjunya dengan keras tepat ke perut Kevin. Kevin yang tidak memiliki persiapan apapun dalam melawan hanya berakhir tersungkur diatas lantai sembari merintih kesakitan memegangi area perutnya yang terasa berdenyut dan seketika ia merasa mual.
Arlo berjongkok kemudian mencengkram dagu Kevin dengan kuat, "Lo beruntung hari ini gue gak pukul wajah lo. Setidaknya wajah tampan lo ini harus terpampang jelas saat disorot wartawan nanti," ujar Arlo. Suaranya berubah berat dan tajam, menegaskan dengan keras kepada Kevin, bahwa pria itu sudah kalah darinya.
Sejatinya Arlo tidak perduli kalau naskahnya harus terus berulang sekalipun ia suddah sangat muak melakukan adengan didalamnya, yang penting bagi Arlo adalah ibunya bahagia. Arlo menyetujui saran Berlian untuk mengubah alurnya juga karena tidak ingin melihat Berlian sedih ketika jauh dari orang tuanya, hanya sebatas itu. Tapi kalau Berlian sudah sampai terluka seperti ini karena naskahnya, maka Arlo tidak akan membiarkan cerita ini berlanjut lagi.
Cerita ini harus dihentikan, baik oleh ibunya maupun dirinya sendiri yang menghentikanya.
—-
Mereka berdua akhirnya masuk kedalam pesta lagi dengan Berlian yang sudah lebih baikan.
Arlo meraih dagu Berlian kemudian dengan gerakan lembut mengarahkannya ke arahnya agar tatapan mereka dapat bertemu.
"Mau pulang aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FIGURAN [END]
Teen FictionWARNING !!! CERITA INI BISA BIKIN KALIAN SENYUM-SENYUM SENDIRI BAHKAN SALTO-SALTO SAMPE MAMPUS ‼️🚫🚫 Yang gak kuat dipersilahkan untuk ↩️ putar balik --- What?! I'm figuran? --- Berlian pikir dirinya sudah mati saat tiba-tiba terbangun dalam se...