Bab 20

8.7K 686 10
                                    

Warning : Part ini bisa mengakibatkan kalian sesak napas, yang gak kuat mundur yok 🫣😏

Selamat membaca
(Pssttt... udah di ingetin loh ya, jangan lupa napas)

---

Pria itu sedang menumpuhkan kepalanya ke pembatas balkon.

Berlian terus menjejalkan langkahnya hingga berdiri di pintu yang menghubungkan kamar Arlo dengan balkon kamarnya-ada satu buah meja serta kursi bantal- menikmati senja sembari membaca buku dan menikmati secangkir teh panas adalah hal yang cocok untuk dilakukan disana.

"Ar, awas kacanya," seru Berlian tak sadar ketika mendapati banyak pecahan beling di lantai balkon. Sepertinya itu berasal dari botol kaca bir. 

Arlo yang sedari menumpuhkan kepalanya tiba-tiba menegakkan pandangan kemudian berbalik membuat tatapan mereka bertemu. Berlian meneguk ludahnya kasar, penampilan Arlo kini terlihat kacau, pipi pria itu mengembung merah, entah berapa kaleng bir sudah ia teguk malam ini. 

Tatapan pria itu benar-benar susah untuk Berlian deskripsikan. Sedih, kecewa, frustasi? Rasanya semua itu bercampur aduk dan menyiksa jiwanya secara membabi buta.

"Ar, lo mabuk," peringat Berlian ketika Arlo tiba-tiba mengeluarkan senyum konyolnya layaknya orang mabuk.

Sial, bahkan senyum anehnya itu terlihat menawan dimata Berlian sekarang. Arlo terlihat indah baginya dalam keadan apapun. Berlian menggeleng keras, ia harus segera menghentikan pikiran ngawurnya itu.

"Sini duduk," racau Arlo sembari membuat gerakan kemari dengan tangannya.

Berlian melirik ke sekitar, "Cuman ada satu kursi disini," balasnya singkat kemudian berniat memungut kaleng soda yang berserakan dilantai sebelum dalam satu gerakan yang cepat dan tidak terduga, tiba-tiba tangan Berlian ditarik kuat oleh Arlo dan tangannya yang satu lagi melingkar pas di pinggang Berlian, menarik tubuh gadis itu mendekat dan berakhir duduk diatas pangkuannya.

"Ar..." Berlian yang terkejut akan tindakan pria itu tidak tahu harus mengeluarkan respon apa-apa. Bahkan walaupun dilakukan dengan cepat, Arlo dapat memperhatikan area pada tubuh Berlian yang terluka dan sebisa mungkin menghindarinya.

Berlian jadi curiga, apa Arlo tidak sedang mabuk?

"Gue mau minta maaf," dengan suara lemahnya Arlo berujar.

Dalam jarak sedekat itu dengan tubuh Berlian yang duduk menyampingi posisi Arlo, hembusan napas Arlo sama-sama menerpa leher Berlian membuat gadis itu menahan napasnya gugup.

"Gue gak butuh kata maaf, gue cuman butuh penjelasan," Berlian akhirnya memberanikan diri.

Mata Arlo yang tadinya terpejam erat mendadak terbuka, ia menampilkan senyum miringnya membuat rasa siaga Berlian bangkit dengan sendirinya. 

Tatapan Arlo yang tadinya beradu dengan Berlian mendadak turun dan berhenti tepat pada bibir Berlian. Diluar dugaan, Arlo melingkarkan tangannya pada leher Berlian kemudian menuntun gadis itu untuk menghadapnya sebelum mendaratkan bibirnya pada bibir Berlian. Tipe ciuman yang lembut dan tidak terburu-buru, Arlo menumpahkan semua emosinya kedalam sana, membuat Berlian seolah obat untuk meredam semua masalah pria itu.

Berlian masih kaget, bahkan kedua matanya masih terbuka lebar. Jantung Berlian berdetak dengan sangat cepat sekarang sebelum akhirnya kenyataan menampar dirinya.

Berlian sontak mendorong bahu Arlo membuat tautan bibir mereka terlepas. Untuk sesaat Berlian menikmatinya tapi setelah kilas balik memori dimana Arlo menolaknya mentah-mentah membuat Berlian ragu akan perasaan pria itu.

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang