Bab 32

6.6K 557 7
                                    

Alicia tiba-tiba berjalan melewati mereka berdua, gadis itu tampak sendirian tidak ada kedua temannya yang selalu setia mengikutinya. Berlian menatap gadis itu sekilas, bayangan kelam bagaimana Alicia memperlakukannya dengan kejam mendadak menghampirinya. Tanpa sadar genggaman tangannya kepada Arlo mengeras membuat pria itu beralih menatap Berlian kemudian mengelus punggung tangannya dengan jari jempolnya.

"It's okay, gue ada disini," bisik Arlo pelan berusaha menenangkan Berlian.

Tampak berbeda dari biasanya, keadaan Alicia tampaknya cukup kacau. Bukan fisiknya tetapi batin atau barangkali mood gadis itu sedang tidak dalam kondisi yang menyenangkan. Terlihat dari tatapan yang cenderung melunak, jalannya gontai seakan tak bersemangat, hanya lirikan sekilas yang ia berikan sebelum berjalan melewati Arlo dan Berlian.

Berlian tentu bersyukur, untuk saat ini hingga beberapa saat ke depan, yang ingin Berlian lakukan ketika bertemu Alicia adalah lari sejauh mungkin.

Baru saja ingin kembali meneruskan langkahnya, napas Berlian terhenti ketika mendapati Kevin yang berjalan ke arahnya dari ujung koridor. Berlian tidak tahu keputusannya untuk pergi ke sekolah hari ini tepat atau tidak, tapi seolah terjadi secara kebetulan, orang-orang yang belakangan ini menghantui pikiran Berlian satu per satu muncul dan anehnya mereka semua memberikan tatapan dinginnya ke arah Berlian. Seolah penyebab dari hancurnya hari-hari mereka belakangan ini adalah karena Berlian.

Iya, Berlian juga mendapati tatapan yang Alicia berikan kepadanya dari Kevin.

Namun yang kebih menyita perhatiannya adalah luka di sekujur tubuh Kevin. Pria itu tidak repot-repot menutupi luka disekujur lengannya dengan memakai jaket. Arlo juga tampaknya sama terkejutnya seperti dirinya. Tatapan mereka bertemu untuk sesaat, Kevin tidak mengucapkan apa-apa tapi seolah saling berbicara melalui tatapan, Berlian bisa menangkap sinyal yang ingin Kevin berikan. Pria itu sedang dalam keadaan yang kacau dan ia sendirian sekarang.

"Ih, pacar gue kenapa luka-luka gitu?"

"Walaupun luka dia masih tetap ganteng kok."

"Kevin habis berantem?"

"Sama siapa?"

Berlian memutuskan tatapan mereka, ia segera meraih tangan Arlo dan berjalan pergi dari sana. Sudah cukup baginya untuk berurusan dengan masalah Kevin, kemudian Alicia berikut dengan Laura. Berlian tidak ingin terjebak dalam permasalahan mereka lagi, ia harus fokus dengan Arlo dan mengurus alur ceritanya.

Berlian merasakan atmosfer disekitarnya semakin terasa berbeda, alur cerita yang madam sajikan ini semakin kacau. Berlian tidak mengerti, jauh berbeda seperti diawal kedatangannya, kini Berlian tidak bisa menebak alur ceritanya lagi.

Arlo melirik sekilas ke arah Berlian dengan tatapan yang sulit diartikan.

---

Tepat saat pulang sekolah, Berlian segera ijin dengan Arlo dengan alasan ia ingin pergi keluar dengan Katty. Begitu Arlo menyetujuinya ia segera berlari ke belakang sekolah, Berlian bertekad untuk berbicara empat mata dengan madam hari itu juga.

"Nenek..." Berlian menghentikan kalimatnya sejenak sebelum kembali melanjutkan, "Maksudku madam, aku ingin bicara hal penting denganmu!"

Berlian melihat ke arah sekitar taman yang sudah mulai sepi mengingat ini adalah jam pulang sekolah, hening tidak ada jawaban. Berlian tidak tahu bagaimana Arlo membawanya kesana sehingga yang bisa ia lakukan adalah berteriak seperti orang gila disana, berharap madam dapat mendengarnya dan membawanya ke tempat wanita itu.

"Hanya berdua saja, tidak ada Arlo!" teriak Berlian lagi.

"Ini penting..."

Belum sempat Berlian menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba tubuhnya serasa ditarik cepat saling berpacu dengan waktu, tubuhnya serasa dicampakkan dengan keras dan kasar, benar-benar berbeda dengan cara Arlo membawanya masuk dulu.

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang