Bab 19

8.4K 651 25
                                    

Readers baru mana suaranya?

Happy reading, typo jangan lupa tandain ya 😉

---

Berlian menurunkan tangannya yang sedari tadi berpaku pada kedua lututnya kemudian mengenggam tangan Arlo yang mengepal keras sedari tadi.

"Gak bisa, gue harus kasih pelajaran ke mereka," ujar Arlo sudah hendak bangkit sebelum tertahan karena kalimat Berlian.

"Jangan pergi, gue butuh lo sekarang."

Arlo mengurungkan niat, ia melepaskan jaketnya kemudian menyampirkannya ke tubuh Berlian secara perlahan.

"Maaf, gue terlambat."

Untuk pertama kalinya, Berlian melihat raut putus asa pria itu. 

---

Sepulang ke apartemen Arlo mengobati luka-luka disekujur tubuh Berlian. Sesekali gadis itu meringis dan sebanyak itu pula Arlo terus mengucapkan kata maaf. Berlian sendiri bingung, Arlo hanya terlambat menolongnya tapi raut yang pria itu tampilkan seolah semua ini bisa terjadi karena dirinya.

Selesai mengobati luka Berlian, Arlo masuk ke dalam kamar Berlian dengan menyodorkan segelas teh hangat untuk gadis itu. Arlo bahkan membantunya untuk minum dengan sebuah sedotan, sebab luka-luka disudut bibirnya yang belum mengering membuat Berlian susah minum, makan bahkan berbicara.

"Perlu ke dokter?" tanya Arlo kemudian duduk disisi kasur Berlian.

Berlian menggeleng sembari memperhatikan Arlo yang meletakkan gelas teh ke nakas samping tempat tidur.

"Setiap satu jam sekali jangan lupa kompres ini," ujar Arlo sembari menunduk lebam yang terdapat di mata kaki Berlian, gadis itu bahkan keseleo.

Berlian menggeleng.

Arlo menaikkan alis kanannya, "Berlian, biar sembuh..."

"Lo aja yang kompres, gue masih susah gerak."

"Mentang-mentang sakit jadi manja ya," dengus Arlo tapi tak menolak permintaan gadis itu membuat Berlian tersenyum kecil.

Mata Berlian tak sengaja menangkap kunci motor yang ada ditangan kiri Arlo.

"Lo mau kemana?"

"Keluar bentar, mungkin sekitar satu jam aja."

"Kemana?" tanya Berlian, mata pupilnya membesar.

Arlo terkekeh sembari mengacak rambut gadis itu pelan, "Tenang, gue gak bakal bunuh Alicia."

Berlian membalas tersenyum, "Makasih."

Arlo menggeleng, "Gue yang harusnya makasih karena lo udah percaya sama gue," ujar Arlo sembari mengelus pelan kepala Berlian sebelum pergi dari sana.

---

"Itu adalah hukuman untukmu karena sudah tidak mendengarkan perintahku."

Suara itu melengking kuat diantara ruangan baca yang hening, berakhir menyambut telinga Arlo yang baru saja menginjakkan kaki di ujung ruangan.

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang