Bab 15

8.9K 743 7
                                    

Berlian menarik napas sejenak, berusaha menyesuaikan diri dengan ucapan frontal wanita itu. 

"Aku sudah lulus sma kira-kira sembilan bulan yang lalu."

Wanita itu menangguk-angguk tanpa minat.

"Tapi Arlo sudah berusia dua puluh enam tahun kalau kau belum tahu. Tapi wajahnya terbilang muda makanya dia masih cocok memainkan peran sebagai anak sma di novel ini," ujar wanita itu dengan nada seakan 'gue yang paling tahu tentang Arlo karena udah lama disini'

Berlian menangguk sembari melipat tangan, "Oh, Arlo udah pernah cerita kok sama gue," ujar Berlian tersenyum manis padahal aslinya dia tengah berbohong.

"Tapi dia memang sangat tampan kan? Apalagi saat dia jogging pagi-pagi, aku sering curi-curi pandang ke bawah atau samperin dia buat ajak lari sama-sama tapi sayangnya pria itu sangat dingin. Dia selalu nolak," wanita itu kembali mengutarakan kekesalannya, ini lebih mirip seperti sesi curhat.

Mungkin wanita didepannya itu tidak jahat, hanya saja ucapannya itu terdengar frontal dan jujur membuat orang-orang terkadang kaget dengan pembawaannya yang kuat. Ini salah satu alasan kita tidak boleh menilai orang dari tampilan luarnya saja.

"Dia itu orangnya tertutup banget, bahkan dia gak pernah ijinin kita buat berkunjung ke apartemennya. Tapi bukankah hal itu yang justru membuatnya semakin menarik kan?" tanyanya lagi kemudian wanita itu senyum-senyum sendiri.

"Oh ya, kalau kau juga sepemikiran denganku, kau bisa bergabung ke situs penggemar Arlo yang aku buat. Kita biasanya adain pertemuan setiap rabu malam," ujarnya yang hanya dibalas Berlian dalam hati.

'Kalau ada klub penggemar khusus untuk membenci Arlo atau menjelek-jelekkan pria itu, sepertinya Berlian ingin masuk'

"Kalau begitu kau pasti sudah lumayan lama tinggal di gedung ini," ujar Berlian.

Wanita itu menangguk sebagai jawaban membuat senyum Berlian terbit.

"Kalau begitu kau tahu alur cerita novel ini bagaimana? Arlo pernah memberitahumu? Endingnya mungkin?" tanya Berlian beruntun karena penasaran.

Selama ini Arlo tidak pernah membahas soal alur cerita novel ini kepadanya padahal pria itu seharusnya tahu.

Wanita didepannya itu tiba-tiba membersihkan tenggorokannya sebelum menarik napas panjang-panjang seolah akan berbicara sangat lama untuk ke depannya.

"Laura itu nanti dibuli di kantin gitu, ceritanya dia anaknya polos-polos kayak taik ayam. Dia dibuli sama Alicia, nah si Alicia ini nanti tokoh antagonisnya yang bakal tunangan sama Kevin. Kalau gak salah nanti dihari tunangan mereka bakal batal gitu deh, pokoknya pestanya bakal heboh. Aku juga lupa-lupa ingat ceritanya karena gak tertarik dengan romansa sma, gak seru, kurang greget. Bahkan adengan kiss nya cuman sekali," ujar wanita itu sembari menunjuk angka satu dengan jari telunjuknya.

Berlian menangguk walau tidak begitu paham tapi ia tahu gambaran besarnya. 

Hening menyergap keduanya hingga sebuah pertanyaan tiba-tiba terlintas di pikiran Berlian.

"Apakah selama ini Arlo pernah pacaran? Di dunia ini maksudnya?" tanya Berlian akhirnya.

Bisa jadi alasan Arlo menolak dirinya adalah pria itu sudah memiliki pacar jauh sebelum Berlian masuk ke dalam dunia ini.

"Eumm..." wanita itu mengetukkan jari telunjuknya ke dagu, tampak berpikir.

"Gue gak tahu ya ini itu tergolong pacar atau engga."

Berlian menautkan alis bingung, "Maksudnya?"

"Dia tidak menjelaskannya kepada kau?"

Berlian menggeleng, "Engga."

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang