Epilog

15.8K 850 62
                                    

Kabar terbaru kini datang dari dunia pernovelan. Seorang penulis misterius yang digadang-gadang tak memiliki nama itu berhasil menghasilkan karya yang menjelit di pasaran. Selain kehidupan sang penulis yang tertutup rapat dari publik, alur cerita yang disajikan berhasil menyihir pembaca dan menjadikannya sebagai jajaran novel terlaris tahun ini.

Klik!

Suara lonceng yang berdenting sekali disusul dengan Berlian yang melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko buku. Ia dan Arlo janjian untuk bertemu disana hari ini.

Berlian tak mampu menahan senyumnya ketika pandangannya tertuju pada sebuah meja khusus yang tersaji dibagian depan dekat pintu masuk, berjejerkan karya-karya terlaris minggu itu dalam toko bukunya dan buku madam juga turut dipajang disana.

Setelah kepergian madam yang secara tiba-tiba, keadaan Arlo benar-benar memburuk waktu itu. Nafsu makannya menurun, ia tidak ada semangat untuk menjalani harinya dan hanya mengurung diri di kamar seharian. Butuh waktu yang cukup lama untuk Arlo memulihkan diri sebelum kembali membuka dirinya dan menerima keadaan yang terjadi.

Sesuai dengan tekad awalnya, Berlian mengumpulkan buku itu kepada sebuah akun penerbit melalui akun bodongnya dan setelah diterima, Berlian segera melenyapkan akun tersebut. Berlian sudah sepakat untuk tidak membeberkan nama madam ataupun menaruh namanya pada sampul depan buku. Ia hanya ingin orang-orang bisa menghargai karya madam kemudian membacanya dan menikmatinya. Berlian yakin madam juga akan bahagia disana setelah tahu kalau bukunya terjual habis di pasaran.

Berlian melangkahkan kakinya menyusuri rak-rak buku yang lain sembari menunggu kedatangan Arlo sebelum bahunya terlonjak kaget saat ada sepasang lengan yang melingkar erat tepat pada pinggangnya.

Dari aroma tubuhnya saja Berlian sudah tahu siapa pelakunya.

"Ar, ini tempat umum," peringat Berlian, walaupun keadaan toko buku itu tidak terlalu ramai mengingat itu jam sekolah tetapi tetap saja ada pegawai yang bekerja disana.

Berlian menyentil pelan lengan Arlo, berharap pria itu dapat memindahkan lengannya, namun bukannya terlepas, Arlo malah semakin mengeratkannya sembari menumpuhkan kepalanya pada bahunya. Pria itu benar-benar manja.

"Sebentar aja," bisik Arlo pelan.

Berlian akhirnya membalikkan tubuhnya agar menghadap Arlo sepenuhnya kemudian menatap Arlo berbinar sembari menunjuk ke arah jejeran buku terlaris. 

"Buku madam..."

Kalimat Berlian terhenti ketika Arlo dengan tiba-tiba membekap mulutnya menggunakan telapak tangannya.

Berlian mengerjapkan matanya beberapa kali, merutuki kesalahannya.

"Oh, maksudku buku ini laku keras. Sepertinya impiannya terwujud," bisik Berlian pelan. 

Arlo tersenyum kecil, walaupun kepergian wanita itu memberi efek yang besar dalam kehidupan Arlo, tapi tidak menampik kalau Arlo bersyukur, setidaknya harapan madam bisa terwujud.

"Makasih karena udah kepikiran buat terbitin bukunya," ujar Arlo sembari mengepus pelan kepala Berlian.

"Sama-sama."

Arlo menarik Berlian kembali ke dalam pelukannya dengan membenamkan kepalanya pada ceruk leher gadis itu membuat Berlian menahan napas gugup karena merasakan napas Arlo yang berhembus pelan seolah menggelitiknya dan membuat bulu kuduknya meremang. Dalam posisi sedekat itu, Berlian dapat merasakan detak jantung mereka yang berpacu dengan cepat. 

"Jangan tinggalin gue," bisik Arlo lagi, ia hanya punya Berlian dalam hidupnya sekarang.

Berlian menggeleng pelan, "Gak akan."

Arlo melepaskan pelukan mereka kemudian menatap lekat Berlian sebelum mendekatkan wajahnya dan berakhir pada hidung mereka yang bersentuhan.

"Mau ngapain Ar," perut Berlian menegang, tatapannya berubah tak fokus.

Arlo menaikkan alis kanannya sebelum tersenyum penuh arti, "Mau kabulin permintaan lo tentang ending yang pas buat kita."

Ending? Berlian membulatkan matanya ketika teringat akan perkataan madam diruangannya kemarin, tapi madam kan hanya asal bilang saja waktu itu.

Tidak mungkin sekarang kan?

"Ar..."

Arlo langsung menyatukan bibir mereka dan Berlian menyambutnya dengan sebuah lengkungan senyum pada bibirnya.

Suara dentingan pintu kembali terdengar, menuntun langkah seseorang yang meninggalkan toko buku dengan cepat.

Kisah mereka memang berakhir di dalam buku, tapi untuk sebuah kehidupan nyata, kisah mereka baru dimulai.

End.

---

Mau ucapin makasih banyak untuk yang udah baca, udah vote dan komen 🥰

Gimana pendapat kalian tentang cerita ini? (Aku pengen tahu, kritik, saran juga boleh :)

Cek juga karya-karya aku yang lain🤭

~Hope to see you on the next journey~


Lots of love,

ThIsGiRlAw

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang