Bab 26

7.5K 661 16
                                    

Berlian susah tidur sebab yang dipikirkannya sepanjang malam hanyalah Arlo dan gadis itu berakhir bangun jam lima pagi. Tanpa gadis itu sadari ia sekarang tengah berdiri didepan meja riasnya, merapikan dasi sekolahnya agar tidak terlihat miring, menyisir rambutnya kemudian mencepolnya ke atas agar terlihat rapi kemudian mempoleskan sedikit bedak tipis dan lipstik. Berlian melihat dirinya melalui pantulan kaca untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan meja rias.

Berlian meraih tas ranselnya ayng ada diatas kasur kemudian menarik napas sekali sebelum membuka pintu kamarnya. Melirik sekilas ke arah kamar Arlo, ternyata pria itu belum bangun. Niat awal ingin membangunkan pria itu namun Berlian mengurungkan niat ketika sudah berada di depan kamar pria itu. Nyalinya mendadak lenyap.

Namun baru saja hendak berbalik, tiba-tiba pintu kamar Arlo terbuka menampakkan perawakan Arlo yang tampaknya baru selesai mandi. Rambut pria itu masih basah, beberapa bulir air menetes hingga mengenai seragamnya yang masih urak-urakan. Berlian meneguk ludahnya kasar, pria itu terlihat seksi dengan penampilan berantakan seperti itu.

Arlo menaikkan alis kanannya bingung ketika mendapati Berlian berdiri di depan kamarnya, "Berhubung ada lo, ini," ujar Arlo tiba-tiba sembari menyerahkan dasi ke arah Berlian.

"Make dasi pun gak lulus?" dengus Berlian namun tetap menerima sodoran dasi pria itu.

"Lulus sih, cuman gue nyuri kesempatan aja biar bisa dipasangin sama lo," ujar pria itu jujur yang langsung membuat gerakan tangan Berlian yang hendak menggapai kerah seragam pria itu terhenti.

Bisa gak sih gak usah jujur-jujur kali jadi orang? Berlian memprotes dalam hati.

"Ar," peringat Berlian sembari melingkarkan lengannya ke leher Arlo diikuti Arlo yang menunduk sedikit agar Berlian bisa menjangkaunya.

"Iya sayang."

Lagi-lagi gerakan Berlian terhenti, tatapan Arlo yang secara terang-teraangan tertuju kearahnya membuat Berlian susah fokus.

"Siapa yang sayang?" tanya Berlian kemudian menekuk dasi Arlo membentuk sebuah simpulan.

Arlo tersenyum miring, "Sayang Berlian."

"Berlian siapa?" tanya Berlian lagi, berusaha menantang pria itu.

"Berlian pacar Arlo, puas?" tanyanya.

Berlian mengigit bibir bawahnya, sepertinya ia kalah telak kali ini, "Puas," jawab Berlian diikuti simpulan dasinya yang sudah selesai.

"Pulang sekolah mau nemenin gue gak?" tanya Arlo ketika mereka sudah berada di lift apartemen menuju parkiran bawah tanah untuk berangkat ke sekolah menggunakan mobil Arlo.

"Kemana?"

Hening sejenak membuat Berlian menoleh ke arah pria itu, Arlo terlihat ragu sebelu berujar, "Temenin gue jalan sama Laura."

Mulut Berlian terbuka secara lebar, yang bener aja dong masa Berlian harus menemani pacarnya untuk pacaran sama orang lain. Konsep dari mana sih ini? Dan Arlo bisa-bisanya menanyakan pertanyaan yang jelas-jelas Berlian akan menolaknya.

"Gue gak..."

"Kalau gak mau sih gak papa, gue cuman gak mau salah paham aja kan jadi gue bilang duluan," uajr Arlo semabri menyenderkan tubuhnya ke dinding lift sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, ia pria itu terlihat tenang bahkan sangat tenang.

"Gue ikut," ujar Berlian cepat yang langsung membuat Arlo mengulum senyum.

Arlo sedikit menunduk kemudian mendekatkan bibirnya ke arah telinga Berlian kemudian berbisik pelan, "Gue suka lihat lo cemburu."

---

Berlian mengedarkan pandangannya ke sekitar saat beberapa kelompok siswa saling berlarian melewatinya sembari berbisik-bisik, bahkan ada beberapa yang berlari dan berakhir hampir menabrak Berlian kalau Arlo tidak dengan sigap menahan pinggangnya.

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang