Bab 44

5.9K 507 8
                                    

Madam membelalakkan matanya, dengan gerakan gesitnya ia mencampakkan buku yang ia pegang tadi ke lantai kemudian segera menghampiri Berlian kemudian merebut syal rajutan itu dengan sekali tarik.

"Tidak usah sok tahu," ujarnya dengan nada dongkolnya.

"Berkata jujur tidak akan menambah dosamu madam," tambah Berlian lagi yang membuat wanita itu semakin naik pitam.

Arlo melirik sekilas ke arah perdebatan dua perempuan itu, tak sengaja matanya bersinggungan dengan madam berakhir pada dia yang mengalihkan wajahnya ke samping. Masih terasa canggung bagi mereka untuk berinteraksi.  

"Madam," panggil Berlian tiba-tiba membuat sisi waspada dalam dirinya mendadak bangkit, entah kenapa ia rasa Berlian akan melakukan sesuatu diluar dugaannya lagi.

"Gimana kalau aku ajak madam ke apartemen kita?" tanya Berlian.

Oke, tebakan madam seratus persen benar.

"Tidak bisa," Arlo tiba-tiba berujar tegas yang berhasil merebut fokus mereka berdua.

Madam menghela napas kemudian menangguk pelan, "Aku tidak pernah keluar dari sini," ujarnya seolah setuju dengan Arlo.

"Tidak pernah bukan berarti tiddak bisa kan?"

Arlo memijat pelipisnya sejenak, ia mendadak lupa dengan betapa keras kepalanya seorang Berlian. Madam terdiam sembari melirik ke arah Arlo, meminta pertolongan pria itu.

"Aku tidak mengijinkan," ujar Arlo lagi.

Berlian melipat tangannya, "Itu apartemen kita kan? Berarti gue juga punya hak dong buat undang orang?" Berlian tetap bersikeras pada pendiriannya.

"Berlian..."

Berlian mengeluarkan tatapan memohonnya ke arah Arlo sembari menyatukan kedua telapak tangannya.

Arlo  berdecak pelan sebelum menangguk yang disambut teriakan girang Berlian. Gadis itu bersorak heboh seolah habis mendapat lotre, menghampiri Arlo dengan segera dan memberikan kecupan singkat pada pipi pria itu.

"Terima kasih."

Arlo hanya mengelus pelan kepala Berlian sebagai balasan.

Berlian kemudian menoleh ke arah madam, "Madam, kita buat apa ya? Oh, ajarin aku masak makanan kesukaan Arlo dong," pinta Berlian, memberikan ide terkait kegiatan yang akan mereka lakukan nanti di apartemen Arlo.

"Aku tidak bisa memasak," ujar madam singkat.

Berlian refleks menggaruk lehernya yang tidak terasa gatal, ternyata Arlo dan madam memanglah ibu dan anak.

"Kalau begitu aku yang akan mengajari madam masak."

---

Arlo tidak tahu kapan mereka berdua sedekat ini, tapi satu hal yang bisa ia pastikan sekarang, Berlian cenderung lebih bisa mengobrol berbagai topik bebas dengan madam dibanding dirinya. Mulai dari makanan, film, berikut dengan ide jahil Berlian yang menyuruh madam menceritakan bagaimana tingkah Arlo ketika ia kecil dulu.

Arlo harus beberapa kali menutup wajahnya dengan tangannya saat Berlian menoleh ke arahnya dengan tawa menggelegar gadis itu atau sok sibuk sembari membaca majalah di meja. Aibnya benar-benar dibabat habis oleh gadis nakal itu.

Apartemen Arlo siang itu benar-benar dipenuhi oleh suara obrolan mereka saja.

"Wah madam, ternyata kau benar-benar tidak bisa memasak. Kupikir kau hanya bercanda tadi," ujar Berlian ketika madam hendak memecahkan sebuah telur namun berakhir seluruh cangkangnya ikutan menyelam ke dalam mangkuk.

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang