Lima hari kemudian...
Semuanya kembali berjalan normal, para tokoh kembali pada kehidupan masing-masing mereka, menjalankan aktivitas serta pekerjaan dan bertemu dengan keluarga mereka yang sebenarnya.
Hari ini Arlo dan Berlian memiliki janji untuk mengunjungi gua itu kembali. Arlo menjemputnya pagi-pagi sekali, mereka mampir pada sebuah toko bunga untuk membeli sebuket mawar putih. Tidak ada pembicaraan selama mereka didalam mobil, keheningan ini sudah tercipta sejak lima hari yang lalu, sejak mereka kembali dari 'sana'.
Berlian melirik ke arah Arlo yang masih fokus pada kemudinya, tatapannya yang dingin menghujam lurus ke depan membuat Berlian menatap sendu ke arah pria itu.
Arlo akhirnya membelokkan kemudinya, melewati deretan pohon-pohon yang tertanam acak mengapit jalan melingkar-lingkar dengan pemandangan pegunungan dibalik jendela mobil mereka. Mobilnya berakhir menepi, jarak belasan langkah sebelum dihadapkan pada sebuah gua yang sudah sangat Berlian kenali itu.
Arlo dan Berlian turun dari mobil, tidak lupa dengan buket bunga yang berisi mawar putih yang mereka beli tadi.
Arlo berdiri tepat didepan gua, tatapannya kosong mengarah kedepan mengiringi keheningan diantara keduanya sedangkan Berlian membungkuk kemudian meletakkan buket bunga itu tepat didepan gua.
Arlo mengenggam erat syal rajut yang diberikan madam kepadanya, "Kau berbohong kepadaku," ujar Arlo pelan dengan pandangannya yang tidak lepas dari area depan gua. Air matanya sudah habis, Arlo sudah tidak bisa menangis lagi.
Selain syal rajutan dari madam dan sebuah buku yang Berlian lihat tergeletak didepan gua saat mereka kembali beberapa hari lalu, kemudian surat yang terselip didalamnya sebagai, Berlian dan Arlo benar-benar tidak bisa menemukan madam.
Berlian menghabiskan waktu dua hari untuk membaca buku itu hingga halaman terakhir dan menyadari kalau itu semacam buku novel yang madam ringkas berdasarkan kisah mereka. Secara terperinci dan terkesan layaknya cerita bergenre fantasi tapi sebenarnya itu benar-benar terjadi pada mereka. Dengan Arlo dan Berlian yang menjadi pemeran utama, novel itu menceritakan mulai dari kedatangan Berlian dan bagaimana dirinya berhasil keluar dari sana sebagai pemeran utama novel.
Bahkan setiap obrolan mereka tertulis jelas disana dan yang menarik perhatian Berlian adalah bagian akhir cerita itu, ketika madam menjelaskan alasannya kenapa ia tidak ikut kembali bersama Arlo dan Berlian.
Setidaknya buku itu adalah satu-satunya petunjuk bagi mereka ketika mereka tidak dapat menemukan madam kemarin.
Detik itu juga Berlian menyadari kalau madam tidak akan pernah kembali, karena pada halaman terakhir buku itu mengatakan kalau madam sudah meninggal dunia. Sejak awal, sebelum dunia novelnya terbentuk, sebelum mereka semua benar-benar masuk ke dalam cerita dan berlakon, madam sudah melakukan aksi bunuh dirinya di gua itu. Jika semua tokoh figuran yang kembali dari sana akan menjalani kehidupan mereka masing-masing, maka hal itu juga berlaku bagi madam yang kembali pada ajalnya.
Madam tidak menepati janjinya untuk menikmati salju dengan Arlo.
Madam tidak kembali bersama mereka.
Berlian mengeluarkan surat yang ia temukan kemarin didalam buku kemudian menyerahkannya kepada Arlo sebelum pria itu membukanya dengan gerakan pelan berikut dengan bola matanya yang bergerak guna membaca isinya.
Faktor penting dalam sebuah cerita selain peran protagonis adalah mereka yang membuat ceritanya hidup, mereka yang membuat pembaca merasa geram, mereka yang selalu dibenci dan dihakimi, mereka adalah para antagonis.
Dan berhubung peran utamanya sudah diganti menjadi kalian berdua, maka bukan Alicia dan Kevin lagi yang menjadi pusat perhatian yang membuat para tokoh utama mengalami perubahan nasib dengan drastis, melainkan aku, si penulis egois yang rakus akan ambisinya untuk menjadi penulis hebat dengan menghancurkan kehidupan para tokoh adalah peran antagonis sesungguhnya.
Jadi aku harus membayar perbuatanku ini.
Aku tidak akan kembali.
Maaf, ibu tidak bisa menepati janji untuk menikmati salju bersamamu.
Kau adalah putra terbaik dan ibu mencintaimu.
Kini Berlian tahu, buku dalam genggamannya ini bukanlah sebatas cerita klise tentang kehidupan remaja yang gampang ditebak alurnya seperti dugaan Berlian di awal, tetapi itu menceritakan riwayat perjalanan hidup madam selama ini.
Arlo meremas surat yang diberikan madam hingga tak berbentuk kemudian melemparnya asal ke dalam gua.
Arlo masuk ke dalam dunia itu agar dapat hidup bersama dengan ibunya, satu-satunya keluarga yang ia punya disisinya tapi kini setelah semua pengorbanan Arlo, wanita itu pergi tanpa mengatakan apa-apa padanya.
Kenapa? Kenapa ia selalu sendirian?
Berlian ingin memberikan buku itu kepada Arlo untuk ia simpan namun pria itu menolaknya.
"Lo bisa lakuin apapun ke buku itu tapi gue gak mau simpan itu," ujar Arlo singkat, madam pikir dengan adanya buku itu akan bisa mengobati kesedihan Arlo, tapi yang pria itu butuhkan sekarang hanyalah kehadiran ibunya.
Berlian menatap buku itu lekat-lekat, "Aku akan menerbitkan buku ini," ujar Berlian serius. Sebelumnya ia memang berniat untuk menulis kembali semua perjalanan mereka selama disana tapi berhubung madam sudah menjabarkannya dengan rinci dan ini adalah asli dari pemikiran wanita itu maka Berlian akan menerbitkannya.
Berlian kembali menancapkan pandangannya ke arah Arlo, tangannya yang terkepal erat dengan tatapannya yang tak lepas dari gua didepan mereka. Berlian maju selangkah, mendekati pria itu kemudian menariknya masuk kedalam pelukannya.
"Menangislah sepuasmu," ujar Berlian sembari mengelus punggung Arlo saat pria itu melingkarkan lengannya dengan erat pada pinggang Berlian, menumpahkan beban kepalanya pada pundak Berlian kemudian menangis dalam diam disana.
Mereka menghabiskan beberapa menit dalam posisi seperti itu sebelum keadaan Arlo yang sudah sedikit lebih tenang dan Berlian memutuskan untuk mengajaknya pulang. Mereka memberi penghormatan yang terakhir untuk madam sebelum berbalik dan meninggalkan gua itu. Mobil Arlo melaju pelan dibawah langit cerah pagi itu, Berlian membuka jendela mobilnya, membiarkan angin pagi yang berhembus pelan itu menyapu bersih kesedihan mereka.
Tanpa mereka sadari, gua itu mengeluarkan seberkas cahaya terangnya sebelum akhirnya redup dan menghilang.
—-
Last part sebelum epilog, no extra part.
This is the end.
😁Thanks for reading😁
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FIGURAN [END]
Teen FictionWARNING !!! CERITA INI BISA BIKIN KALIAN SENYUM-SENYUM SENDIRI BAHKAN SALTO-SALTO SAMPE MAMPUS ‼️🚫🚫 Yang gak kuat dipersilahkan untuk ↩️ putar balik --- What?! I'm figuran? --- Berlian pikir dirinya sudah mati saat tiba-tiba terbangun dalam se...