Bab 41

6.1K 497 5
                                    


Sebelum benar-benar meninggalkan ruangan, Kevin sempat menyaksikan semuanya. Mulai dari Berlian yang dikepung oleh para wartawan yang Kevin yakini adalah suruhan ayahnya, pria itu pasti akan mengalihkan isu gosip yang beredar dengan memancing Berlian sebagai topik utamanya.

Kevin sudah ingin menolong Berlian saat gadis itu terdorong oleh salah satu wartawan dan berakhir jatuh namun ayahnya lebih dulu menarik tangannya dengan keras dan nyatanya Arlo sudah lebih dulu menolong Berlian. Untuk sesaat, Kevin menyesali perbuatannya.

Kenapa ia harus melibatkan Berlian dalam masalah keluarganya?

Berlian tidak pantas menerima ini semua dan Kevin benar-benar menyesal malam itu karena sudah memperlakukan Berlian seperti itu.

"Berlian, maafin gue."

Itu adalah kalimat terakhir Kevin sebelum pria itu benar-benar meninggalkan ruangan pesta. Frans menyeretnya ke salah satu kamar hotel yang kosong. Pengawal Frans mengunci pergerakan Kevin dengan memegangi kedua tangannya dan berakhir menghempaskan Kevin ke atas kasur dengan gerakan kasar.

Frans melihat ke arah pengawalnya, mengisyaratkan untuk meninggalkan mereka berdua disana. Setelah pintu kamar ditutup, Frans berakhir menoleh pada Kevin yang meringkuk di sisi kasur.

"Apa yang kau lakukan tadi, hm?" Tanya Frans dengan nada pelannya sembari melonggarkan dasinya kemudian membuangnya asal.

Pipi Kevin masih berdenyut sebab dipukul oleh ayahnya tadi dan pria itu berakhir bergeming, tidak berniat menjawab pertanyaan Frans.

"Istri kedua? Anak simpanan? Wow," ujar Frans lagi dengan nada merendahkannya, sebuah hembusan kasar berhasil lolos dari bibirnya saat pria itu melepas kancing pada lengan kemejanya kemudian melipatnya ke atas.

"Kau ingin berbakti dengan ibu bodohmu itu ya?" Frans menaikkan nada bicaranya kemudian dengan sekali gerakan menendang Kevin tepat pada area perutnya, menyerang spot yang tepat bekas tinju Arlo, untuk kedua kalinya membuat tubuh Kevin tercampak dan jatuh ke atas lantai.

Tenaganya sudah benar-benar habis, baik fisik maupun mentalnya terkuras habis. Bagaimana Kevin memeprsiapkan semua hal untuk menghancurkan pesta pertunangannya, ia sudah tahu kalau hal seperti ini akan terjadi. Hanya seberapa banyak luka yang akan ia dapatkan nanti, belum sempat ia perkirakan. Kevin siap akan segala konsekuensinya.

"Kalau begitu kenapa kau tidak berbakti denganku juga hah!" Teriakannya berkumandang, bergema diantara kamar hotel yang menyisahkan mereka berdua didalamnya. Frans terus menendang Kevin, tanpa penolakan dan hanya mengeluarkan rintihan kesakitannya, Kevin menerima semua tenddangan itu. Kakinya terasa panas, seolah tendangan kuat yang menyerang tubuhnya secara berulang itu siap untuk mematahkan tulang-tulangnya dalam hitungan detik. Belum lagi rasa panas dan mual dari perutnya,Kevin benar-bear merasa seperti berada dalam ambang kematiannya sekarang.

"Kau berniat mempermalukan keluarga ini? Kau sudah merencanakannya dari awal kan?" Frans berjongkok kemudian meraih dagu Kevin, memaksa Kevin untuk menatap wajahnya.

Daam sebuah tarikan napas yang terasa sulit bagi Kevin, pria itu menatap nyalag ke arah ayahnya tanpa mengeluarkan suaranya sama sekali.

"Jawab!" Frans yang sudah mulai jenuh dengan kebisuan Kevin kembali meledakkan suaranya, ia menghempaskan wajah Kevin ke samping membuat tubuh Kevin sepenuhnya tumbang ke lantai.

Frans mendadak mengeluarkan tawa sumbangnya, dengan kedua tangannya yang beraada dipinggangnya, Frans memandang remeh ke arah Kevin.

"Baiklah, kau tidak mau menjawabku kan?" Kemudian tatapannya berhenti pada vas bunga yang terletak di atas nakas samping tempat tidur.

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang