Ponsel Berlian yang tertinggal diatas meja makan tiba-tiba bergetar menandakan ada panggilan masuk.
Arlo melirik sekilas, awalnya ia ingin memberikan ponsel itu kepada Berlian tapi ketika melihat nama Kevin tertera di layar ponsel itu, seketika amarah Arlo kembali menguap. Darimana pria brengsek itu tau nomor Berlian, pikirnya.
"Halo?" suara Kevin terdengar menyapa dari seberang telfon
"Gue kira lo gak bakal angkat telfon gue Berlian," lanjut Kevin dengan nada gembiranya.
Arlo masih terdiam, nada bicara pria itu terdengar girang. Arlo ingin tahu bagaimana ekspresi pria itu selanjutnya kalau tahu ponsel Berlian sedang bersama dirinya.
"Berlian? Lo denger gue kan?"
"Lo maksa Berlian buat kasih nomornya?" timpal Arlo yang langsung disambut keheningan dari seberang telfon.
"Kenapa hp dia bisa ada sama lo?" nada bicara Kevin berubah sepenuhnya, geraman kecil dapat Arlo dengar.
Nyatanya tebakan Arlo memang benar adanya, Kevin memaksanya untuk memberikan noomor Berlian kalau tidak maka pria itu akan menghampiri Arlo untuk mengajaknya berkelahi. Berlian akhirnya mengalah dan memberikannya, gadis itu hanya berpikir untuk tidak pernah mengangkatnya saja kalau Kevin benar-benar menelepon dirinya.
"Kenapa? Kalau ada sesuatu yang penting kasih tau gue aja, ntar gue sampein ke Berlian," ujar Arlo sembari tersenyum kecil kemudian kembali menyesap teh buatan Berlian.
"Emang lo siapa dia hah?" Kevin menaikkan nada bicaranya tak terima membuat Arlo meringis kemudian menjauhkan ponsel Berlian dari telinganya.
"Gue mau bicara sama Berlian, kasih hpnya ke dia."
"Dia lagi sibuk."
"Sibuk? Kenapa kalian bisa sama-sama sekarang?"
Arlo memutar bola matanya malas, "Karena gue lagi nge-date sama dia," ujar Arlo kemudian menutup panggilannya secara sepihak.
Arlo bisa membayangkan raut wajah Kevin sekarang, mungkin semerah apel atau mungkin akan ada asap mengepul keluar dari atas kepalanya. Arlo meletakkan kembali ponsel Berlian ke atas meja kemudian menghembuskan napas kasarnya, ternyata Kevin masih terus menganggu Berlian.
---
Didalam kamarnya Berlian kembali merenungi kejadian-kejadian yang ia alami setelah masuk ke dalam novel. Selain sikap brengsek Arlo yang terus Berlian ingat, sepertinya gadis itu harus memikirkan apakah mungkin ada alasan bagi Arlo untuk berbuat demikian.
Apa ini ada hubungannya dengan luka yang Arlo dapat? Jujur, Arlo tidak banyak menceritakan kehidupannya sebelum Berlian masuk ke dalam cerita ini. Seolah Berlian masih mengenal Arlo yang terlihat baik dan sempurna dari luar, untuk keburukan dan masa lalu pria itu, Berlian tidak tahu sama sekali.
Terdengar suara pintu apartemen yang ditutup membuat Berlian yakin kalau Arlo sudah pergi lagi dari apartemen.
Berlian memijat pelipisnya yang terasa berdenyut memikirkan alasan Arlo selalu menolaknya. Tidak boleh seperti ini, ia harus mencari tahu sendiri kebenarannya.
Berlian memutuskan untuk keluar dari apartemennya kemudian berdiri tepat didepan apartemen Katty. Walaupun bertanya dengan Katty mungkin akan sulit, sebab wanita itu berpihak sepenuhnya pada Arlo tapi Berlian setidaknya ingin mencoba.
Entah takdir yang sedang berpihak kepadanya atau bagaimana, tetapi pintu apartemen Katty tiba-tiba terbuka menampilkan gaya nyentrik wanita itu sembari memegang kantong plastik berwarna hitam ditangan kirinya.
"Hi," sapa Berlian canggung.
Katty menaikkan alis kannya, "Sedang apa kau didepan pintu apartemenku?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FIGURAN [END]
Teen FictionWARNING !!! CERITA INI BISA BIKIN KALIAN SENYUM-SENYUM SENDIRI BAHKAN SALTO-SALTO SAMPE MAMPUS ‼️🚫🚫 Yang gak kuat dipersilahkan untuk ↩️ putar balik --- What?! I'm figuran? --- Berlian pikir dirinya sudah mati saat tiba-tiba terbangun dalam se...