Hari pertunangan Kevin dan Alicia tiba.Setahu Berlian pestanya diadakan dengan sangat meriah, selain kedua keluarga mereka yang memang sukses di bidangnya masing-masing, kerja sama antar kedua perusahaan raksasa mereka bahkan berhasil menyorot perhatian publik. Berikut dengan teman-teman di sekolah, mereka semua diaundang tanpa terkecuali.
Arlo melirik sekilas ke arah arlojinya sebelum berakhir pada pintu kamar Berlian. Terpaut beberapa detik sebelum pintu kamar gadis itu terbuka, menampilkan Berlian dibalik balutan gaun yang Arlo berikan kepadanya.
Saat Katty dan Jenni berkunjung ke apartemen mereka kemarin, Arlo meminta bantuan mereka untuk memilihkan gaun yang cocok kepada Berlian.
Berlian mengigit bibir bawahnya gugup seiring langkahnya berjalan mendekati Arlo. Jujur Berlian tidak berani menatap ke arah Arlo secara terang-terangan sekarang, karena dari ekor matanya ia dapat melihat kalau Arlo tengah menancapkan semua fokusnya padanya.
Berlian terlihat cantik malam ini. Gaun berwarna biru dongker itu membungkus tubuh Berlian dengan sempurna. Dibalutin beberapa ornamen bunga pada bagian dadanya, kemudian detail-detail kecil manik-manik yang menghujani gaun itu secara berpola hingga ke bawah.
She is the godess.
Berlian membersihkan tenggorokannya sekali membuat Arlo mengerjap beberapa kali, pria itu refleks membenarkan letak dasinya akrena tertangkap basah memperhatikan Berlian terlalu lekat.
"Lo cantik malam ini," ujar Arlo, menghentikan langkahnya saat sudah berdiri tepat dihapadan Berlian. Perbedaan tinggi badan emreka membuat Arlo harus menunduk guna melihat raut wajah gadisnya itu.
Pipi Berlian memerah, Arlo tidak tahu itu efek make up atau karena dirinya. Arlo bertaruh dalam hatinya kalau itu karena opsi kedua.
Berlian menatap ke lantai, "Jangan berbohong," ujarnya sembari memainkan jari tangannya.
Arlo mengangkat alis kanannya, "Gue serius," ujar pria itu, suaranya meemberat menandakan kalau Arlo memang tidak berbohong.
"Masa?" tanya Berlian lagi, jujur saat menatap dirinya melalui pantulan kaca tadi, Berlian sedikit tidak percaya diri. Sebab jarang sekali ia memakai gaun pesta seperti ini, apalagi ini tipe gaun yang terbuka, Berlian sedikit tidak nyaman.
"Cuman kurang satu hal lagi," ujar Arlo membuat Berlian refleks mendongakkan kepala dan tatapan mereka beradu untuk sesaat.
Arlo juga terlihat tampan hari ini. Tidak, pria itu sudah terlihat tampan setiap harinya dan sepertinya ia sengaja memilih warna jas yang senada dengan gaun Berlian.
Berlian mengerjapkan matanya beberapa kali, "Kurang ap..."
Belum sempat Berlian menyelesaikan kalimatnya, Arlo tiba-tiba melepaskan jas bagian luarnya kemudian menyampirkan pada bahu telanjang Berlian.
"Perfect," ujar Arlo.
Berlian meneguk ludahnya kasar, ia tidak tahu kalau suara Arlo akan etrdengar begitu seksi ketika berbicara dengan aksen inggrisnya.
Berlian menggeleng pelan dan memilih untuk berjalan mendahului Arlo keluar dari apartemen membuat pria itu tersenyum kecil dibelakang.
"Kayaknya acara ini bakal jadi plot twist terbesar dari cerita madam," ujar Berlian saat mereka berdua sudah didalam mobil Arlo.
Arlo menyalakan mesin berakhir pada mobilnya yang melaju membelah jalan raya yang tidak begitu padat malam itu.
Arlo menangguk tanpa menoleh ke arah Berlian, "Tapi Kevin juga kasihan disini, madam menggambarkan hidupnya dengan menyedihkan."
"Karena dia harus bertunangan sama orang yang gak dia suka?" tanya Berlian, jujur untuk latar belakang setiap tokoh ia belum tahu betul. Berlian hanya mencari informasi tentang garis besar ceritanya, tidak lebih.
Arlo membalikkan kemudinya, menyempatkan diri untuk menoleh ke arah Berlian sejenak sebelum kembali fokus ke arah jalanan.
"Dia itu anak simpanan dikeluarganya."
Layaknya petir yang menyambar tanpa peringatan, fakta yang Arlo sampaikan membuat Berlian membulatkan matanya terkejut.
"Anak simpanan?"
Jeda sejenak sebelum Arlo kembali berbicara, "Ayahnya itu selingkuh sama ibunya. Singkatnya, Laura itu anak dari istri sah sedangkan Kevin anak dari istri simpanan. Sama ayah beda ibu," terang Arlo.
Berlian tidak menyangka hidup Kevin serumit itu, ia jadi merasa kasihan dengan pria itu.
"Kevin terpaksa terima pertunangan ini, kalau gak ibunya bakal menderita disana. Setidaknya sebagai anak simpanan, dia bisa berkorban sedikit untuk perusahannya. Konflik orang kaya mereka emang gak ada habisnya," ujar Arlo panjang lebar. Jujur, ia tidak membenci Kevin. Malah lebih ke arah merasa bersalah, sebab bisa dibilang madam yang membuatnya lahir dikeluarga seperti itu dan menjalankan kehidupan seperti itu.
Tetapi Arlo hanya tidak suka dengan sikap menuntut Kecvin apalagi pria itu terkadan bisa berbuat diluar nalar, ia akan berbuat apa saja demi obsesinya dan sialnya, Berlian adalah sasaran pria itu.
Berlian jadi teringat luka Kevin kemarin saat mereka bertemu disekolah, jangan-jangan ayahnya yang melakukan itu kepadanya? Entah kenapa perasannya menjadi tidak enak, seolah sebagian dalam dirinya memberontak tanpa alasan. Berlian hanya berharap walaupun sudah tahu pesta ini akan hancur nantinya, dirinya tidak akan terlibat. Berlian hanya ingin pergi ke pesta dengan Arlo dan kembali pulang dengan damai.
"Udah jangan dipikirin lagi, fokus ke pestanya aja."
Berlian menangguk pelan, bersamaan dengan mobil mereka yang berhenti disebuah gedung bertingkat berupa hotel bergaya modern yang setiap lantainya terpasang kaca membuatnya tampak mahal dan mewah. Mobil Arlo berhenti diantara pilar-pilar besar berwarna putih yang berdiri menjulang sejajar dengan pintu masuk.
Arlo turun dari mobilnya kemudian memutari mobilnya dan membukakan pintu untuk Berlian.
Berlian menatap uluran tangan Arlo, gadis itu tersenyum sebelum menggapainya tanpa ragu. Mereka berdua berjalan beriringan melewati pintu utama gedung yang langsung menghubungan mereka dengan tempat diadakannya pesta pertunangan Kevin dan Alicia.
Layaknya pesta orang kalangan atas, desain yang mereka gunakan memberi kesan elegan. Karpet berudu berwarna merah yang dibentangkan sepanjang ruangan, dihiasi standing table dengan sebuket bunga dibagian tengah mejanya. Berlian menghela napas pendek, ini artinya mereka diharuskan makan seraya berdiri. Berlian menatap ke bawah, semoga sepatu hak tingginya ini bisa diajak bekerja bersama.
Alasan mereka memilih konsep seperti ini adalah karena ini memang pesta ini ditujukan untuk memperluas koneksi antar kedua perusahaan itu. Sembari memegang segelas wine merah, mereka para bapak-bapak berjas hitam yang rata-rata ditemani istri cantik mereka akan hinggapp dari satu meja ke meja lain sembari mengobrol, layaknya lebah yang mencari nektarnya dalam bunga.
Bahu Berlian berjengit kaget saat merasakan lengan Arlo melingkar erat pada pinggang rampingnya.
"Pesta s*alan, gak ada kursinya," umpat Arlo yang otomatis membuat Berlian membekap mulut pria itu.
"Mulutnya," peringat Berlian sembari menatap tajam pria itu yang hanya dibalas kedipan mata oleh Arlo.
Arlo tiba-tiba mengangkat tangannya kemudian menunjuk ke satu titik membuat Berlian mengikuti arah tunjuknya.
"Itu ibu kandung Kevin, yang pakai gaun warna kuning," ujar Arlo memberitahu Berlian.
Ternyata ibunya menghadiri pesta pertunangan Kevin sebagai sebuah tamu biasa. Ia terlihat mengedarkan pandangannya namun berakhit tidak mengobrol pada siapapun, Berlian merasa ia tidak ada teman untuk mengobrol. Sungguh kejam.
Perhatian mereka masih terpusat pada ibu Kevin sebelum akhirnya teralihkan ketika Laura dengan tiba-tiba berhenti didepan mereka berdua.
---
Thanks for reading
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FIGURAN [END]
Teen FictionWARNING !!! CERITA INI BISA BIKIN KALIAN SENYUM-SENYUM SENDIRI BAHKAN SALTO-SALTO SAMPE MAMPUS ‼️🚫🚫 Yang gak kuat dipersilahkan untuk ↩️ putar balik --- What?! I'm figuran? --- Berlian pikir dirinya sudah mati saat tiba-tiba terbangun dalam se...