Bab 33

6.6K 542 5
                                    

Berlian menghembuskan napas kasar, "Dasar nenek sihir."

Madam membulatkan matanya, "Lihat, kau bahkan memanggilku seperti itu."

"Maksudku madam, ma...dam," ulang Berlian agar pengucapannya terdengar jelas.

Madam memberikan tatapan tajamnya sebelum kembali berkutat pada jahitannya.

Berlian menyenderkan punggungnya pada kursi tamu didepan meja kerja yang memisahkan dirinya dengan madam. Berlian memutar-mutar kursinya itu menimbulkan beberapa suara jengitan kursi, memberi kesan kalau baraang-barang disana sudah melampaui zaman. Madam seharusnya mengganti kursi itu.

"Madam," panggil Berlian lagi yang dijawab gumaman pelan wanita itu.

"Kemarin Arlo bercerita banyak tentang kehidupannya sebelum masuk ke dalam dunia ini. Tentang dia dan pastinya tentang kau," jelas Berlian yang berhasil menarik fokus madam.

Madam pura-pura menancapkan perhatiannya pada jahitannya seakan sok sibuk, tapi jauh dalam lubuk hatinya ia ingin Berlian meneruskan ucapannya, telinganya kini fokus mendengar.

Berlian memberi jeda sejenak, tampak memikirkan kata-kata yang pas untuk ia utarakan, "Menurutku, Arlo benar-benar penurut sebagai putramu. Dia tidak menyukai Laura, tapi demi kau dia melakukannya. Dia menuruti semua keinginanmu."

Berlian melirik ke arah madam untuk mengesek reaksi wanita itu, tapi hanya ekspresi datar yang ia tampilkan.

"Sepertinya kalian berdua perlu berbicara banyak, kau bisa mengungkapkan perasaanmu yang sebenarnya kepada Arlo. Madam, aku tahu kau menyayanginya."

Tanpa Berlian sadari, genggaman tangan madam pada kainnya mengerat, ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan air matanya agar tidak jatuh. Menangis di depan Berlian tidak akan terlihat keren pikirnya.

Tidak ada reaksi dari madam, Berlian akhirnya mengubah topik pembicaraannya.

"Ngomong-ngomong kenapa kau membuat Kevin muncul di mall kemarin, padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin tidak ketahuan dan membairkan mereka berkencan demi menjalankan naskahmu."

Belakangan ini Berlian mendapati Arlo sudah malas mengikuti naskah seperti dulu-dulu, pria itu cenderung tidak melakukan interaksi dengan Laura sebagaimana seharusnya didalam cerita. Awalnya Arlo ingin membatalkan kencannya dengan Lauraa demi Berlian, tapi Berlian takut kalau madam akan kecewa nantinya berakhir membujuk pria itu untuk pergi, mengatakan kalau dirinya tidak apa-apa dan akhirnya Arlo setuju

"Itu bukan perbuatanku," ujar madam membuat Berlian kaget.

Wanita itu mengalihkan tatapannya dari jahitannya ke arah Berlian, "Jangan salah paham padaku selama ini. Sekarang, entah kenapa semua tokoh yang aku buat mendadak berbuat seenaknya sendiri. Mereka tidak bisa aku atur lagi, mereka tidak menjalankan naskahnya sebagaimana mestinya," jelas madam panjang lebar sembari menatap lurus ke arah Berlian, seolah memberitahu gadis itu kalau ucapannya ini jujur dan serius.

"Untuk kasus Alicia yang membukimu, itu memang aku yang menambahkannya sehingga berbeda dari naskah yang dulu dan Arlo tidak tahu akan hal itu," ujar madam yang langsung membuat Berlian sadar kenapa Arlo tidak bisa menolongnya tepat waktu, pria itu sendiri tidak tahu kalau kejadian seperti itu akan terjadi.

Terlihan madam menghela napas pelan, "Awalnya aku hanya mengetik agar Bianca melabrakmu sendirian dan aku tahu kau pasti akan melawannya. Perkelahian yang terjadi diluar kendaliku, aku tidak tahu kalai Bianca akan mengajak kedua temannya," tamah madam.

Berlian mengepalkan tangannya dengan erat, "Itu bukan perkelahian kalau hanya aku yang terluka dan mereka tidak. Itu namanya percobaan pembunuhan," koreksi Berlian dengan nada bicaranya yang mendadak meninggi.

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang