Bab 22

7.7K 656 9
                                    

Let's go!!!

😎 Double update 😎

Siapa yang udah nungguin?

---

Berlian tidak akan pernah keluar dari dunia ini, ia tidak akan kembali bertemu orang tuanya, teman-temannya, kehidupannya sebelum masuk ke dalam dunia ini. Berlian akan terus menyaksikan cerota yang sama berulang, dimana Arlo yang terus-terusan mengukir akhir bahagia dengan Laura. Sepertinya Berlian tidak akan sanggup, bahkan membayangkannya saja enggan.

Gelap malam sudah datang, berlian melirik ke arah jam dinding etrnyata sudah pukul tujuh malam kemudian beralih ke arah pintu apartemen dimana tiba-tiba terbuka dan menampakkan perawakan Arlo.

Pria itu melepas sepatunya kemudian dengan raut yang terlihat amat lelah, ia berjalan ke arah Berlian kemudian membuang dirinya ke sofa tepat diseberang Berlian. Hembusan napas kasar keluar dari bibir pria itu.

Berlian tahu Arlo terlihat sangat capek hari ini, entah apa yang ia lakukan diluar  hari ini dan jika Berlian membahas hal itu maka ini akan menjadi perdebatan yang panjang.

Berlian memainkan jari tangannya sembari menunduk ke bawah, kembali memikirkan tindakan yang harus ia lakukan.

"Kenapa?" tanya Arlo tiba-tiba, walau pria itu sedang memejamkan kedua matanya rapat, Arlo dapat merasakan kegelisahan Berlian.

"Ar, kenapa lo bohong?" tanya Berlian akhirnya.

Arlo membuka kedua matanya kemudian menegakkan duduknya dengan bersender pada sandaran sofa. Namun pria itu bergeming, tidak berniat menjawab seolah mengisyaratkan Berlian untuk meneruskan ucapannya diikuti raut menegang pria itu.

"Lo itu pemeran utamanya bukan Kevin, pasangan Laura itu lo bukan Kevin. Yang figuran itu gue bukan lo," lanjut Berlian dalam sekali tarikan napas.

Dapat terlihat rahang Arlo mengeras, "Siapa yang kasih tahu lo?"

"Gak penting siapa yang kasih tahu, dilihat dari wajah lo sekarang, lo emang gak pernah niat buat kasih tahu gue kan?" 

Melainkan menjawab, Arlo menatap lurus kedua manik Berlian memaksa gadis itu untuk menyelami lautan emosinya yang bercampur aduk sekarang.

"Ar, jawab gue."

"Iya."

Berlian tersenyum kecil, ternyata Arlo tidak berubah, ini masih Arlo yang sama kala pria itu menolaknya secara terang-terangan.

"Kenapa? Kenapa lo jahat sama gue?" tanya Berlian tidak mengerti. 

"Iya, gue emang jahat. Lo belum kenal gue sepenuhnya," ujar Arlo kemudian mengalihkan pandangannya ke samping.

Hening sejenak, Berlian masih terus menatap lekat pria itu.

"Lo bohong lagi sekarang."

Kalimat Berlian berhasil menarik fokus Arlo kembali untuk menatapnya.

"Berlian, please. Ini gue yang sebenarnya."

"Bohong," Berlian tetap bersikeras dengan pendiriannya membuat Arlo  menghela napas pendek.

Sepertinya obrolan mereka tidak akan selesai dalam waktu dekat.

"Lo bisa cerita sama gue Ar, jangan merasa sok kuat dengan mendam semuanya sendirian. Lagian gimana cerita ini berlanjut gue juga harus tahu," ujar Berlian pelan sembari menatap lurus kedua manik Arlo.

"Maaf, awalnya gue mau kasih tahu lo, cuman waktunya gak tepat."

Awalnya Arlo tidak menduga bahwa hubungannya dengan Berlian akan berjalan sejauh ini. Arlo berniat ingin memberitahunya ketika mengantarnya ke apartemen pada hari pertama Berlian masuk ke dalam dunia ini, tapi entah kenapa malah hal lain yang dilakukan pria itu. 

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang