Bab 10

12.6K 883 37
                                    

Double update!!!

Yang udah tungguin mana suaranya...

Spam emot 🫡 dongs

---

"Jadi lo makan apa selama ini?"

"Mie instant."

Berlian menautkan alis, "Setiap hari?"

Arlo menangguk jujur.

"Lo mau bunuh diri atau gimana?" tanya Berlian dengan matanya yang melotot.

"Beli makanan luar terlalu mahal."

Oke, selain gak bisa masak ternyata dia juga pelit.

"Tapi mie instant kan gak sehat."

"Cara lo bicara udah kayak ibu gue sekarang."

"Gue bukan ibu-ibu."

"Gak ada yang bilang lo ibu-ibu, cuman kayak, berarti mendekati," balas Arlo sembari tersenyum miring ketika dilihatnya Berlian sudah mulai naik pitam.

Pria itu bangkit dari duduknya kemudian membuka rak lemari yang menggantung secara berjejer diatas wastafel.

Mulut Berlian terbuka lebar ketika Arlo membukanya. Disana jejeran bungkus mie instant tertata rapi, lengkap berbagai merek, berbagai rasa. Gaya hidup Arlo benar-benar tidak sehat.

Arlo menunjuk jejeran bungkusan itu dengan dagunya, "Masak itu aja, kalau mau pamer skill memasak lo kita bisa belanja ke supermarket hari minggu. Tapi kalau masakannya gak enak jangan salahin kalau gue lepeh."

"Enak aja, setidaknya masakan gue lebih sehat dari mie instant lo," ujar Berlian yang merasa tertantang.

Akhirnya Berlian mengambil dua bungkus mie instant kemudian memasaknya. Mulai dari memanaskan air dan memasukkan bumbu-bumbu diikuti mie. Sedangkan Arlo memilih untuk duduk di meja bar yang terletak pas di depan dapur yang biasa ia gunakan untuk makan. Arlo memperhatikan perawakan Berlian dari belakang.

Rambutnya yang basah karena sehabis mandi, menetes-netes hingga ke piyamanya. Tubuh gadis itu tidak terlalu tinggi tapi tidak terlalu pendek, kira-kira sedagu Arlo. Juga tampaknya Berlian tidak terlalu suka berdandan layaknya anak-anak di sekolah yang heboh karena make up mereka luntur tapi rela menonton pertandingan basket karena Kevin yang bermain.

"Ternyata pantat lo montok juga ya," komentar Arlo tiba-tiba membuat aktivitas Berlian terhenti.

"Ar, gue lagi pegang panci panas, jangan sampe gue timpuk ya."

Arlo tertawa lepas dibelakang sana membuat Berlian susah fokus jadinya karena kalimat pria itu terngiang-ngiang di kepalanya sekarang. Ternyata sedari tadi Arlo mengamatinya dari belakang.

Akhirnya dua mangkuk mie tersedia diatas meja dengan asap yang mengepul pelan keluar dari atas mangkok.

Sembari menyeruput mie nya Arlo tiba-tiba melayangkan pertanyaan yang hampir membuat Berlian tersedak.

"Ceritain kehidupan lo dong, gue pengen tahu."

"Gue jadi pemeran figuran," balas Berlian dengan nada santai sembari kembali mengunyah mienya.

"Bukan disini, tapi di dunia lo yang sebenarnya."

Berlian menghela napas pendek, pria didepannya ini memang banyak mau. "Gue baru lulus dari sma sekitar satu tahun setengah, seharusnya gue lagi kuliah sambil magang di perusahaan orang."

Arlo menangguk singkat.

"Kenapa lo bisa masuk ke sini?" tanya Arlo lagi, saat dilihat ekspresi Berlian yang seperti 'kenapa lo tanya-tanya, kepo banget sih' Arlo buru-buru menyelanya.

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang