Bab 27

7K 603 2
                                    

Happy reading🔥


---

Awalnya Arlo tidak mengerti sama sekali tentang kalimat Berlian hingga pria itu menyadarinya setelah berada didalam salah satu pusat perbelanjaan dengan Laura.

"Arlo makasih ya udah mau jalan sama gue," ujar Laura kepada Arlo setelah mereka sampai di dalam mall. 

Arlo menangguk singkat, entah kenapa rasanya hari ini ia tidak semangat menjalankan perannya. Biasanya Arlo akan megikuti alur naskah dengan baik dengan mengesampingkan perasannya, tapi melihat bagaimana Berlian membiarkan mereka berdua jalan dengan semudah itu membuat Arlo kepikiran.

Laura tiba-tiba menepuk pelan lengan Arlo yang berhasil membuyarkan lamunan pria itu, Arlo menoleh kemudian mengikuti arah yang ditunjuk oleh Laura. Sebuah toko yang menjual permen kapas.

"Pengen?" tanya Arlo dan Laura menangguk senang.

"Ayo kesana," ajak Arlo diikuti Laura yang berjalan dibelakangnya.

Arlo membeli sebuah permen kapas bergambar hello kitty kemudian ikut duduk di depan Laura.

Gadis itu menatap girang permen kapas yang dipegang Arlo, ia mendekatkan jarinya ke arah permen kapas kemudian menarik secuil bagian permen dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Manis..." gumam Laura tanpa sadar.

Arlo masih diam, menatapi setiap kegiatan Laura semari memegang permen kapas wanita itu. Arlo yang merasa bosan karena rasanya dialog mereka terlalu sedikit memutuskan untuk bertanya sesuatu.

"Kabar abang lo gimana?" tanya Arlo yang langsung membuat senyum diwajah Laura luntur seketika.

"Gak tahu, tapi dia mungkin lagi banting barang-barang dikamar," ujar Laura kemudian selanjutnya hening, baik Arlo dan Laura tidak ada yang berbicara lagi.

Dilain sisi, dibalik pilar tinggi mall yang biasa digunakan sebagai papan promosi barang-barang, Berlian bersembunyi disana. Kepalanya timbul tenggelam dari balik papan, matanya menyenter tajam ke sudut toko dimana Arlo dan Laura sedang duduk sembari menikmati permen kapas berdua.

Berlian menggertakkan bibirnya, ia melihat semuanya, bagaimana Laura yang berjalan beriringan dengan Arlo, senyum cerah gadis itu yang tidak pernah luntur barang sedetikpun. Berlian bahkan menyadari, ada beberapa kali Laura hendak menggapai tangan Arlo agak mereka jalan sambil bergandengan tangan tapi karena Arlo berjalan terlalu cepat dan tangan pria itu yang dimasukkan ke dalam saku, Laura mengurungkan niatnya.

Berlian masih terus memperhatikan mereka, hingga emosinya untuk sekali lagi menguap keluar saat melihat Laura mengarahkan permen kapas ke arah Arlo. Awalnya Berlian pikir Arlo akan menolak, tapi diluar kenyataan pria itu menerimanya.

Berlian menarik napas panjang kemudian menghembuskannya secepat mungkin, hari ini kesabarannya benar-benar diuji.

"Arlo, coba kamu tes. Ini manis," ujar Laura kemudian menyodorkan permen kapasnya yang diterima oleh Arlo.

"Manis kan?"

Arlo lagi-lagi menangguk.

"Arlo," panggil Laura lagi, kepala gadis itu tiba-tiba menunduk, suaranya melemah membuat Arlo menatap kearahnya.

"Hmm," Arlo berdehem sebagai respon.

Terdapat keraguan dalam diri gadis itu sebelum mengutarakan pertanyannya itu, "Kamu sama Berlian teman dekat ya?"

Arlo menaikkan alis kanannya, tidak percaya Laura akan bertanya hal seperti ini. Tidak seperti Laura yang biasanya.

"Bisa dibilang gitu," ujar Arlo dengan nada yang terdengar asal jawab membuat Laura semakin penasaran.

"Lebih dekat mana? Aku sama kamu? Atau kamu sama dia?" pertanyaan yang lebih berani Laura utarakan. 

Ini sudah tidak benar, ini sudah diluar naskah yang dibuat oleh madam. Ini adalah pertanyaan yang sebenarnya dari lubuk hati Laura.

"Gue sama dia," jawab Arlo jujur yang langsung membuat Laura terdiam.

Gadis itu tidak berujar apapun bahkan hingga mereka masuk ke dalam bioskop untuk menonton.

Lima menit film berjalan hanya keheningan yang mengiringi keduanya, sejak jawaban terakhir Arlo, pria itu menyadari perubahan drastis dalam diri Laura.  Tidak ada raut senyum dan cerah gadis itu lagi, yang Arlo dapati hanya tatapan kebingungan dan marah?

Arlo masih fokus kepada film didepannya, mereka memesan sebuah film kartun sebab memang inilah tipe film kesukaan Laura. Arlo menontonnya hingga tak sadar ia menguap sekali, selera film mereka benar-benar berbeda.

Awalnya Arlo sudah mau tertidur, matanya hampir terpejam sepenuhnya sebelum sebuah tangan dengan gerakan pelannya menuntun kepala Arlo menyamping kemudian menyenderkannya pada bahu gadis itu. Iya, dari aroma tubuhnya khas shampoo lemon citrus seperti yang Berlian gunakan...tunggu. 

Kesadaran menghampiri Arlo dengan cepat diikuti kepalanya yang hendak menoleh ke samping namun tertahan karena gerakan tangan gadis itu.

"Udah tidur aja," bisik Berlian pelan.

Arlo dapat merasakan beberapa helai rambut Berlian menjuntai turun dan menggelitik ceruk lehernya namun Arlo tidak protes, ia malah menyukai posisi seperti itu. Arlo akhirnya bersandar pada bahu Berlian, sembari menghirup aroma yang sekarang menajadi kesukaannya pria itu yang mengiringi kedua matanya untuk terpejam erat.

Sekarang Arlo mengerti kalimat Berlian tadi. Ditengah kegelapan ruangan yang menyelimuti mereka, Arlo tersenyum kecil, gadis itu selalu penuh dengan kejutan.

"Sekali-kali gue mau jadi peran antagonis," ujar Berlian sembari mengusap punggun tangan Arlo.

Dari dua jam film yang berlangsung, Arlo hampir tidur selama satu jam sebelum pria itu bangun dan menguap sekali.

"Makasih buat sandarannya sayang," ujar Arlo berbisik sembari meniup pelan telinga gadiss itu, membuat bulu kuduk Berlian meremang.

"Ar," desis Berlian, Arlo hanya tersenyum miring kemudian melirik ke samping, memastikan Laura tidak menyadari kehadiran Berlian. Ternyata gadis itu masih fokus kepada filmnya.

Arlo yang baru saja ingin kembali menegakkan kepalanya tertahan karena kalimat Laura.

Gadis itu tiba-tiba bersura, sontak Berlian langsung berbaik ke arah yang berlawanan dengan Laura sembari berusaha menutup wajahnya dengan juntaian rambutnya.

"Arlo, aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

Arlo menegakkan punggunnya sembari berdehem kecil.

"Aku...sebenarnya suka sama kamu."

Laura ditengah film yang masih berlangsung itu tiba-tiba mengutarakan perasannya. Bahu Arlo menegang, ini diluar naskah, madam tidak mungkin membuat karakter Laura seberani ini. Jika alurnya berjalan seperti yang dulu-dulu, maka Arlo lah orang yang menyatakan perasaannya duluan.

Satu hal yang Arlo sadari sekarang, lagi-lagi gadis itu bertindak diluar naskah yang ada.

Berlian yang mendengar hal itu dari samping ikut tegang, pasalnya ia juga tidak menyangka akan menghadapi situasi seperti ini. Jantungnya saling berpacu beriringan dengan sebuah pertanyaan yang tiba-tiba menghantui pikirannya dengan cepat, membungkus gadis itu dengan kegelisahan tanpa akhir. 

Bagaimana kalau Arlo menerimanya?

Bagaimana kalau memang sudah alur ceritanya mereka berpacaran hari ini?

---

Thanks for reading

I'M FIGURAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang