Selagi berjalan-jalan di mall, Berlian berhasil kabur ketika Kevin sedang tidak fokus. Ia pulang dengan naik taksi online tanpa memberitahu Kevin. Bodo amat jika Kevin akan membunuhnya besok hari, tapi hari ini Berlian benar-benar capek. Baik pikiran maupun tenaganya benar-benar terkuras.
Untuk berjaga-jaga jika Arlo tidak ada di apartemen, maka pria itu memberi Berlian kunci cadangan. Berlian melepas sepatunya kemudian berjalan ke arah ruang tamu. Melempar tasnya ke lantai kemudian mendaratkan tubuhnya ke atas sofa.
Berlian butuh tidur siang sepertinya.
"Dari mana?"
Sebuah suara berhasil menghentikan napas Berlian yang tadinya sudah mulai teratur dan hampir masuk ke alam mimpinya.
Berlian refleks bangun kemudian menyenderkan diri pada senderan sofa dengan keadaan matanya yang masih terpejam erat.
"Mall," jawabnya ogah-ogahan.
"Sama siapa?" tanya Arlo lagi, nada bicara pria itu terdengar serius, menuntut dan singkat secara bersamaan.
"Kevin."
"Bukannya gue udah bilang buat jauhin Kevin? Kenapa lo malah ngelanggar hah? Lo tau kan Kevin itu gimana orangnya, dia gak bakal berhenti sebelum dia puas. Aoa yang bikin dia puas? Yaitu dengan buat lo suka sama dia terus nanti lo yang bakal berakhir sakit hati," cecar Arlo dengan nada membentaknya membuat Berlian refleks membuka kedua matanya karena terkejut.
Baru kali ini ia melihat Arlo semarah ini dan jujur hawanya terlihat sangat menyeramkan sekarang, seolah Arlo bisa membunuh Berlian hidup-hidup sekarang juga. Tapi bukan Berlian namanya kalau hanya dengan bentakan seperti itu bisa membuat keberaniannya kicep.
"Darimana lo tahu kalau Kevin bakal bikin gue sakit hati?" tanya Berlian balik menantang.
"Lihat kan, bahkan sekarang lo udah ngebela dia."
"Ar, lo aneh sumpah. Lo larang gue buat pulang bareng sama Kevin tapi lo sendiri pulang bareng sama Laura," balas Berlian dengan nada tak kalah tinggi sebelum bangkit dari kursi dan memungut tas ranselnya.
"Lo mau kemana?"
"Tidur, gue capek berdebat sama lo," Berlian masuk ke dalam kamarnya sembari menjeblak pintu dengan keras.
Arlo mengacak rambutnya frustasi, kenapa situasinya jadi kacau seperti ini?
---
Arlo yang tadinya memusatkan fokus ke arah buku bacaannya terhenti kala mendengar suara tangis seseorang. Pupil mata Arlo bergerak dari arah buku bacaan diikuti tangannya yang menutup buku.
Ia tidak salah dengar kan? Arlo seperti mendengar suara tangis seseorang dan tampaknya itu berasal dari dalam kamar Berlian.
Gadis itu menangis?
Arlo segera turun dari sofa dan berjalan mendekat ke arah kamar Berlian. Tangannya mengambang di udara tepat di depan knop pintu kamar Berlian.
Buka? Tidak? Buka? Tidak? Bodo amat dengan area privasi gadis itu, yang Arlo inginkan sekarang adalah mengecek keadaan Berlian.
Arlo membukanya secara perlahan, sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara yang dapat menganggu Berlian. Entah Berlian yang terlalu fokus pada tangisannya atau memang Arlo yang jago menyelinap, tapi gadis itu sama sekali tidak sadar akan keberadaan Arlo yang sudah masuk satu langkah ke dalam kamar Berlian.
Harum khas shampoo yang dipakai Berlian, seperti campuran bunga-bunga. Arlo juga pernah menciumnya saat Berlian memasakkannya mie instant dan sejak saat itu Arlo memutuskan untuk menyukai aroma itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FIGURAN [END]
Teen FictionWARNING !!! CERITA INI BISA BIKIN KALIAN SENYUM-SENYUM SENDIRI BAHKAN SALTO-SALTO SAMPE MAMPUS ‼️🚫🚫 Yang gak kuat dipersilahkan untuk ↩️ putar balik --- What?! I'm figuran? --- Berlian pikir dirinya sudah mati saat tiba-tiba terbangun dalam se...