"sejujurnya aku tak bisa melihat wanita menangis. Khusus nya ibuku dan kini ditambah kau" -D.L.M
Draco melangkahkan kakinya menuju kastil setelah merasa bosan dengan kunjungannya ke hogsmeade. Bahkan wajahnya masih terlihat kurang bersahabat. Ia melewati wooden bridge. Matanya menangkap sosok perempuan berambut hitam yang cukup berantakan. Memakai celana jeans dan kemeja tipis di musim dingin ?? Perempuan itu memang gila !!"Apa itu yang kau tinggalkan snape?" lirih draco sambil berlari mengambil bungkusan itu. Tapi gadis itu tak menolehnya sedikitpun. Lebih tepatnya tidak menyadari kehadiran Draco.
Tanpa titah dan spontan "Hey Snape bawakan ini ke asrama. Cepatlah!" Sambil memberikan sebuah mantel tebal.
Nesa mengekor Draco aneh saat mantel itu seperti sengaja dipakaikan padanya.
---
"Pureblood" ucap Draco yang kemudian di susul dinding atau bisa disebut pintu asrama Slytherin terbuka."Milikmu" ucap Nesa malas, yang tanpa sengaja membuat lengan kemeja nya tergeser dan menampilkan lengan yang ada sedikit goresan
Sepertinya disengaja.
Draco langsung berdiri dan menahan tangan gadis itu "perempuan sinting, kau bahkan melakukan hal seperti ini?" Teriak draco.
Nesa melepaskan genggaman Draco dengan malas "that is none- of-your business !!" ucap nesa penuh penekananNesa menaiki tangga menuju kamarnya. Dikamarnya ada pansy dan daphne yang sedang bercengkrama.
"Kau kenapa Nesa? Apa kau putus dengan Potter?" Goda pansy
"Just shut up your f*cking mouth pans"
Jawaban nesa membuat keduanya kaget. Pansy yang hampir meledak mampu dicegah Daphne.
"Sudah kuceritakan padamu pans, jadi seharusnya kau sudah tahu"
Pansy akhirnya diam dan membiarkan Nesa tenggelam dalam selimutnya. Dua gadis Slytherin itu sudah tahu mengenai keadaan Nesa sejak insiden bogart di kelas PTIH. Dan tentu saja snape yang memberitahu agar anak angkatnya bisa dengan mudah diawasi.--------------------
"Kau tak mau makan lagi Nesa?" Tanya Daphne yang sudah putus asa melihat temannya sudah berhari hari hanya diam dikamar tanpa melakukan apapun."sudh lah aku lelah dengan semua dramamu !! Ku kira kau keren" tambah pansy yang akhirnya pergi meninggalkan kamar Nesa.
Keduanya turun menuju common room."Nesa tak turun lagi?" Tanya Theo yang sedang merapikan jubahnya di depan perapian.
Kedua gadis itu menggeleng serentak.
"biarkan saja, dia bahkan tak mau cerita padaku atau daphne sebenarnya ada apa" ucap pansy dengan sewot
"haruskah kita melaporkannya pada professor Snape ? Sudah 4 hari dia tak keluar sama sekali bahkan untuk sekedar makan" lesu Daphne
Draco yang mendengar pernyataan itu langsung berlari menuju kamar Daphne dan Nesa."heyy mate ada apa?!!" teriak Blaise.
"fix sudah, kita harus lapor professor Snape. Atau setidaknya agar Harry tau. Dia kakaknya kan?" ucap Daphne yakin.Pov Draco
Aku membuka pintu kamar perempuan perlahan, mataku tertuju pada tubuh yang tertidur tenang."hey, Snape ?? Are you ok ?"
Tak ada jawaban, tapi ada sedikit pergerakan.
"what u doing here ? Kau gila huh masuk kamar perempuan?" ucap gadis itu yang kini terduduk. Matanya sayup. Suaranya serak."kenapa warnamu begitu? Apa yang salah malfoy? Aku sedang tidak minat berdebat denganmu" ucapnya lagi sambil menenggelamkan badannya lagi pada selimutnya. Warna apa ? Apa gadis ini melihat hantu ?
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [Draco Malfoy]
Fanfiction"Sebuah kebetulan aku bertemu dengan semua hingga kebetulan itu membawaku dalam pelukanmu.. sampai akhir. peluklah aku" Nesa tak menyadari bahwa ia merupakan salah satu bagian penting dalam sekolah sihir yang bahkan tidak pernah ia mimpikan. "sadar...