Orde of Phoenix 2

89 7 0
                                    

"Aku sedikit ragu untuk melangkah. Sebenarnya hatimu milik siapa?"-Draco L Malfoy

"Aku tersesat cukup jauh, aku tidak tahu rumah mana yang akan menjadi pemberhentian akhirku. Sejak malam itu aku memilih menjadi tuna wisma"-Arnesa

Nesa tertidur dengan posisi terduduk di sudut perpustakaan. Setelah masa detensinya selesai, dia harus menunggu salah satu dari kakak Gryffindornya selesai beraktifitas agar bisa masuk asrama itu. Nesa masih menghindari Draco, pria itu sangat tidak baik untuk kesehatan jantung Nesa.

"Ku kurangi pointmu Nona karena sudah melewati jam malam" Ucap seseorang. Nesa tersentak kaget, kemudian segera berdiri dan merapikan pakaiannya. Belum sempat berucap apapun, Nesa membulatkan matanya menatap tak percaya.

"Theo ? sialan kau !" Ucap Nesa yangkemudian di ikuti lemparan buku sayangnya berhasil ditepis Theo.

"kenapa belum kembali ke asrama?" Tanya Theo. Nesa kemudian melirik arlojinya. Ini sudah pukul sebelas malam.

"kau sendiri?" Tanya Nesa. 

"Granger bilang kau tidak terlihat sejak makan malam, dia bertanya padaku. Ternyata tebakanku benar, kau ketiduran entah dimana" Jelas Theo dengan cekikikan. "Kenapa kau memakai Jubah Gryffindor?" Tanya Theo.

"aku harus tidur di asrama Gryffindor karena satu hal dan lain. agar Umbridge tidak curiga, aku akan memakai jubah milik Harry ini saat kesana. Ya aku tidak ikut makan malam, masih kenyang. Sudah menjawab semua pertanyaanmu?"

Theo mengangguk paham, tapi ada yang tidak ia pahami.

"memang kenapa dengan kamarmu di Slytherin?"

"baik-baik saja. Aku hanya ingin menghindari sesuatu"

"Draco?" Tanya Theo langsung tepat sasaran. "Sebenarnya kau tidak perlu jauh-jauh ke Gryffindor, kau bisa gunakan kamarku. Dan aku akan tidur dikamar Blaise" Jelas Theo.

"cihh, jadi kau juga memiliki kamarmu sendiri?" Ucap Nesa.

"dan kau sudah pernah ke kamar Blaise, atau Draco?" Tanya Theo yang lagi-lagi sangat tepat sasaran nadanya sedikit menggoda.

Nesa menghela nafas kemudian mendudukkan dirinya di lantai kayu perpustakaan.

"well, aku pernah menginap dikamar Draco saat tahun kedua ku. waktu itu sakitku kambuh, Saat yang buruk kau tahu" ucap Nesa yang nadanya semakin merendah.

"ja-jadi kau sudah tidur-"

"Astaga Theo, pakai sedikit akalmu. Tentu saja aku tidak berbuat apapun. Aku dalam pengawasan ketat Terence. Kau tahu kan seposesif apa dia padaku"

"Kau benar, dia sangat menyayangimu sebagai adik" ucap Theo kemudian sedikit tersenyum. Mereka bejalan menyususri lorong, menuju asrama Slytheri di Dungeon. banyak perbincangan antara mereka, sebelumnya Nesa belum pernah mengobrol secara instens dengan Theo seperti ini.

"Jadi Nesa, kenapa kau menghindari Draco?"

"aku tidak.."

"ayolah jangan berbohong, kita berteman kan ? mungkin aku bisa membantumu selagi teman singamu sibuk dengan urusan mereka"

"Kau tahu, aku sedikit trauma karena beberapa orang pernah menyebutku murahan dan gampangan anggaplah Draco membuat kesalahan yang mengingatkanku dengan ucapan mereka semua" lirih Nesa. Mata Theo membelalak seakan tak percaya dengan ucapan Nesa.

"siapa yang berani-"

"Harry, Draco, seorang anak dari Huflepuff dan beberapa anak Slytherin yang aku tak mengenalnya"

SERENDIPITY [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang