Protection

89 9 1
                                    

"kau seperti sebuah dongeng dengan ending bahagia, nyatanya itu semua tidak nyata"-Someone

Nesa semakin hari semakin tidak tenang, satu sisi dia tak ingin terbunuh draco. Tapi pria itu harus berhasil setelah Harry tentunya.
Entahlah semuanya semakin rumit.

Disini, di perpustakaan Theo, Andrew, Nesa dan Hermione berkumpul. Tentunya membahas bagaimana rencana kedepannya.

"Draco sudah 2x memberiku racun lewat orang lain" ucap Nesa sebagai pembuka. 3 pasang mata di depannya seperti terlonjak tak percaya.

"lupakan, Mione apa kau tahu apa yang direncakan Harry ?"  Tanya Nesa.

"akhir-akhir ini dia jadi sering membaca buku milik pangeran berdarah campuran, dan.." ucapan Hermione terhenti sejenak. "dia curiga kalau Malfoy adalah pelahap maut" lanjutnya lagi.

"tebakan yang bagus, dia benar" ucap Andrew santai mendapat anggukan dari Theo.

"The.."
Ucapan Theo dihentikan oleh tatapan tajam Nesa.

"Nesa, kau tidak mungkin menghindar terus menerus kan dari Draco. Kau harus punya rencana matang" Ucap Hermione. "Kau harus segera memutuskan cara melindungi Harry"

"dan Draco" Ucap Nesa melanjutkan kalimat Hermione. Manusia disekitar Nesahanya menghela nafas. Mereka  lelah membujuk Nesa untuk melepaskan Draco, sepertinya mereka tidak tahu menahu tentang kutukan Freya.

Mereka tidak tahu bahwa Valkyrie hanya bisa mencintai sekali seumur hidup, ktukan lainnya, Freya ditakdirkan sebagai perisai dan akan hancur bersamaan selesainya tugas itu. Bukan lagi tentang rencana yang Nesa fikirkan. Tapi jalan keluar apakah dia masih bisa selamat setelahnya.

Nesa memainkan jemarinya diatas meja perpustakaan, tangan kirinya ia gunakan  untuk menopang kepalanya. Masih berusaha mencari residual energi yang mungkin bisa ia gunakan, atau mencoba menembus ruang waktu agar tahu harus melangkah kemana. tapi hasilnya nihil.

"apa kau harus melindungi mereka secara langsung? kau tidak bisa terus menempel pada mereka kan? Buatlah perlindungan yang bisa mengikuti mereka kemanapun" Ucap Andrew tiba-tiba, masih dengan dagu yang bersandar pada meja sambil memainkan tongkatnya.

'Baiklah, aku percaya anak ini masuk Ravenclaw'

Tanpa ba bi bu, Nesa kemudian mencium pipi Andrew dan berlari meninggalkan manusia-manusia tadi di perpustakaan. 

"Lihat, bagaimana aku tidak jatuh hati dengan gadis jadi-jadian itu" Kalimat itu terlontar dari Andrew mendapat tatapan tak percaya dari Hermione dan Theo. Andrew masih terdiam sambil memegang pipinya.

Nesa berlari menuju kamarnya di asrama. Di sambarnya sebuah kantong kecil berwarna hitam. Cincin milik Draco. Dibawanya cincin itu menuju perpustakaan, benar dugaan Nesa, perkumpulanmanusia tadi masih belum bubar.

"And, bagaiman kau membuat jimat untukku saat pertandingan Triwizard?" Tanya Nesa kemudian meletakkan cincin dan melepaskan Liontin Snitch yang ada dilehernya. Dilepasnya tali dari kalung tadi, Nesa memutuskan Gelang tali hitam yang sudah menemaninya bertahun tahun kemudian menjadikannya satu dengan Liontin Snitch pemberian Terence.

"Astaga, aku memang Ravenclaw !!! aku paham" Teriak Andre kemudian bergegas menggelar sebuah sapu tangan diatas Meja.

"Apa ??!!" Hermione masih bingung, begitu juga dengan Theo yang setia membuntuti Mereka.

SERENDIPITY [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang