Prisoner of Azkaban 5

162 12 0
                                    

"Arnesa Severus Snape, termakasih telah menjadikanku manusia paling beruntung dan bahagia" -Harry James Potter

Tiga gadis slytherin itu berlari menyusuri koridor menuju ruang kelas yang digunan sebagai tempat ujian semester ini.
"ayolah cepat larinya" seru Pansy.
"tunggu, kalian mau kemana?3 orang murid slytherin apa sudah tak berambisi untuk memiliki nilai yang tinggi?" ucap Professor McGonagall yang sepertinya mengawasi ujian hari ini.
"sorry Professor, kita tidak tahu kalu jadwal ujian nya dipindah ruang"
"haruskah ku rubah kalian mejadi papan pengumuman? cepatlah duduk dan kerjakan ujian kalian"
mereka bertiga kini duduk sambil menahan tawanya, sesekali saling pandang dan berlarut pada ujia mereka.
--------
"excuseme, apa boleh aku bicara dengan arnesa?" ucap Harry yang menghentikan tiga gadis Slytherin itu.
"kalau aku melarang pun kau akan tetap membawanya kan? bawalah Potty, asal pulangkan dia dengan selamat dan tanpa menangis" ucap Pansy ketus.
"kami akan menunggumu untuk makan malam Nesa" ucap Daphne.

Harry menarik tangan nesa perlahan, dibawanya menuju tepian danau hitam, hanya mereka berdua.
"jadi kakakku yang sangat sibuk ini mau bicara apa?" tannya Nesa dengan sumringah. entah lah akhir-akhir ini suasana hatinya menjadi lebih bahagia ia yang kini mulai diterima di asrama slytherin, latihan dengan ayah angkatnya yang berjalan lancar, ya mungkin lebih menikmati masa sekolahnya di Hogwarts.

"hey keenapa kau berkeringat huh?" tanya Nesa, kini dia mengulurkan lengan jubahnya dan berusaha mengusap keringat di pelipis harry sayangnya tangan Nesa ditahan oleh Harry.

"terimakasih sudah menyelamatkan hidupku Arnesa, terimakasih sudah menyelamatkan Sirius dari dementor malam itu"
Nesa tergagap terkejut, bagaimana Harry tahu ?
"bagaimana kau tahu ? dan, apa hubungnmu dengan Sirius ? bukannya dia mau membunuhmu?"
Harry menggeleng "tidak, kau tahu.. Sirius adalah ayah baptisku. Tiba-tiba aku membayangkan aku akan hidup bersamanya dan.. Kau Arnesa"
dengan lembut Harry menggeggam tangan Nesa "kau bisa melihatnya sendiri bagaimana" tatapan mereka saling bertemu, cukup lama sampai Nesa bisa memasuki fikiran Harry dengan Legilimensy nya, perlahan wajah Harry mendekat pada Nesa.
"I love you Arnesa, I love you before everything began. I love you sejak kau menginjakkan kakimu di Great Hall. Sorry, karena perasaanku ternyata tak bisa ku tahan. aku menyayangimu lebih dari adikku. May I ?"
seluruh tubuh Nesa bergetar, jantungnya berdegup kencang. ia bahkan sudah tidak bisa menjawab pertanyaan Harry lagi. ia hanya bisa menutup matanya,
Cup-- sebuah kecupan, hanya kecupan mendarat di bibir pucat Nesa. dengan segera senyum terukir di bibir Nesa dan dengan cepat ia tutupi wajah meronanya dengan kedua tangan.
"jadi...?" Tanya harry meyakinkan sambil mengintip kearah wajh Nesa yang sedang tertunduk malu.
"stop it Harry, you make me blushing" ucap Nesa sambil menutup wajahnya.
Harry tertawa kecil sembari memeluk Nesa dan mencium ujung kepalanya. "kuanggap itu sebagai iya"
"eheemmm, jadi apakah harry berubah menjadi adikku juga sekarang?" suara itu tiba-tiba muncul dari balik pohon. 2 orang kakak Gryffindor Nesa ternyata sedari tadi mengawasi.
"iihhh, apa apaan kalian ini, malu tahuuu" ucap Nesa sambil beranjak.
"kau mau kemana?" tanya Harry sambil menahan tangan Nesa, Nesa hanya tersipu kemudian mencium pipi Harry. kini ganti pipi Harry yang menjadi merah.
"lihat, gadis kecilmu seketika menjadi gadis nakal Harry" ucap Hermione sambil tertawa lepas, di susul tawa Ron yang ta kalah lepas dan bahagia.

----------
Nesa berlari kecil menuju asramanya, tujuannya menaruh tas dan beberapa buku, mandi kemudian bersiap makan malam.
"pureblood" ucap Nesa. Brukkk "awwww, bisakah kau berjalan selain dengan kaki tapi juga pakai matamu?" teriak Nesa.
tubuh nesa menabrak laki-laki yang lebih tinggi darinya, laki-laki dengan mata abu dan rambut pirang platina.
pria itu hanya berdecak dan menyeringai "aku tak melihatmu Nesa, kau terlalu pendek bagiku" ucap pria itu sambil tertawa.

"kauuu !!!"
"aw, aw, aw. berhenti menyerang fisikku. kau selalu saja begitu Nesa" ucap Draco sambil berlari kecil menghindari cubitan Nesa.
"kau yang selalu mengejekku Draco, jadi jangan salahkan aku kalau aku menjadi menyebalkan"
"baiklah, baiklah. aku minta maaf"
"ok, karena aku sedang bahagia jadi aku memafkanmu. bye Draco" ucap Nesa sambil melambaikan tangannya dan pergi dengan senyum yang masih terus merekah.

'I like, No, I mean... I love ur smile'

------
suasana liburan sudah terasa menghiasi kastil Hogwarts, bahkan beberapa ada yang sudah mulai mengemas pakaiannya dan tak sabar untukk segera pulang. tawa murid-murid sudah mulai menghiasi kastil, merasa lega karena ujian sudah selesai
kini Meja Slytherin sudah mulai ramai. Pria bertubuh tegap menghampiri Nesa dari arah belakang.
"tebaklah, maka akan kuberi hadiah" ucap pria itu sambil menutup mata Nesa dari belakang.
"so easy, Terence... aku tak sebodoh itu ok" ucap Nesa sambil tertawa kecil. "stop it Terence, kau bisa membuat pipiku sobek kalau begini"
tangan terence berada di pipi Nesa, mungkin dia gemas.
"jadi, kau tidak kembali lagi ke hogwarts? kau tega meninggalkanku di sarang bawah tanah yang gelap sendiri terence?" ucap Nesa manja.
"I know, jadi aku punya hadiah untukmu" ucap terence, kemudian ia menjentikkan tangannya di telinga Nesa. Sebuah liontin berbentuk Golden snitch. sangat indah.
"aaaa, jadi kau membuatku mengenangmu mantan seeker" tawa Nesa. "tapi bisakah kau tak pergi? jadilah apapun disini jangan pergi. kau tega meninggalkanku dalam ruang gelap itu?" ucap Nesa dengan mata yang berkaca. Aaaarrghhh, wajah nesa sangat menggemaskan.
"lihat, aku bahkan tidak menyangka bahwa anak manja ini bisa menghancurkan kelas professor lupin karena marah" ucap terence yang kemudian di susul dengan tawa anak Slytherin yang lain, termasuk Draco yang sepertinya menahan tawa.
"memangnya aku tak boleh bermanja dengan kakakku yang sebentar lagi sudah meninggalkan sekolah?"
"ya bagaimana lagi, sekarang bahkan kakakmu hanya tinggal weasley hm? satu kakak mu sudah-"
"hey Arnesa, bisa kita bicara sebentar?" suara seorang laki-laki dengan kacamata, Harry sambil mencium telapak tangan Nesa kemudian di susul Nesa mencium pipi Harry.
BRUKKKK !!! "Jangan sembarangan membuat suara keras, kau membuat kekasihku kaget Malfoy"
"ke-kekasih? jadi seorang potter menjadi kekasih mu Nesa?" ucap Theo tak percaya.
"itu lebih baik daripada kau terus menggodanya theo" tambah Daphne
"tenanglah mate" bisik blaise Pada Draco.
seluruh meja slytherin, tidak seluruh pasang mata yang ada di great hall bahkan terkejut dengan pasangan baru itu.

Harry membisikkan sesuatu pada Nesa.
"aku pergi dulu ada urusan, nanti kujelaskan. bye" ucap gadis dengan rambut yang kini tidak hitam legam, melainkan ada warna pirang di bagian depannya. raut wajahnya terlihat panik dan buru-buru.

'aku tidak tahu kalau secepat ini aku akan patah hati'

------------

"apa kau dipecat?" tanya Nesa cepat begitu sampai diruangan Professor Lupin.

"tidak, aku yang mengundurkan diri. Para orang tua tak mau jika anaknya diajar oleh seorang Werewolf kan?" ucap Lupin sambil membereskan barang-barangnya. "ku rasa aku tak perlu menitipkan kalain berdua pada siapapun. kalian pasti akan saling menjaga kan?" tanya Lupin.

"jaga adikmu dengan baik Harry, jangan sampai dia menghancurkan kastil karena dia marah atau sedih. dan sampaikan salamku pada Granger dan Weasley" Professor itu menepuk 2 pundak remaja yang didepannya, kemudian melewatinya.

"actually, dia sekarang kekasihku Remus" jawab Harry, Lupin hanya tersenyum kecil tak menyangka Dunia begitu sempit. "kuharap semua menjadi lebih mudah. Good luck !" ucap Lupin yang kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

Nesa tertunduk menangis, "hey kenapa? apa ada yang sakit? mana ? katakan" tanya Harry dengan khawatir.
"tidak, aku hanya merasa bersalah karena jarang mendengarkan nasihat professor lupin, ditambah Terence juga akan pergi. siapa nanti yang akan aku datangi?"
Harry menghela nafasnya berat, "ssshhh, aku akan selalu ada untukmu bukan? kau satu-satunya untukku. Maka dari itu, sekarang kau harus patuh. minum ramuanmu, minum obatmu. latihan dengan giat. oke?" ucap Harry dengan kedua tangannya menelangkup diwajah Nesa, yang di susul dengan pelukan Kecil.
waktu seketika berhenti saat itu, suasana menjadi hening.
"bolehkan aku mencium kekasihku?" ucap Harry,
"big No ! aku masih kesal padamu karena menciumku didepan Ron dan Hermione" ucap Nesa yang kemudian berlari meninggalkan Ruangan itu.
"I love you Arnesa" ucap Harry.
"I Hate You Harry potter" ucap Nesa yang kemudian berbalik dan meledek dengan lidah menjulur dan tangan melambai dikepala.

SERENDIPITY [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang