"sebuah kebodohan mengakui perasaanku padamu, aku sendiri bahkan tidak tahu pada siapa hatiku sesungguhnya"-Arnesa
"Ya kau memang bodoh sejak dulu"-Theodore Nott
"Aku terlalu bodoh untuk tidak segera memilikimu"-Draco Mlafoy
Nesa terduduk ditepian Danau hitam, terduduk bersama dengan Theo disana.
"Jadi.. berapa lama aku melupakanmu?" Tanya Nesa memulai pembicaraan.
"Cukup lama Thena, tapi itu tak masalah" Theo menarik kepala Nesa untuk bersandar dipundaknya. "aku kesepian Thena, tidak ada teman bercerita. Sejak ayah dimasukkan ke Azkaban, aku sendirian dirumah. Aku-" Ucapan Theo terputus, dia sudah terisak. Sebagai Arnesa dia tidak pernah melihat pria ini menangis, tapi sebagai Athena, dia dulu sering menangis dalam peluknya.
"ssshhh, tenanglah. Thena disini sekarang kan ?? Aku tidak akan pergi dan melupakanmu. Kita akan hidup bahagia seperti dulu lagi saat semuanya sudah berakhir. Aku yakin Dad akan senang melihat kita bersama lagi"
"aku turut berduka cita atas kematian Pamanmu, sirius Black" Lirih Theo. Nesa mengangguk. Dia sudah sepenuhnya ingat. Nama aslinya, keluarganya, asal muasalnya, juga kilasan masa lalu yang sempat dilupakan.
"Aku akan segera menyelesaikan tugasku, dan kita akan hidup bahagia bersama Ayah. Aku janji Theo" Ucap Nesa meyakinkan pria dihadapannya.
"Berjanjilah untuk tidak bodoh dalam bertindak. Jangan pernah melakukan pengorbanan sebagai Valkyrie seperti ibumu"
Kalimat Theo membuat Nesa kaget, jadi selama ini dia sudah tahu yang sebenarnya. Tapi sepertinya Theo tidak tahu kalau Nesa bukan Valkyrie tapi seorang Freya, yang hidupnya memang ditujukan sebagai pelindung dalam peperangan tentu itu tak jauh dari kata pengorbanan.
---
"Hai" Ucap Nesa canggung
"kau baru saja selamat dari maut, dan hanya berucap hai pada orang yang menyelamatkanmu?" Sergap Draco tak percaya.
"Sorry, aku-aku hanya .." gugup Nesa,
cetak
cetak
cetak
Nesa memainkan ibu jari dan telunjuknya sampai kulit disekitarnya terkikis bahkan smapai mengeluarkan rembesan darah.
"Sudah berapa kali aku bilang, jaga agar tanganmu tetap cantik ! ini !!" Ucap Draco kesal kemudian melepaskan sebuah cincin perak dengan ornamen ular khas Slytherin dan memasangkannya di jari telunjuk Nesa.
"mainkan itu saja, jangan jarimu" Lirih Draco, kemudian beranjak meninggalkan Nesa di common Room.
"Kenapa?!!" Teriak Nesa menghentikan langkah Draco. "Kenapa kau selalu peduli denganku?"
"kita..-kita berteman kan?" Jawab Draco, sebenarnya Draco ingin mengungkapkan semuanya. ya SE-MU-A-NYA. Hanya saja dia terlalu pengecut untuk itu.
"Aku punya banyak teman, tapi akhir-akhir ini kau jadi seperti Harry. Kau berbeda. Aku takut kalau aku harus terjerumus dan mulai menyukaimu" Tambah Nesa lagi. Draco sudah tidak tahan dengan semuanya. Dia berbalik dan merengkuh tubuh Nesa, menarik lehernya dan mendekatkan wajahnya. Perlahan mulai menempelkan bibirnya pada bibir pucat Nesa.
Draco melumat lembut bibir milik Nesa, menyalurkan seluruh perasaan yang sudah ia pendam bertahun tahun. Tangannya masih merengkuh leher Nesa.
Nesa hanya diam, tidak membalas tidak juga menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [Draco Malfoy]
Fanfic"Sebuah kebetulan aku bertemu dengan semua hingga kebetulan itu membawaku dalam pelukanmu.. sampai akhir. peluklah aku" Nesa tak menyadari bahwa ia merupakan salah satu bagian penting dalam sekolah sihir yang bahkan tidak pernah ia mimpikan. "sadar...